Selamat siang... saya datang dengan Sekar dan Faisal.
Special mbak lindast1 saya tunggu koreksinya.
***
Senin pagi, Faisal berkemas.
"Lho, kok sudah berkemas, Sal?" Raden Suryo bertanya ketika dilihatnya anak laki-lakinya itu bersiap.
"Saya harus kembali ke Jakarta, Pak. Besuk sudah mulai kerja. Cuti yang saya ajukan sudah habis."
Raden Suryo menatap Faisal yang wajahnya tidak terlalu ceria pagi ini.
"Bapak minta maaf jika lamaran semalam terkesan memaksamu, Sal. Ini Bapak lakukan karena ini amanah," Raden Suryo berkata dengan nada rendah.
Faisal menatap bapaknya, lalu menggeleng tegas. Lelaki itu lantas mendekati bapaknya yang sedang duduk di teras kecil belakang rumah berstruktur kuno itu.
"Bapak nggak bersalah. Kakek juga jelas nggak bersalah karena beliau tentu menginginkan yang terbaik untuk anak cucunya. Mungkin saya yang kurang pandai menyikapi keadaan saat ini. Mungkin saya butuh waktu, Pak," kata Faisal.
Raden Suryo mengangguk.
"Saya minta maaf, jika masih belum bisa menerima semua ini. Ini terlalu cepat dan mendadak buat saya. Saya butuh waktu untuk menyesuaikan diri, Pak. Saya tidak menolak, makanya saya harus belajar menerimanya." Faisal kembali berkata lirih.
Raden Suryo mengangguk tipis. Sementara Bu Suryo yang menyaksikan kedua laki-laki yang dia sayangi itu menjadi terenyuh. Beban suaminya tidak ringan dalam mengemban amanah itu. Dan kini Faisal yang harus memikulnya.
"Apakah kau tidak pamit dulu pada Bulik Rahmi dan Sekar, Sal? Meski kalian belum menikah, tapi sudah ada kesepakatan semalam. Jadi akan lebih baik jika kamu pamit ke sana," Bu Suryo menghampiri mereka untuk mencairkan keharuan yang melingkupi keduanya.
"Apakah saya harus ke sana, Bu?" Faisal memastikan.
Bu Suryo tersenyum, kemudian duduk di bangku di depan mereka. "Tidak harus, Sal. Tapi sebaiknya."
Faisal mengangguk.
"Baiklah, saya akan mampir sebentar."
Dan Faisal berpamitan untuk kembali ke Jakarta.
* * *
Faisal menyusuri kembali kota dimana dulu dia tumbuh dari kecil hingga dewasa sebelum merantau ke Jakarta. Masih seperti dulu, tak banyak yang berubah. Bahkan jalanan menuju rumah Bulik Rahmi yang baru dia telusuri kembali setelah beberapa tahun tak pernah berkunjung.
"Lho, Sal? Sini masuk," bulik Rahmi menyambut Faisal yang datang atas anjuran ibunya.
Faisal mengangguk dan menjabat tangan buliknya, sebelum kemudian duduk di kursi ruang depan.
"Mau ke mana ini, Sal? Kok sudah sangat rapi? Lha itu Pak Man kok nggak disuruh turun?" bulik Rahmi melongok pada Pak Man, sopir keluarga Raden Suryo.
"Saya akan kembali ke Jakarta, Bulik. Jadi saya kesini buat pamit sama bulik dan Sekar."
Bulik Rahmi tersenyum.
"Baiklah. Sebentar Bulik panggilkan Sekar."
Bulik Rahmi tersenyum ketika berjalan ke dalam, mencari Sekar yang pagi ini sepertinya malas-malasan untuk bergerak kemana-mana. Gadis itu hanya tiduran di kamarnya, sambil sesekali memegang handphone.
KAMU SEDANG MEMBACA
SEKAR
RomansaPernikahan tanpa cinta yang dijalani Faisal dan Sekar membuat laki-laki mengambil sebuah keputusan untuk menceraikan Sekar, tepat seminggu setelah Faisal meniduri Sekar, untuk yang pertama kali setelah dua tahun pernikahan mereka. Di luar kehendak m...