Part IX [Jealous]

170 19 6
                                    

Semua masih berusaha mencari sumber ketakutan di dalam gelapnya gua tersebut. Bahkan alat yang disebut Light house milik Khun yang terang benderang tidak menjangkau sumber tersebut. Len dan semua orang didalam gua tersebut berusaha untuk mendekati dengan perlahan dan hati-hati.

"Alice? Kau yakin tadi melihat sesuatu disana?" Tanya Len dengan ketakutan namun berusaha tegar. Alice mengangguk dengan santainya. Alice melipat kedua tangannya sedangkan disisi lipatan tangan Alice terdapat tangan Rin yang menggandengnya karena ketakutan.

"Huuuuu.. Mungkin Alice salah lihat. Kita sudah berjalan beberapa meter dari pintu keluar gua tapi tidak ada apapun tuh. Jangan menakuti kami dong Alice.." Rengek Rin yang berjalan dengan gemetar.

Khun pun merasa terganggu dengan celoteh mereka. "Hei Len! Berhentilah merengek! Jika kau terus membuat kegaduhan, kita tidak bisa mencapai jalan keluar dengan aman. Kau hanya akan menarik perhatian nantinya."

"Hah? Aku kan tidak merengek? Tadi itu Rin yang berbicara sejak tadi. Kenapa kau selalu menuduhku melakukan hal buruk sih?" Sahut Len dengan kesal.

Eugeo tiba-tiba berhenti mendadak sehingga membuat semuanya berhenti melangkah dan berbicara. Kirito pun menyiapkan kuda-kuda diikuti pula oleh Khun.

"Sepertinya tadi ada yang bergerak di depan sana." Ucap Eugeo sembari menarik pedangnya.

"Gyaaaa..... Len-niiii..." Teriak Rin yang membuat semua menoleh ke arah Rin. Mereka terkejut karena kaki Rin ditangkap oleh seekor monster yang serupa dengan tanaman liar. Akarnya menjalar kemana-mana dan mulai menarik kaki Alice juga.

"Huwwaaa..... Lepaskan aku!!!" Teriak Alice sembari berusaha melepaskan akar yang melilitnya. Kirito dan Eugeo pun langsung bertindak dan memotong sumber akar tersebut. Alhasil mereka berhasil memotongnya. Alice dan Rin langsung terjatuh.

"Riiinnn... Aliiiceee..." Teriak Len sembari menghampiri mereka berdua. Mereka berdua terlihat kesakitan. Rin mulai menangis perlahan karena lutut dan sikunya terluka. Begitu pula dengan Alice namun Alice berusaha menahan rasa sakitnya.

"Rin.. Berhentilah menangis. Aku akan mengobati lukamu." Ucap Len menenangkan Rin sembari mengambil peralatan obat di tasnya. Len pun mulai mengobati Rin dengan perlahan. Rin merintih kesakitan dan mulai berhenti menangis.

Kirito menghampiri Alice untuk membantu mengobatinya. "Kau baik-baik saja Alice? Kemarilah! Akan aku obati." Alice hanya terdiam mendengar perkataan Kirito. Alice melihat ke arah Len dan Rin dan kemudian menunduk.

"Aku baik-baik saja. Tidak perlu khawatir." Ucap Alice sembari berusaha berdiri. Kirito hanya memandangi Alice yang sedikit pincang ketika ia berjalan.

Khun dan Eugeo masih saja terfokus dengan map dan jalur terowongan gua itu. "Baiklah. Ayo kita lanjutkan perjalanan kita." Ucap Khun tanpa menoleh sedikit pun pada yang lainnya.

Kirito pun menarik bahu Khun. Ia berkata, "Mungkin kita lebih baik beristirahat dulu Khun. Sepertinya di daerah sini sudah tidak terdapat monster lagi. Dan lagi, rekan kita ada yang terluka. Jadi...?" sambil mengangkat kedua bahunya dan mengangkat sebelah alisnya.

Khun menoleh dan melihat ke arah teman-temannya dan kembali menghadap ke lorong gua yang gelap. Eugeo pun tersenyum. "Mungkin Kirito ada benarnya. Kita harus beristirahat dulu malam ini. Tenang saja Khun. Aku rasa jalan keluarnya tidak akan berpindah tempat." Ucap Eugeo diselingi candaan kecil.

Khun pun menghela nafas. "Baiklah. Tapi aku tidak yakin Alicia bisa menunggu kita lebih lama lagi." Ucapnya sembari meninggalkan temannya beberapa langkah untuk merebahkan diri di lorong gua yang mulai menerang karena light house milik Khun.

My Life from YoursTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang