Yukhei baru saja masuk kedalam kamarnya setelah mengantar Haechan pulang.
Ia tertawa mengingat bagaimana perjalanan mereka menggunakan sepeda, Yukhei tidak pernah memakai sepedanya tapi saat Haechan meminta dirinya langsung mengiyakan. Perjalanan singkat yang mampu membekas dalam hati Yukhei.Ia menjatuhkan tubuhnya di ranjang dan tak sengaja melirik ponsel rusak yang di temukannya di jembatan.
Yukhei segera duduk. "Ah iya, Aku mau mengecek ponsel itu."
Yukhei mengambil ponsel itu dan mengambil ponsel cadangan di laci nakasnya.
Yukhei mengeluarkan sim card dan memori card dari ponsel rusak itu dan memindahkan ke ponsel cadangannya.
Yukhei sempat ragu untuk menyalakannya, bagaimana jika di ponsel itu berisi hal hal-hal kriminal. Tapi Yukhei benar-benar penasaran. Tak lama ponselnya menyala dan Yukhei segera membuka kontak dan mengeceknya dengan seksama.
"Jaeminie??!"
Yukhei menyerit saat melihat nama kontak tetangganya. Yukhei mengeluarkan pinselnya dan segera mencocokkan nomor kontak tersebut dengan nomor kontak Na Jaemin yang ia miliki.
"Sama?! Apa Jangan-jangan ini milik salah satu teman Jaemin?" Tanya Yukhei pada dirinya sendiri.
Yukhei dengan santai membuka beberapa folder dan riwayat pesan serta daftar panggilan. Tidak ada yang aneh, sebelum sebuah pesan membuatnya menyerit.
'Kaasan. Aku pulang sedikit malam, aku harus menemui dosen pembimbing ku.'
Yukhei menyerit semakin dalam, ia seperti mengingat sesorang.
Dan terakhir Yukhei memberanikan diri membuka galeri.
Deg..
Nafas Yukhei tertahan. Jantungnya serasa diremas kuat dan matanya seperti terbakar. Tubuhnya kaku dan bibirnya terkatup rapat.
Dalam galeri itu terdapat banyak sekali foto orang yang di kenalnya. Foto orang yang beberapa waktu kemarin selalu mengisi hari-harinya, mengisi hatinya, mengisi kekosongannya.
Seseorang yang membawa hujan di tengah kekeringan hatinya.
Bagaimana potret itu tersenyum, tertawa dan bertingkat imut. Bahkan Yukhei menemukan beberapa video, dimana orang itu sedang bernyanyi dengan suara merdunya. Bermain piano dan beberapa karya lukisnya yang indah.
Tanpa sadar air mata Yukhei menetes.
"Haechan.." Lirihnya tak percaya.
Jadi ini alasan mengapa Haechan selalu menolak untuk makan.
Selalu menolaknya untuk mengantar pulang.
Selalu muncul tiba-tiba.
Bahkan selalu pucat dan bertubuh dingin.
Kenapa Tuhan memberinya jalan yang begitu keras dan berbatu?
Jemarinya bergetar hebat saat terus menscroll galeri dan setiap usapannya pada layar saat itu juga hatinya tergores. Yukhei terbelalak saat melihat potret lain disisi Haechan.
"Jaemin!!"
Yukhei buru-buru menghubungi nomor ponsel yang diberikan Haechan padanya hingga sikunya menyenggol lampu tidur. Dengan gemetar Yukhei menanti panggilan itu tersambung. Kulitnya memucat takut.
Drrrtt...
Trak..
Ponsel Yukhei jatuh dari genggamannya. Menyisakan getar ponsel berisi nomor Haechan di meja.
Yukhei menunduk dan menumpukan lengannya di lutut. Ia menarik napas yang terasa begitu berat. Air matanya menetes tak tertahankan. Walau tanpa isakkan tapi Yukhei benar-benar merasa terpukul akan kenyataan yang sebenarnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Trilogy Of Life - Story 2 - The Day Fall (YukHae)
FanfictionMusim gugur kali ini benar-benar membawa Yukhei ikut gugur kedalam rasa cinta padanya. Yukhei Wong x Lee Haechan. Some chapter private.