Yukhei memutuskan untuk pulang saat jam menunjukan pukul 11.30 malam. Ia bertemu ayah Haechan dan menerima beberapa nasihat dan cerita tentang Haechan. Ternyata Haechan adalah putra pemilik supermarket 7eleven Korea.Saat itu bahkan hingga sekarang, penampilan Yukhei benar-benar tidak sedap di pandang mata. Wajahnya pucat, bibirnya kering dan matanya bengkak memerah. Seharian ini ia tak menyentuh sedikitpun makanan kecuali sepotong waffle berry kesukaan Haechan.
Yukhei terlihat benar-benar tenggelam dalam kesedihan. Ia frustasi dan merasa hancur.
Di perjalanan Yukhei yang berbahaya karena kurangnya fokus Yukhei memutuskan untuk menepikan mobilnya di taman dekat Samseong Hospital dan memilih duduk merenung disana. Mengesampingkan rasa dingin yang menusuk tulang.
Beberapa kali ayahnya menelpon dan mengirimkan banyak pesan tentang banyaknya berkas yang terbengkalai. Tapi, Yukhei tidak memerdulikan itu semua dengan kesal ia membanting ponselnya hingga pecah berserakan.
Yukhei menghela napas, "Sekarang apa yang harus aku lakukan? Huh!"
Tanyanya pada dirinya sendiri, ia menatap tiga tangkai bunga ester ungu dalam genggamannya."Sekarang! Apa Haechan??! Apa yang harus aku lakukan??! Apa yang harus aku lakukan untuk mempertahankan diri mu disisi ku??!" Yukhei menunduk dan terisak pelan.
"Apa yang harus aku lakukan untuk membuat mu bangun?"
"Kenapa?! Apa aku tak pantas bahagia??! Kenapa??!! Kenapa??!!!"
Bahu Yukhei bergetar kuat, suasana sepi taman di tengah malam membuat Yukhei leluasa mengeluarkan tangisnya.
Ia tetaplah manusia, ia bisa dan butuh menangis saat hatinya kalut dan terluka.
"Kenapa Tuhan memberiku jalan sesulit ini? Berapa banyak dosa ku di masa lalu hingga aku harus seperti ini??!!"
"Kenapa?! Hiks!"
Yukhei berusaha meredam tangisnya dengan susah payah saat hawa dingin yang ia kenal mulai terasa.
"Hyung!!"
Yukhei tak menjawab, ia tahu siapa orang yang selalu muncul tiba-tiba. Orang yang menyebabkan semua ini. Orang menyebalkan yang sialnya ia cintai.
"Iisshh!! Hyung!!"
Nada merajuk itu tak mampu membuat Yukhei mendongak. Jika Yukhei mendongak sekarang semua pertahanannya akan benar-benar hancur lebur.
"Woah!! Woah!! Hyung membawa bunga ester!!"
Yukhei memantapkan hatinya, ia mengusap kasar air matanya lalu mendongak menatap atensi Haechan yang berdiri di samping kursi taman.
"Haechan-ah!"
Haechan menoleh dan matanya membulat terkejut, "Ya hyung... Hyung!! Kenapa hyung menangis??!!"
Yukhei tersenyum kecut, ia menatap tiga tangkai bunga ester ungu di tangannya dan menghela napas.
"Tidak apa-apa.." Yukhei menggantungkan kalimatnya.
"Hyung!! Hyung!! Bunganya untuk ku ya?!! Ya? Ya?" Haechan memotongnya dengan cepat.
Yukhei menatap Haechan nanar tapi ia memberikan bunganya pada Haechan.
"Weooo!! Terima kasih!!" Haechan menerimanya dengan raut bahagia.
Yukhei lagi-lagi tersenyum kecut, Haechan menyerit dan segera duduk disamping Yukhei.
"Hyung kenapa tersenyum seperti itu dari tadi? Dan kenapa hyung menangis? Kekasih hyung selingkuh? Sudahlah cari yang lain." Kata Haechan pelan sambil memainkan kelopak bunganya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Trilogy Of Life - Story 2 - The Day Fall (YukHae)
Fiksi PenggemarMusim gugur kali ini benar-benar membawa Yukhei ikut gugur kedalam rasa cinta padanya. Yukhei Wong x Lee Haechan. Some chapter private.