Late

1.4K 134 6
                                    

Ketika kau menenggelamkan dirimu dalam pekerjaan, waktu akan mencoba membuatmu lupa akan keadaan. Dan kata-kata itu coba diterapkan Hyungwon. Selama seminggu terakhir Hyungwon terus menenggelamkan diri pada pekerjaannya. Tak memperhatikan handphone maupun orang disekitarnya. Fokusnya saat ini adalah mencoba melupakan sejenak seseorang yg entah saat ini masih membencinya atau tidak. Hyungwon masih ingin memberikan Bona waktu untuk memikirkan semuanya. Sama sepertinya.

Saat ini Hyungwon sedang sibuk membolak-balik rekap medis pasien-pasiennya sampai sebuah ketukan pintu mengalihkan perhatiannya pada dua orang kurir jasa pengiriman yg tengah tergopoh-gopoh membawa masuk masing-masing satu box besar kedalam ruangannya. Kening Hyungwon berkerut. Dia bingung, apa isi box itu dan siapa pengirimnya.

Tapi setelah tangannya tergerak membuka box itu, Hyungwon langsung tau siapa pengirimnya. Air muka Hyungwon berubah masam. Mendung kembali menyelimutinya. Di dalam box tersebut ada serpihan-serpihan kenangan yg sama sekali tak berniat dia buang. Hampir semua benda yg ada dalam box itu berharga.

Bona yg mengirimkannya. Tapi kenapa? Apa dia benar-benar ingin membuang Hyungwon dari hidupnya sampai harus mengirimkan semua barang termasuk pakaian-pakaiannya yg masih tertinggal di apartemen mereka ke kantornya?

Hyungwon membuang nafas berat. Tak ada satupun penjelasan atas apa yg terjadi. Tak ada satupun kertas tertinggal menjadi penanda isi hati Bona tentang apa alasannya mengirim barang-barang tersebut. Hyungwon gusar. Apa dia benar-benar sedang didepak pergi dari kehidupan Bona?

Dan jadilah sisa hari Hyungwon menjadi kelabu. Dia tak konsentrasi bekerja. Barang-barang yg ada di ruangannya seakan lebih menarik menyita perhatiannya. Membuat lelah tiba-tiba hadir begitu saja karena dia yg keasikan memikirkan segala macam kemungkinan atas tindakan Bona.

Hyungwon sadar tak seharusnya dia seperti ini. Dia butuh seseorang untuk mendengar masalahnya. Untuk membantunya. Hyungwon percaya membagi kisahnya pada orang lain akan sedikit mengurangi bebannya.
.
Sudah hampir 30 menit Hyungwon duduk disalah satu kursi di sebuah kedai dekat dengan tempat tinggalnya sekarang. Sudah dua botol soju yg diminum Hyungwon tak bersisa sampai seseorang datang menepuk bahunya.

"ah, hyung maaf aku terlambat" sapa orang tersebut dan langsung mendudukan diri di hadapan Hyungwon. "hyung kau kenapa?" tanyanya miris melihat tatapan kosong Hyungwon.

"hai Changkyun, pesanlah dulu. Nanti baru aku cerita"

"tidak, tidak. Kita mulai ceritanya sekarang" balas Changkyun cepat.

Changkyun adalah salah satu junior Hyungwon saat di Universitas, sama-sama dokter muda, kebetulan juga Changkyun adalah salah satu saksi hidup bagaimana kisah antara Hyungwon dan Bona terbentuk. Dia adalah salah satu sahabat terbaik yg Hyungwon miliki. Salah satu orang yg cukup beruntung saat ini mendengar bagaimana hancurnya hubungan sahabatnya. Melihat bagaimana rapuhnya Chae Hyungwon yg biasa tampil dingin dan tenang. Changkyun miris. Jujur saja dia tidak pernah bermimpi akan melihat Hyungwon yg sekarang.

"hyung kau tau apa kesalahanmu?" tanya Changkyun setelah Hyungwon menceritakan semuanya.

"tentu saja, aku bukan orang bodoh. Aku tau seharusnya aku tidak memel--"

"bukan-bukan karena itu." potong Changkyun cepat. "kesalahanmu adalah menyia-nyikan waktumu untuk meminta maaf"

Hyungwon terdiam. Memproses satu demi satu kata-kata Changkyun. Dan dia baru mengerti. Dia bodoh. Kenapa harus memerlukan waktu selama ini untuknya mengerti. Yang di butuhkan Bona saat ini bukanlah waktu untuk mereka saling introspeksi dan menjauh satu sama lain, yg diinginkannya sejak awal adalah kata maaf darinya.

Sejak pertengkaran itu tersulut sebenarnya Hyungwon sadar bahwa dialah yg berada pada sudut yg salah. Dialah yg sewajarnya memberi penjelasan dan menjadi pihak yg meminta maaf. Hanya saja saat itu dia terlalu buta. Harga dirinya terlalu berada diatas kepalanya. Membuatnya tak mau mengerti akan satu kata yg sebenarnya sangat ingin didengarkan Bona, Maaf.

Dan Hyungwon harap saat ini dia tak terlambat. Dengan segera dia berdiri mengucapkan terima kasih pada Changkyun dan meraih kunci mobilnya. Saat ini keinginannya untuk pulang benar-benar sangat besar. Dan dia tau kata maaf akan membuatnya kembali kerumah.

Hyungwon berlari menaiki tangga apartment dengan sisa kesadaranya. Sampai dia berhenti di depan salah satu pintu dengan nomor 1113. Nafasnya tersenggal. Diketuknya pintu itu berulang kali, dipanggilnya nama gadis yg saat ini amat sangat dirindunya, tapi tak ada jawaban. Tangannya tergerak meraih daun pintu yg ternyata tidak terkunci. Kakinya tertuntu manju dan menemukan kehampaan menempati ruangan itu.

Hyungwon terdiam. Tidak ada satupun barang mengisi tempat itu. Tidak untuk barangnya, tidak juga untuk milik Bona. Kepalanya mendadak pusing. Kakinya melemas. Bona sudah pergi. Meninggalkan tempat tinggal mereka. Meninggalkan kenangan mereka dan meninggalkannya. Dadanya sesak seakan dihujami belati. Apa sekarang Hyungwon akan benar-benar kehilangan kekasihnya?

"Kim Bona, kau kemana?"
.
.
.
Setelah berminggu-minggu hanyut dalam kesedihan. Akhirnya Bona sadar. Tak akan ada satu orangpun yg akan mengasihaninya. Tak akan ada seorangpun yg peduli seberapapun sedih dan hancur dirinya selain dirinya sendiri. Bona sadar sekarang dia sudah tidak punya bahu siapapun untuknya melepas lelah. Tak ada tangan siapapun yg meraih tubuhnya saat dia terjatuh. Sekarang dia sendiri. Dia harus mampu memperjuangkan dirinya sendiri. Masa bodoh dengan luka yg sesekali masih menghantarkan perih di hatinya. Yang dia tau saat ini adalah berusaha untuk tetap hidup.

Bukan keputusan yg mudah untuknya membuang orang seperti Chae Hyungwon dari hidupnya. Karena pada kenyataannya dia memang tak pernah membuang lelaki itu. Dia hanya butuh sedikit ruang untuk menjernihkan otaknya dari bayang-bayang laki-laki itu, makanya beberapa hari yg lalu dia mengirimkan barang-barang Hyungwon ke kantornya. Lagi pula tempat tinggal Bona yg sekarang tak akan mampu menampung semua barang Hyungwon.

Ya, Bona memutuskan untuk menyewa apartemen yg lebih kecil, yg lebih sesuai dengan gajinya sebagai pegawai yg biasa-biasa saja. Yang lebih dekat juga dengan tempat kerjanya, jadi dia tidak perlu lagi merasakan kena marah dan pemotongan gaji karena sering terlambat.

Bona menghempaskan tubuhnya lelah seharian harus terkurung di kantornya yg membosankan. Matanya menatap langit-langit kamar. Tapi pikirannya melayang entah kemana. Bergama pertanyaan sekan menjadi penghias kamarnya malam itu.
Kenapa Hyungwon tak menghubunginya saat tau barang-barangnya dikirim Bona? Kenapa Hyungwon tak mencoba mencari tau keadaan Bona sekarang?
Kenapa Hyungwon tak mencoba menemuinya di kantor?

Semua pertanyaan itu menggores batinnya. Apa benar pertengkaran mereka menjadi akhir dari hubungan yg sudah sangat lama mereka jalin?

Tanpa aba-aba air mata mengalir lagi dari ujung mata Bona. Dia ingin tau sedang apa Hyungwon sekarang. Bagaimana keadaannya. Apa dia merindukannya. Kenapa dia sama sekali tidak menelfon hanya untuk tau kalau mantan kekasihnya ini masih hidup atau tidak.
Miris juga saat tersadar bahwa Bona menamai dirinya sendiri dengan mantan kekasih dari Hyungwon. Separuh hatinya masih tidak rela. Separuhnya dipenuhi penyesalah.

Kenapa setelah sekian lama dia baru tersadar. Tidak seharusnya dia semarah itu. Tidak seharusnya dia menjadi egois dan menutup telinganya seperti itu. Tidak seharusnya dia membentak Hyungwon dan menyuruhnya pergi. Dia menyesal. Dan sekarang dia merindu. Merindukan orang yg sudah melayangkan kata putus untuknya. Bahkan sampai saat ini dia tidak percaya bahwa hubungannya dengan Hyungwon benar-benar berakhir.

"Hai Chae Hyungwon. Apa kau merindukanku?" bisiknya lirik.

Stay Here (Hyungwon x Bona)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang