Dua : Pinangan

13.5K 771 36
                                    

Selamat malam untuk penggemar Sekar. Saya hadirkan kegundahan Sekar untuk malam minggu anda ...

Special komentator di part sebelumnya : ElisIrasiska918cincayyjoulee30, saya tunggu kritik dan sarannya...

* * *

Pagi ini, usai sarapan pagi, Raden Suryo mengajak Faisal berbincang mengenai rencana semalam di ruang tengah.

"Jam berapa pacarmu akan menemui Bapak dan Ibu?" Pak Suryo bertanya setelah menyeruput kopi panas kental namun tidak terlalu manis itu.

"Dia tak akan datang." Faisal menjawab murung.

Raden Suryo terkejut, karena semalam Faisal mengatakan bahwa pacarnya akan datang menemui beliau. Apalagi ternyata Bu Suryo tidak mengatakan apapun mengenai pembicaraan Faisal semalam.

"Apa Ibu tidak bilang sama Bapak?"

Raden Suryo mengerutkan keningnya.

"Ibu tidak mengatakan apapun. Memangnya apa yang terjadi sebenarnya? Mengapa Bapak tidak tahu?"

"Semalam panjenengan sudah sare, Pak. Jadi Ibu tidak berani membangunkan," Bu Suryo datang dari dapur sambil membawa secangkir jamu hangat yang selalu beliau konsumsi, resep ayu dan awet muda warisan leluhur.

"Dita tidak jadi datang menemui kita, Pak," Bu Suryo memberitahu.

Pak Suryo terdiam, tak menjawab karena menunggu Faisal yang mengatakan sendiri berikut alasannya.

"Katanya hubungan kalian serius? Mengapa tidak berani menemui Bapak dan Ibu jika memang kalian ingin melanjutkan pada jenjang yang lebih serius?" Raden Suryo bertanya santai.

"Dita masih ingin mengejar karier. Dan sejujurnya, saya juga masih belum siap untuk menikah, Pak." Akhirnya Faisal angkat bicara dengan suara rendah.

Raden Suryo tersenyum.

"Kamu bisa menunda waktu, Faisal. Tapi siapa yang tahu usia Bapak akan sepanjang yang kita inginkan?"

Faisal menunduk.

"Bapak tak akan memaksa. Kau sudah dewasa dan punya pilihan. Jika kau lebih berat pada pacarmu, maka kau berhak menolak keinginan Bapak dan Ibu untuk menikahkan kamu dengan segera. Tapi jika kau lebih berat pada Bapak dan Ibu, yang usianya tak sepanjang usiamu, tentunya kau akan mempertimbangkan keinginan Bapak." Kalimat Pak Suryo pagi ini santai dan datar tanpa emosi, tapi sangat telak menohok hati Faisal.

Laki-laki itu mendongak, menatap Raden Suryo yang meski masih tersirat aura ningratnya, namun gurat-gurat tua mulai kelihatan menghiasi wajah beliau.

"Pak, jangan terlalu terbawa perasaan. Nanti kesehatan njenengan turun lagi," Bu Suryo mendekat, duduk di samping Raden Suryo. Mengelus lengan lelaki tua itu dengan lembut.

Faisal terkesiap. Kesehatan Bapak turun lagi? Bukankah itu berarti sudah pernah turun sebelumnya?

Raden Suryo menggeleng.

"Insya Allah, Bapak akan baik-baik saja, Bu," Pak Suryo tersenyum arif melihat kekhawatiran Bu Suryo.

"Bapak nggak harus memikirkan masa depan Faisal terlalu dalam. Biarkan Faisal memilih masa depannya sendiri," Bu Suryo berkata lirih.

Pak Suryo mengangguk.

"Faisal memang anak kita ketika dia masih kecil dan menjadi tanggung jawab kita. Tapi sekarang, bagaimanapun dia sudah dewasa dan manusia yang merdeka dalam menentukan masa depannya, Pak," Bu Suryo kembali berkata lembut.

SEKARTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang