HOW III

496 80 33
                                    

Aku ingin bertanya, bagaimana kau bisa tahu tentang apa yang terjadi pada ceritaku? Bagaimana caramu mengadaptasikan hal itu ke dalam kehidupanmu? Dan kehidupanku?

Aku ingin bertanya, bagaimana kau bisa tahu tentang apa yang terjadi pada ceritaku? Bagaimana caramu mengadaptasikan hal itu ke dalam kehidupanmu? Dan kehidupanku?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kai, kau sudah merangkum catatan sejarah?" Tanya Rachel ketika ia mendatangiku ke kantin.

"Sudah. Kenapa?"

"Entahlah, aku hanya sedikit bingung saja. Catatanmu sangat ringkas, kau yakin sudah benar-benar mengerjakannya?"

"Tentu. Kau ingin menyalinnya?"

"Jika boleh...," ia menunjukkan cengirannya.

Aku mengangguk dan kami berjalan bersama ke kelas, "Jadi, bagaimana ulangan Sejarahmu kemarin?"

"Buruk. Jelas. Buruk," ia menggelengkan kepalanya. "Padahal aku sudah berusaha menghapalnya dengan baik."

"Tidak apa, gagal itu biasa."

"Oh ya, kau sudah tahu atau belum?" Tanyanya begitu kami berbelok memasukki kelas.

"Apa?"

"Troy putus lagi dengan pacarnya."

"Oh," aku hanya mengangguk-anggukkan kepalaku. "Troy itu...," gumamku berusaha mengingat-ingat.

"Astaga, kau lupa lagi!" Gerutu Rachel. "Troy itu salah satu anak paling populer di sekolah kita."

"Yang mana?"

"Satu tingkat di atas kita, anak tahun kedua, astaga!" Rachel menatapku seolah tak percaya bahwa aku melupakan hal 'spektakuler' itu.

"Ah ya benar, yang kata orang-orang... sedikit kejam dan terlalu tampan?" Ringisku.

"Ia memang tampan," ia tersenyum lebar dan lupa dengan perkataanku soal 'sedikit kejam'.

Memang tidak heran jika banyak perempuan mengaguminya, seolah tak tahu akan reputasinya yang buruk. Ia kan tampan. Aku sendiri biasa saja soal itu. Karena aku tak mengenalnya dan tak bisa menghakiminya dari sifat luarnya saja. Aku tidak tahu soal kehidupannya, jadi aku tak mau ikut-ikut membicarakannya. Tapi anak culun sepertiku mana bisa bergaul dengannya. Aku hanya seorang gadis tahun pertama yang tak mengerti apa-apa soal 'cowok' dan lain-lain.

"Tapi, apa kau mengerti apa yang kumaksud? Itu berarti ada kesempatan untuk kita!" Kata Rachel senang.

"Kau serius?" Tanyaku seraya menyerahkan buku catatanku padanya.

"Ya. Kenapa tidak? Maksudku, dia memang nakal. Tapi siapa tahu aku bisa mengubahnya jadi lebih baik?"

"Dan bagaimana kalau kau yang berubah jadi lebih buruk?"

"Ayolah, Kai. Ini hanya khayalanku saja. Hal seperti itu tak mungkin terjadi."

"Dan jika terjadi?"

"Uhm... apa aku bisa menolak pesonanya?" Rachel tertawa. "Terima kasih bukunya."

Aku mengangguk dan ia langsung bergegas menyalin catatanku. Aku menatap ke luar jendela, ke arah lapangan basket berada. Dan di sana ada... Troy.

Did I Die?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang