(If you wanna read this part i highly recomended you to play the media or playing Davichi - forgetting You)
Plaetinuhm Present
2017
The Concubine
Kedua kelopak mata itu berkedut samar yang diikuti munculnya eksistensi iris sekelam jatinya beberapa saat kemudian. Kepalanya menoleh perlahan, tautan alis yang semula menghiasi wajah putihnya perlahan menghilang tergantikan oleh senyum kecut dan juga perasaan pahit yang sudah biasa. Terlalu biasa dengan dirinya.
Jimin bangun dari posisinya yang semula masih berbaring di pembaringannya ia memilih untuk berjalan mendekati jendela paviliunnya, mengabaikan rasa pening yang terasa menggigit sebagian kepalanya. Di bukanya jendela paviliunnya, dalam keheningan ia menikmati angin dingin yang menampar pelan wajahnya.
Di balik bintang fajar yang mengintip malu Jimin teringat akan masa lalunya.
Betapa ia akan tetap terjaga sampai tengah malam menunggui ayahnya yang belajar hingga larut dengan dirinya yang berada di pangkuan pria tua itu saat ayahnya membaca bukunya dengan suara lirih yang masih dapat ia dengar. Dimana ibunya akan menggendongnya saat ia tertidur di pelukan ayahnya.
Jimin merindukan semuanya. Andai saja, andai saja Yang Mulia Raja tidak hadir dengan keserakahannya. Ia pasti masih bisa bersama mereka, menjadi seorang sarjana yang berbakti bagi negara. Bukannya menjadi seorang selir, seorang pelacur tak resmi yang menjadi pemenuh hasrat rajanya.
"Apa yang kau lakukan tengah malam begini?" Jimin terperanjat, ia segera membalikkan badannya dan otomatis berlutut menghormat saat ia melihat seorang lelaki tegap dengan balutan gongryeongpo merahnya berada tepat didepannya.
"Aku tanya sekali lagi, apa yang kau lakukan pada tengah malam seperti ini selir Park." Nada suara sang raja terdengar sedingin hembusan angin fajar. Jimin menggigit bibirnya, merasa ragu untuk menjawab.
"Sa- Saya hanya." Jawaban Jimin tertelan kegugupannya, ia menahan nafas takut saat sang Raja berjalan mendekat dan malah ikut berlutut didepannya. Tangan besar dengan warna kulit terbakar matahari itu meraih kepalanya, memaksa lembut dirinya untuk menatap wajah tegas sang Raja.
"Kau baru sadar setelah dua hari terbaring pingsan Selir Park. Beristirahatlah." Lelaki itu tersenyum pelan, wajahnya yang tegas dan seperti diberkati para dewa semakin terlihat tampan saat sinar fajar membingkainya malu-malu.
Keheningan menelan obrolan ringan mereka, Jimin masih diam tak bergerak dari posisinya ia lebih memilih mengalihkan pandangannya pada guci kecil di sudut ruangan dibandingkan harus menatap wajah lelaki tampan didepannya.
"Kau tidak tahu betapa aku merindukanmu, Chim." Hati Jimin serasa diremas ketika mendengar panggilan itu. Panggilan kesayangan semasa ia masih menjadi rekan belajar sang Putera Mahkota. Ia seperti menemukan Taehyungnya yang lama saat ini, ia begitu merindukannya. Hatinya merindukannya.
"Hatiku sakit saat mereka bilang kau terlalu kelelahan bahkan untuk membuka matamu sendiri." Jemari panjang itu menelusuri wajahnya pelan, Jimin menikmatinya. Jimin menikmati bagaimana cara jemari itu mengelus pipi, hidung, dahi, dan berakhir di sepasang labiumnya yang penuh.
Waktu seakan berenti saat sepasang anak adam itu mendekatkan wajah mereka, mempertemukan sepasang bibir dengan pelan dan dalam. Tanpa nafsu seperti yang biasa ia rasakan, hanya segenggam perasaan rindu yang akhirnya membuncah tak karuan.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Concubine
Fanfic[ REWRITTEN ] Bunga teratai adalah analogi yang tepat mengenai hidup Park Jimin, Dimana keindahan nya mekar disaat ia berada ditengah kubangan nafsu hewani, Di tengah perebutan kekuasaan, cintanya mekar merekah. Maka, manakah yang akhirnya menjadi t...