Part VII [Feeling]

201 21 25
                                    

Aku kembali dari balkon menuju kamarku. Pasti Alice sudah menunggu lama. Setibanya aku di depan kamarku, aku hendak membuka pintu. Namun entah mengapa tanganku terhenti. Mengapa aku menjadi ragu begini? Ini pasti karena celoteh Khun yang aneh itu. Aku jadi memikirkan yang tidak-tidak.

Dan akhirnya aku memberanikan diri membuka pintu kamarku. Aku dapati ruanganku kosong. Aku mencari Alice namun ia tidak disini. "Haahhh... Syukurlah." Entah mengapa aku merasa sangat lega.

Brrukk.. Seseorang menabrakku dari belakang. Aku menoleh dan aku dapati Rin yang tersenyum cerah. "Len-nii... Apa kau sudah berkemas? Jika belum biar aku bantu." Ucap Rin sambil memasuki kamarku.

"Kau yakin ikut serta dalam perjalanan ini, Rin?""

"Tentu saja."

"Emm.. Padahal awalnya aku hendak mempercayakan RB padamu Rin. Lalu jika kau ikut, siapa yang akan menjaga RB?"

"Hmmm? Tenang saja. Aku sudah mempercayakan itu pada peringkat 3 dan 4 di RB." Ucap Rin dengan santainya.

"Hah? Jangan-jangan yang kau maksud Yato dan Yukine dari Noragami? Kau serius Rin?" Tanyaku dengan terkejut.

"Tentu saja. Aku sudah menjelaskan pada mereka secara singkat dan mereka setuju untuk melakukan peran admin sementara. Jadi percayakan saja pada mereka." Ucap Rin dengan senyum manisnya yang mengembang. 

"Terima kasih Rin. Itu sangat membantu, aku bersyukur kau selalu disisiku. Oh iya, apa kau melihat Alice?"

"Hmmppphh.. Alice ada di kamarku. Kalian mau apa?" Tanya Rin sambil mengembungkan pipinya.

"Kami akan kencan." Jawabku singkat sambil meninggalkan Rin. Kemudian Rin menarik tanganku. Aku menoleh ke arah Rin dan kini ia menundukkan kepalanya.

"Len-nii.. Apakah kau menyukai Alice?" Tanyanya dengan lembut. Aku hanya menggaruk tengkukku. Entah mengapa hari ini banyak yang terjadi sehingga aku bingung harus berhadapan dengan pertanyaan lainnya.

"Apa yang kau inginkan Rin? Kalau kau tidak suka-"

"Aku tidak suka!" Sentak Rin.

Aku melihat wajah Rin berubah menjadi merah padam. Aku tidak paham apa yang Rin pikirkan sehingga ia seperti ini.

"Haaahh.. Aku hanya bercanda. Aku ingin membicarakan sesuatu dengannya. Tidak lebih." Jawabku sambil menghela nafas panjang.

"Mengapa hanya berdua dengan Alice? Apakah kau sudah lupa denganku? Kau bahkan tidak acuh dengan kehadiranku." Keluh Rin sambil menarik lenganku.

Rasanya aku mengerti. Rin hanya ingin diperhatikan. Aku mengelus rambut Rin dengan kasar. "Ahaha... Kau merindukanku? Padahal aku kan selalu di dekatmu. Baiklah, akan ku usili kau hingga merasa bosan didekatku."

"Arrgghhh.. Hentikan! Jangan kau acak-acak rambutku Len!"Keluhnya sambil melepaskan tanganku dari kepalanya. "Aku... bukan ingin diusili. Aku hanya ingin selalu berada di sisi Len. Dan aku tidak akan pernah bosan berada disisimu."

Rin menunduk lagi. Aku mengelus rambutnya dengan lembut. "Aku mengerti Rin. Aku pun juga tidak akan meninggalkanmu apapun yang terjadi. Kalau kau merasa kesepian, panggil saja aku. Aku akan datang secepat kilat untuk melindungi satu-satunya saudariku yang manis ini." Ucapku berusaha menghibur Rin.

Rin masih terlihat sebal dan masam. Dia masih saja mengembungkan pipinya. "Huh.. Dasar Len-nii tidak peka. Pantas saja tidak ada wanita yang mau dekat denganmu. Tentunya selain aku."

"Hei... kamu nggak mirror (ngaca)? Kau juga tidak punya pacar kan? Jadi sesama single dilarang saling menghina" Ucapku ketus.

"A-Apa? Aku memang saat ini single. Tapi aku sudah menyukai seseorang disini. Tidak sepertimu yang hanya bisa mengagumi Alicia dari kejauhan." Bantah Rin dengan wajah tersipunya.

My Life from YoursTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang