The Day Fall

2.5K 512 40
                                    


Minggu kesembilan di musim gugur yang membuat Yukhei ingin mati tapi juga ingin terus hidup. 'Pembawa Hatinya' sedang berjuang untuk hidup dan ia harus ikut berjuang untuk bertahan.

Yukhei menatap daun-daun maple yang berguguran di taman kota dari balik mobilnya. Taman yang ia kunjungi bersama Haechan. Seharian ini ia tidak bertemu Haechan yang terus membuatnya kalut.

Ini adalah sore terburuk yang pernah Yukhei alami karena itu Yukhei berencana pergi ke Samseong Hospital dan ia berencana singgah ke salah satu toko bunga dekat taman kota.

Saat ia menemukan sebuah toko bunga yang memajang bunga-bunga yang ingin ia beli Yukhei segera menepikan mobilnya.

"Selamat sore." Sapa seorang florist saat Yukhei memasuki tokonya.

Yukhei tersenyum berat dan mengangguk kaku.

"Anda terlihat tidak begitu baik, bunga matahari cocok untuk mengembalikan mood anda."

Yukhei menggeleng pelan dan menarik napas panjang, tarikan napas yang seakan mencekik lehernya.
"Tidak, aku butuh satu buket iris dan satu buket blue salvia." Katanya parau.

Sang florist terbelalak, "Oh! Maafkan saya, saya tidak tahu jika kekasih anda sedang sakit."

"Yah!" Yukhei mengangguk pelan dengan wajah pucatnya.

"Baiklah.. Tunggu sebentar.."

Yukhei menatap kosong bunga ester ungu yang ada di depannya dan ia mengingat kenangan tentang bunga itu. Kenangan yang membuatnya mual hingga ingin mati.

"Ah!! Tolong tambahan ester ungu di buketnya."

Florist itu menyerit bingung. "Tapi ester tidak co.."

Yukhei mengambil tiga tangkai bunga dan menggenggamnya. "Dia sangat menyukai ester ungu."

"Oh! Tentu!" Florist itu mengangguk setuju saat melihat air mata mulai mengalir di pipi kanan Yukhei.

Ia merasakan seberapa besar cinta Yukhei pada kekasihnya.

Setelah menunggu selama beberapa menit Yukhei mendapatkan buketnya. Ia bergumam terima kasih sebelum pergi dan mendapatkan doa kecil dari florist untuk Haechan.

Yukhei meletakkan dua buket besar bunga di kursi samping kemudi dan meletakkan tiga tangkai ester ungu di dasboard mobil.

Ia melanjutkan mobilnya menuju Samseong Hospital. Dan ia tiba saat matahari hampir tenggelam.

Setelah berputar mencari customer service dan menanyakan dimana ruang rawat pasien kecelakaan atas nama Lee Haechan, Yukhei segera melangkah menuju ruang rawat Haechan di kamar VIP IA lantai tujuh.

Langkah tegasnya terasa semakin berat saat jarak kamar semakin dekat.

Saat Yukhei datang ia melihat sesorang yang Yukhei yakini ibu dari Haechan. Ibu Haechan sedang duduk di kursi depan kamar rawat dengan sebuah ransel kecil berwarna ungu di tangannya. Dia menatap kosong dengan mata merah dan wajah pucat.

"Permisi imo.." Yukhei menyapa pelan.

Ibu Haechan menoleh dan melihat Yukhei dengan tatapan kaget.
"Siapa?"

"Uh-oh!! Watashi wa Wong Yukhei." Yukhei membungkuk dalam dan memperkenalkan dirinya.

Ibu Haechan tersenyum, "Aku Yuta, ibunya Haechan. Kau mau memanggil ku imo atau kaasan juga boleh."

Yukhei mengangguk. "Baik, kaasan."

Yuta tersenyum hangat. "Teman Haechan? Atau kekasihnya?"

Yukhei gelagapan, tidak yakin apa statusnya karena mereka berkenalan dengan cara tak normal. "Sebenarnya aku.."

Trilogy Of Life - Story 2 - The Day Fall (YukHae)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang