Part XX [White Alice]

135 15 3
                                    

Sudah berminggu-minggu sejak aku tersadar dari mimpi panjangku atau kasarannya koma. Aku menjalani aktifitas harianku seperti biasanya. Tapi tetap tidak ada yang mengetahui apa yang terjadi pada departemen RB maupun LB. Apakah Len juga terselamatkan pun aku tidak tahu.

Setiap hari aku selalu memandangi boneka Len, menyenandungkan lagunya, apapun akan kulakukan agar aku tidak melupakan Len.

Aku selalu berharap dapat bertemu dengan Len dan yang lainnya. Jangankan bertemu, mendengarkan suaranya langsung mungkin sudah dapat membahagiakanku. Bahkan aku terkadang berharap mendengar bisikan-bisikan itu. Namun alhasil semua harapanku sirna dan tidak membuahkan apapun.

Setiap malam aku menantikan keajaiban bahkan hingga malam ini.

'Apa aku harus koma lagi agar dapat bertemu mereka?'

Yah, pikiran gila itu seringkali terbesit di pikiranku. Aku memegang sebotol obat yang dulunya aku gunakan untuk membuatku overdosis. Di dalamnya terdapat beberapa pil yang tersisa yang mungkin dapat membuatku tidak sadarkan lagi.

Aku mengeluarkan beberapa pil di genggamanku dan memandanginya.

"Len, jika kau tidak menghentikanku saat ini... Aku akan meminum obat ini agar aku dapat koma kembali.."

Aku menanti beberapa detik dan tentunya kamarku tetaplah sepi seperti malam-malam sebelumnya. Air mataku terjatuh membuat pikiranku melayang.

"Bodoh... Aku sungguh bodoh... Jika ada Len disini, pasti dia akan sangat marah. Dia berani mengorbankan nyawanya untuk kehidupanku. Tapi aku justru menyia-nyiakannya. Maaf.. Maafkan aku Len. Aku sungguh sudah gila. Aku gila tanpamu Len..."

Aku berucap pada diriku sendiri sembari mengusap air mataku yang melekat dipipiku. Aku hanya duduk termenung dan mengembalikan pil obat tidur itu ke dalam botol. Aku berusaha menenangkan pikiranku dan mengatur nafasku yang mulai berirama tidak beraturan.

Kembali merebahkan tubuhku di atas kasur membuatku ingin segera tertidur melupakan kenyataan yang pahit ini. Kupejamkan kedua mataku dan hanya kegelapan yang tampak. Setidaknya kegelapan ini memberiku harapan, itulah pikirku sebelum akhirnya aku tertidur pulas.

"Alicia.... Alicia..."

'Hmm? Seseorang memanggilku huh?'

"Alicia... Sadarlah!!"

'Rasanya aku pernah mendengar suara ini. Suara seorang pria. Tapi aku kan tidak memiliki saudara laki? Lalu siapa dia?'

"Alice!!!!!"

Mendengar teriakan itu, aku pun mulai membuka mataku perlahan karena suhu dingin yang menusukku.

Mendengar teriakan itu, aku pun mulai membuka mataku perlahan karena suhu dingin yang menusukku

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
My Life from YoursTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang