Yukhei baru saja memanaskan salah satu koleksi BMW nya untuk ia gunakan meninjau beberapa sekolah dan universitas swasta yang berada di bawah naungan yayasan yang di miliki ibunya.Tentu tidak dengan hati yang tulus.
Kata ibunya, ia akan mewarisi yayasan tersebut setelah ia di kenal oleh anggota yayasan. Yukhei tidak tersanjung, karena ia tahu ibunya memberikan yayasan karena ia mendapat harta lebih dari kekasihnya.
Yukhei menatap pos jaga security kosong. Ia berdecak, tidak ada supir dan tidak ada pekerja yang benar. Cuaca dingin setelah gerimis di pagi musim gugur membuat suasana hati Yukhei semakin buruk.
Saat sibuk mengamati sekitar, Yukhei melihat seorang pemuda manis dengan mantel putih gading, jeans hitam dan boot sewarna caramel, belum lagi warna rambutnya yang perpaduan antara coklat-wine burgundy.
Yukhei merasa bibirnya gatal untuk membentuk sebuah senyuman tipis dan terus berfikir jika dia benar-benar cantik. Ia berdeham pelan untuk mengembalikan wajah dinginnya.
Yukhei melangkah mendekati pagar dan memukul pelan jerujinya.
"Heh!!" Yukhei memanggilnya dengan nada keras.
Pemuda itu berjengit kaget. "Uh-oh!! Yukhei hyung.."
"Tahu darimana alamat rumah ku Lee Haechan??" Yukhei keluar dari pekarangan rumahnya dan menghampiri Haechan.
Haechan menggaruk kepalanya, ikut bingung. "Aku tidak tahu, hanya jalan-jalan saja dan sampai disini."
Yukhei menyerit, "Bagaimana bisa?"
"Bagaimana aku tahu.. Aku hanya jalan-jalan." Haechan berdecak. Ia melongokan kepalanya mengintip ke pekarangan rumah Yukhei.
Yukhei menahan bahu Haechan. "Hei! Hei!"
"Ishh.. Hyung pelit sekali.. Aku hanya ingin melihat ester ungu milik mu." Haechan menunjuk deretan bunga ester ungu di depan rumah Yukhei.
Yukhei menahan tangan Haechan. "Kau suka ester ungu ya?"
Haechan mengangguk antusias. Senyum manisnya mengembang lepas.
Yukhei menghela nafas dan mengedarkan pandangannya kemanapun asalkan bukan wajah Haechan. Atau ia akan melakukan tindak kriminal pada pemuda cantik itu. Menculik dan menyekapnya di rumah, misalnya.
Tak sengaja matanya beradu pandang dengan pemuda tampan berambut coklat yang baru keluar dari rumah Jaemin, tetangganya.
Yukhei menyerit saat pemuda itu mengusak rambutnya kebelakang dan tertawa dengan wajah memerah karena menahan tawanya agar tak benar-benar pecah.
"Kenapa orang tadi.." Kesal Yukhei, memang ada yang salah dengan penampilannya.
Celana bahan hitam, kemeja putih dan jas semi formal berwarna navy di tambah mantel abu-abu juga pantofel hitam.
"Yang mana?"
"Itu.. Pemuda berambut coklat yang menertawakan kita." Yukhei menunjuk ke arah pemuda tadi.
Haechan menegang, ia menatap ragu Yukhei, dari ujung sepatu hingga berakhir di wajah Yukhei yang kebingungan. Jelas saja orang itu tertawa. Pikir Haechan miris.
Yukhei menatap Haechan lagi. "Kau tidak mengganti mantel mu?"
Haechan menatap penampilannya. "Bagaimana bisa diganti? Menggunakan apa?" Gumam Haechan.
"Huh apa?"
Haechan menggeleng. "Tidak ada apa-apa.. Aku suka mantel model ini, warnanya juga.. Aku punya mantel seperti ini.. Eeemm tujuh buah!!" Serunya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Trilogy Of Life - Story 2 - The Day Fall (YukHae)
FanfictionMusim gugur kali ini benar-benar membawa Yukhei ikut gugur kedalam rasa cinta padanya. Yukhei Wong x Lee Haechan. Some chapter private.