Tujuh : Usaha Terakhir

8.9K 655 46
                                    

Selamat malam, pembaca Indonesia... maaf jika anda menunggu terlalu lama update an Sekar. Ini semua karena padatnya pekerjaan saya. Sekali lagi saya minta maaf ...

* * * *


Sekar terkejut ketika mendapati kedua perempuan yang kini berdiri di hadapannya dengan senyum lembut dan sorot mata penuh kerinduan itu. Maka dengan senyum terkembang lepas, Sekar menyalami dengan takzim kedua perempuan itu kemudian memeluk kedua perempuan setengah baya itu bergantian, mendekap penuh kerinduan.

"Ibu? Budhe? Kok nggak ngasih kabar ke Sekar atau Mas Faisal? Mari masuk!" Sekar dengan tergesa mengambil tas baju yang ditenteng oleh kedua perempuan itu.

Rahmi dan Ratri tersenyum senang melihat kebahagiaan Sekar dengan kedatangan mereka.

"Budhe yang melarang Ibu ngasih kabar ke kamu, Nduk. Budhe bilang biar kejutan," Rahmi melirik Ratri yang dijawab dengan anggukan.

"Rahmi, sebaiknya Sekar tidak memanggilku dengan sebutan budhe lagi. Dia harus memanggilku dengan sebutan ibu karena dia sekarang menantuku. Bukan begitu, Sekar?" Ratri sedikit protes yang di jawab dengan anggukan penuh senyum oleh Rahmi.

"Njenengan bener, Mbakyu. Cuman saya masih terbawa keadaan kemarin-kemarin."

"Injih, Bu, Budhe... mulai sekarang saya juga akan memanggil Budhe dengan panggilan Ibu. Monggo duduk, Bu? Ibu berdua mau minum apa? Atau ngersakne sarapan? Kebetulan saya tadi hanya bikin nasi urap sama telor ceplok."

"Urap?" Ratri terkejut dengan jawaban Sekar yang masih saja memasak lauk khas kota kecil mereka.

"Iya, Bu. Saya suka kangen dengan masakan Ibu, jadi saya sering masak lauk khas kampung kita," Sekar menjawab dengan senyum kecil.

Sementara Rahmi berjalan kearah jendela yang terbuka. Sinar matahari kelihatan masuk dengan leluasa ke dalam ruang tamu minimalis yang terdapat pada apartemen itu.

"Apakah Faisal juga menyukai masakanmu?" Ratri kembali bertanya spontan.

Sekar mendongak terkejut mendapat pertanyaan seperti itu.

"Kenapa, Sekar? Apakah Faisal tak pernah menyukai masakanmu?" Ratri menyelidik.

"Suka kok, Bu. Mas Faisal suka makan masakan saya."

Ratri manggut-manggut seolah ada yang disembunyikan oleh Sekar.

"Oh, ya? Dimana Faisal? Bukankah sabtu dia tidak kerja?"

"Masih di kamarnya, Bu. Mas Faisal masih tidur. Semalam lembur, banyak kerjaan katanya." Sekar buru-buru menjawab tanpa menyadari bahwa ada kejanggalan dalam jawabannya.

"Masih di kamarnya?"Ratri mengulang kalimat Sekar dengan pandangan penuh selidik, membuat Sekar sedikit linglung tapi kemudian dia menyadari kesalahan yang dia lakukan.



Next nya lanjut di DREAME ya ...

SEKARTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang