24.Pantaskah Aku Bahagia?

546 27 6
                                    

Sesak, kecewa, marah, sakit, muak, pedih. Rasa itu bercampur menjadi satu menggerogoti hati, membakar rasa, membunuh jiwa.
-Farrel-

🌱🌱🌱🌱

Rasanya kebahagiaan ini hanyalah pura-pura. Disaat kita harus tersenyum bersama orang lain dan di satu sisi hati kita masih tertinggal pada orang yang sama. Tapi situasinya sekarang beda. Dia sekarang yang lebih berhak atas diriku. Berhak disini dalam artian karena sudah menyatu menjadi satu ikatan. Di atas janji yang terlontarkan di depan orang-orang kerabat terdekat. 

Benar hari ini aku bertunangan dengan Falis. Sebenarnya tidak masalah karena mau sampai kapanpun aku tetap bertunangan lalu menikah dengan Falis. Bukan karena aku benci atau apapun sama Falis. Tapi karena sebagian hatiku masih tertinggal disana. Di tempat pertama kali aku meletakkan hatiku dan di tempat itu pula kini separuh hatiku masih bersarang.

Acara pertukaran cincin berlangsung dengan sakral. Tidak banyak yang datang hanya kerabat dekat saja yang di beritahu. Bahkan semua sahabatku pun tidak aku kabari. Falis tampak bahagia di depanku. Kini dia tengah memasang cincin di jariku. Aku hanya bisa menunduk.

Ada rasa bahagia karena setidaknya aku menjadi anak yang menuruti perkataan orang tua. Namun rasa bahagia itu diiringi rasa sedih karena setelah acara ini secara tidak langsung aku langsung resmi terikat hubungan dengan Falis.

"Gue bahagia Lin. Terimakasih karena lo bisa memberi warna terang kembali di hidup gue." gumam Falis lirih tepat di depanku. Bisa terasakan hembusan nafas hangat menyapu wajahku.

"Its okey. Gue lebih bahagia. Lo bisa menerima gue apa adanya. Disaat gue kadang labil lo bahkan nggak pernah marah. Lo juga selalu nasehatin gue. Lo yang selalu memberi dukungan buat gue. Pokoknya gue yang lebih banyak ngucapin terimakasih."

"Kita jalani ini sama-sama. Gue tau nggak ada yang namanya kesempurnaan cinta . Berani jatuh cinta maka berani menanggung luka. Namun jika kita saling berusaha maka akan mudah  mendapatkan satu kata b a h a g I a." Falis sengaja menekan kata bahagia disana.

Alin menunduk menatap jarinya yang sudah tersemat cincin disana. Sebuah benda kenyal mendarat di kening cukup lama. Alin terkejut namun Ia tidak berani mendongak. Hanya ada satu butiran bening lolos dari pelupuk matanya.

Tepuk tangan para kerabat pun mengembalikan kesadaran Alin seutuhnya. Kini Alin tersenyum sangat tipis berusaha menunjukkan kebahagian. Elena Mama Falis mendekat dan memberikan selamat. Mereka juga berpelukan. Begitu pula dengan Meta dan Doni mendekat. Mereka berpelukan layaknya keluarga yang bahagia.

Tak terasa air mata bahagia sekaligus sedih mengalir begitu saja. Falis langsung memeluk Alin saat menyadari kalau Alin menangis. Falis tidak merasakan balasan pelukannya dari Alin. Tangan Alin masih diam menggantung setelah tersematnya cincin di jari manisnya. Falis tidak mengapa dengan hal ini. Ia tidak ingin memaksa alin untuk cepat balas menyukainya.

Namun, sakit rasanya saat orang yang disukainya hanya diam saja seperti patung. Seolah Falis sedang memeluk benda tak bernyawa. Saat Falis sibuk dengan kekalutannya, ia tidak mendengar isakan tangis dari Alin lagi. Ia ingin tersenyum. Falis melonggarkan pelukannya.

Saat itu juga tubuh Alin yang kecil ambruk tanpa perlawanan ke lantai yang dipijak. Falis langsung berteriak dan berlutut berusaha membangunkan Alin. Orang-orang yang menyaksikan juga ikut terkejut. Segera diangkatnya tubuh mungil Alin dan dibawanya ke mobil menuju rumah sakit.

REALITATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang