Aku
Dengan rambut tipis berkuncir tiga, melangkah setengah menunduk melewati beberapa senior yang kurasa mempunyai intuisi juri instan akan kehadiran "adik-adik" baru. Mata mereka menyeleksi kami yang bertebaran datang secara cepat dari atas sampai bawah.
Aku sangat merasa tidak nyaman. Meski mungkin mereka tidak begitu menggubrisku karena aku sadar bahwa aku biasa-biasa saja, tapi perhatian mereka seperti mengalahkan penelitian akan sesosok makhluk asing yang datang dari negeri antah berantah.
"SDN Petungasri 1," ucap salah satu dari mereka ketika aku selesai melewatinya.
Aku menoleh ke belakang. Walaupun aku tak tahu siapa yang menyebutkan nama SDku yang terpampang di belakang kaos olahraga yang kukenakan ini, tapi salah satu wajah di antara mereka ada yang familiar buatku. Dia kakak kelasku semasa SD, yang tak kuketahui namanya.
Dia tersenyum singkat. Benar-benar singkat karena ia kembali disibukkan teman-temannya mengamati kawan-kawan baruku yang sama bau bawangnya denganku. Siapa tahu ia kembali menemukan adik kelasnya dulu, atau adik kelas temannya yang lebih bening dilihat.
Aku tak marah. Atau gondok karena merasa cemburu. Aku memaklumi bahwa mereka belajar dewasa dengan cara mereka sendiri.