Pada Suatu Perkenalan

16 0 0
                                    

Tanganku masih berkeringat dingin. Ingatan tentang perkenalanku tadi di depan kelas begitu memalukan. Padahal sudah kukuatkan mentalku untuk pede maju ke depan, suaraku pula yang bertingkah tergagap-gagap. Alhasil, yang mendengarkanku menyebutkan nama dengan cepat dan patah-patah malah bengong. Beberapa ada yang menertawaiku kecil.

Nyaliku langsung ciut. Terlebih ketika secara otomatis aku melirik ke arahnya. Melihatnya yang tersenyum tipis membuat kepalaku serasa membesar seperti balon. Aku menggaruk tengkukku yang gatal. Aneh, padahal dulu kalau disuruh maju ke depan kelas untuk ulangan menyanyikan lagu wajib aku tak pernah sekikuk ini.

"Sudah, Putri?" tanya bu Lela bagai malaikat penolongku. Beliaulah wali kelas kami. Wajahnya yang ramah tersenyum manis melihatku yang gugup.

"I-iya, Bu." Hah, masih gagap juga ini suara! Aku mengangguk pelan.

"Baik, silakan duduk." Tangannya menunjuk kursiku, mengisyaratkan sudah bisa kembali ke tampat.

"Terima kasih, Bu." Aku mengangguk lagi lalu melangkah ke kursiku. Begitu duduk aku menepuk pelan jidatku saking malunya.

Kini saat ia berjalan ke depan kelas, setiap langkahnya yang setengah berlari bagai pompa yang membesarkan pori-poriku. Memaksa keringatku untuk semakin merembes keluar. Aku menahan nafas dan menggigit bibir.

"Nama saya Sonny. Saya dari SD Pecalukan 2. Salam kenal dengan kalian semua."

Perkenalannya begitu singkat. Tangan dan kakinya tak pernah berhenti bergerak saat berdiri seakan ia seorang pelari yang dipaksa berhenti. Sehingga kaki tangannya terasa gatal untuk mengayun.

Aku mengerutkan kening melihatnya. Gayanya yang cuek, santai saja menanggapi celetukan teman-teman yang sedari tadi mengobrol dengannya. Bahkan ia tak malu-malu tertawa keras di depan bu Lela. Kalau saat aku memperkenalkan diri tadi suasanya sunyi senyap seperti kuburan, kali ini semeriah nonton konser. Entah apa yang dilontarkan para anak lelaki itu. Guyonan mereka tak bisa kumengerti. Tapi bisa membuat dia, yang telah kuketahui namanya Sonny, membuatnya terbahak-bahak tidak sesuai tempatnya.

"Sudah, sudah. Sonny, kembali ke tempat dudukmu." Akhirnya bu Lela mengusir cowok itu dari panggung kebesarannya. Tanpa berkata apa-apa, tetap masih tertawa-tawa ia berlari ke bangkunya.

Perkenalannya yang memanaskan suasana membuat badanku perlahan menghangat. Tanganku tak sedingin tadi. Aneh. Padahal tadi rasanya aku ingin berjemur di tengah lapangan. Sekarang justru matahari yang bersinar terik di luar bagaikan menyusup ke dalam kelas.

Aku bernafas lega. Sampai aku menyadari bahwa hari pertamaku sekolah tak seberat yang kupikirkan. Meski insiden ini pasti tak akan kulupa selamanya.

Na No Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang