HOW VIII

339 60 6
                                    

Ah ya, kau juga tidak tahu. Kau juga satu-satunya orang yang akan selalu kuingat setiap kali aku menuliskan kisah ini.

Ketika kami masuk ke dalam kelas PPF, Miss McKenna sudah ada di sana, sedang membaca salah satu buku tebal di atas mejanya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ketika kami masuk ke dalam kelas PPF, Miss McKenna sudah ada di sana, sedang membaca salah satu buku tebal di atas mejanya.

"Permisi, Miss."

Ia mengangkat kepalanya dan tersenyum kepada kami berdua yang sepertinya merupakan hantu pertama yang datang kemari. Padahal kami sempat kembali ke kamar lebih dulu untuk mengambil buku kelas PPF.

"Kalian hanya berdua? Di mana yang lain?"

"Akan segera datang, kurasa," Laine mengangkat bahunya.

Miss McKenna mengangguk dan mempersilakan kami masuk selagi menunggu teman-teman yang lain. Kami duduk di kursi paling belakang. Sebuah keputusan yang sangat salah begitu melihat rombongan anak laki-laki datang lebih dulu ke kelas PPF dibandingkan teman kami yang lain. Karena tentu saja, deretan meja di belakang pasti dikuasai para lelaki.

Dan kami hanya dapat duduk kaku di kursi kami, di antara lautan para lelaki.

"Cari siapa?" Tanya Laine melihatku melirik-lirik ke sekitarku.

"Uhm, tidak ada."

"Semuanya sudah hadir?" Tanya Miss Mckenna.

Kami mengangguk kompak dan ia memulai pelajarannya dengan mengulas hal-hal yang diceritakan minggu lalu.

"Ini," ia menunjukkan buku yang tadi kulihat sedang ia baca, "adalah buku milikku. Kisahku. Dan ini sudah begitu lama. Seperti yang kita tahu, setiap kehidupan adalah kenangan yang menyimpan cerita yang berbeda. Dan ceritaku sudah usai, tapi kalian belum. Inilah alasan mengapa kita mempelajari how. Jika kita tahu how, maka kita akan lebih mudah melepaskan semuanya."

"Ini baru permulaan. Kalian semua masih punya jalan yang panjang untuk menyesuaikan diri di kehidupan ini. Kehidupan yang tak terlihat. Dan tentu saja, takkan pernah bisa menyentuh apa yang nyata. Karena kita tak lagi punya tubuh, kita hanya jiwa yang sudah mati dan harus menyesuaikan diri dengan kematian. Meski tak melihat perbedaan itu pada dirimu, ketahuilah bahwa sudah ada jurang yang besar antara kau dan yang lainnya. Kematian dan kehidupan selalu berbeda."

"Berbeda tapi dekat," tambah Laine seraya berbisik padaku.

"Karena itulah, kalian harus siap lebih dulu sebelum hidup di dunia baru ini," katanya. "Dan seperti minggu kemarin, kita akan lanjutkan proyek ini, dimulai dari... Yoara Khani."

Gadis itu berdiri dan berjalan dengan percaya diri ke depan kelas. Sementara yang lain mendengarkan dan cemas jika namanya di sebut. Karena pemanggilan ini dilakukan acak, dan karena ada begitu banyak Ghostie, otomatis waktu kami tidaklah cukup untuk mendengarkan semuanya. Sehingga hal tersebut di lakukan secara bergantian setiap minggunya. Dan jika kau sial, kau mungkin akan dipanggil dua minggu berturut-turut.

Did I Die?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang