13.Karena Dia

506 27 11
                                    

Untukmu sebuah hati yang belum mampu ku janjikan apa-apa.
-Alin-

🌱🌱🌱

Suasana kelas hening,  semua siswa terlihat memperhatikan penjelasan Bu Indah di depan kelas. Namun itu tidak berlaku bagiku. Buktinya mataku memang menatap wanita paruh baya yang ada di depan, namun itu hanya kedok semata karena fikiranku sudah melayang setinggi angkasa. Bahkan secuil pelajaran pun sama sekali tidak terekam oleh otakku.

Kemudian suara dari surga berbunyi membuat kami seisi kelas berteriak riang.

Kringg

Pasalnya dua jam pelajaran bersama Bu Indah bagaikan satu abad bersamanya. Andai Bu Indah tidak mengampu mata pelajaran yang terbilang penting mungkin bangku di kelasku sudah banyak yang kosong karena banyak siswa yang membolos.

Ku kemasi alat tulis kemudian ku masukkan ke dalam tas. Sesekali aku melirik gerak gerik Farrel. Aku bisa menangkap Farrel memang berbeda hari ini. Kalau masalah ketampananya sudah tidak diragukan lagi. Aku saja yang notabene kekasihnya mengakui kalau Farrel setiap hari memang ganteng. Sangat ganteng malah.

Tingkah Farrel yang mendadak menjadi pendiam yang membuatku menyimpulkan bahwa Ia berbeda. Farrel memang mengatakan kalau dirinya tidak apa-apa. Namun hatiku berkata lain. Farrel pasti sedang ada masalah. Tapi aku yang tidak tahu masalahnya apa.

Mulut memang bisa berbohong namun ingat bahwa mata selalu memancarkan kejujuran

"Lin ayo pulang." ajak Farrel, tangan kirinya dikaitkan pada tangan kananku.

Aku mengangguk kemudian melambaikan tangan kepada sahabat-sahabatku.
"Pulang dulu ya byee."

Di perjalanan hanya ada keheningan. Aku melirik Farrel sebentar. Namun segera kualihkan pandanganku keluar jendela. Aku menghembuskan nafas pelan. Rasanya bosan jika harus seperti ini terus. Kuambil ponsel di dalam tas kemudian kubuka aplikasi berwarna hijau dengan simbol panggilan di tengahnya.

Aku mengerutkan kening saat satu pesan masuk.

Lin jangan lupa nanti malam kamu jenguk Mamanya Falis di rumah sakit

Ternyata Mama yang mengirimiku pesan. Bahuku melemas saat membaca pesan dari Mama. Saat aku ingin menghindar namun ada saja hal yang membuatku harus bertemu denganya. Aku bahkan tidak ingin berada di posisi seperti ini.

"Lin." hampir saja aku lupa kalau di sampingku masih ada Farrel.

"Iya Rel."

"Bisa nggak nanti keluar. Gue pengen ngajak lo ke suatu tempat." bukan apa-apa ini adalah ajang penebusan rencana kemarin yang gagal karena Alin mengantar Mamanya arisan. Eh ralat acara makan bersama cowok antah berantah itu maksutknya.

"Aduh maaf lagi nih Rel. Gue pingin banget sebenarnya. Tapi nanti malem gue harus nganter Mama jenguk temenya yang sakit."

Ya tuhan maaf kan aku yang sering berbohong ini

Farrel menghela nafas berat.
"Gue jadi cemburu sama Mama lo Lin."

"Heh."

REALITATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang