Chapter 2 : Sekolah Impian Yang Jadi Kenyataan

112 2 2
                                    

Terlihat disana Novi sedang duduk melamun. Entah apa yang ia lamunkan. Hanya dirinyalah yang tau.
Vee menghampiri Novi sedangkan yang lain duduk dibangku masing-masing.

Vee menyapa Novi "Hey"

Novi tidak menjawab.

*Pasti melamun* batin Vee.

"Novi" panggil Vee sekali lagi.

Novi masih tetap tidak menjawab. Vee pun mengagetkannya dengan menepuk kedua pundak Novi dengan keras.

"Dor!!" teriak Vee sambil menepuk pundak Novi dengan keras.

Novi terkejut dan menjawab teriakan Vee "Eh dor"

"Tuh kan malah ngelamun. Ngelamunin apaan sih" ucap Vee sambil melangkah duduk di samping Vee.

"Nggak papa Vee. Aku cuma lagi kepikiran aja. Kenapa kita bisa dipindahin? Kita udah terlalu nyaman di sekolah ini. Tapi kenapa kita di pindahin. Serasa diusir dari sekolah ini tau Vee." Ungkap isi hati Novi.

"Nov, kamu jangan asal ngomong gitu. Belum tentu semua itu kaya gitu. Kamu ingatkan dengan impian kita bersama. Awalnya kita ingin sekolah di luar negeri di sekolah impian kita SEOUL HIGH SCHOOL. Tapi kita tidak bisa mewujudkan impian kita bersama itu. Kita terima semua keputusan ayah dan ibu. Kita berjuang bersama di sekolah ini. Dan kita sudah membanggakan sekolah ini. Sekarang sekolah ini ingin memindahkan kita ke sekolah yang lebih layak untuk anak-anak seperti kita. Harusnya kita bersyukur karena kita bisa mendapatkan beasiswa itu. Jangan malah berpikiran yang negatif. Berpikir bahwa kita serasa dibuang. Itu salah nov." Perjelas Vee kepada Novi.

"Tapi Vee,," bantah Novi. Tapi perkataannya terpotong oleh Vee.

"Ayah dan ibu juga pasti bangga kalau keenam anaknya itu bisa mendapatkan beasiswa bersamaan. Dan pastinya ayah dan ibu akan selalu mendoakan kita agar kita selalu sukses nov" potong Vee.

Vee yang merasa geram dengan pemikiran Novi. Ia lalu berdiri dan melangkah ke bangkunya untuk duduk.
Sesampai di bangkunya Vee menceritakan semua perkataan Novi baru saja kepada Ara, Farida, Rahma, dan Elsa.

***Vee bercerita***

***Vee selesai bercerita***

Ara menanggapi cerita Vee "Harusnya dia nggak mikir kaya gitulah. Sejak kapan sih kita nggak sependapat gini? Apa cuma gara-gara kita dapet besiswa terus pendapat kita berbeda. Itu nggak bisa lah."

Rahma menambahkan "Sejak kapan Novi kaya gitu. Biasanya dua yang selalu membahas tentang impian kita untuk mendapat beasiswa. Giliran sekarang kita dapet beasiswa dia malah nggak sependapat gitu."

Farida meluruskan "Mungkin dia takut kalo kita pindah ke tempat baru. Kita bakalan susah dapet temen kaya anak-anak XI ISOS 2 ini lo gyus."

Elsa membenarkan ucapan Farida "Nah bener tuh. Pasti kita bakalan susah dapet temen kaya anak-anak XI ISOS 2. Belum lagi kita harus bersosialisasi lagi dengan sekolah baru kita nanti. Belum tentu kita dapet kenyamanan disana. Bisa aja kita malah banyak dibully disana. Gimana tuh?"

Vee menjawab pertanyaan Elsa "Ah kamu mah mikirnya dibully mulu. Mentang-mentang kamu sasaran bully.an kita sa"

Elsa menjawab perkataan Vee "Eh bukan gitu Vee. Tapi, sebagai anak baru nanti pasti kita bakalan dapet bully.an dari anak-anak sekolah itu. Itu menurut aku sih"

HIGH SCHOOL LOVE STORYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang