3. München Membawa Berita

2.8K 422 63
                                    

Malam yang biasanya Jihoon habiskan dengan tertidur pulas di ranjang abu-abu miliknya kini ia pakai untuk terdiam dan merenung di pelataran apartment miliknya.

Semilir angin menerpa rambut coklat miliknya. Terdiam menatap hamparan bintang yang terlihat indah di langit. Seindah kenangannya dulu bersama Soonyoung. Kenangan-kenangan yang tak mudah untuk dilupakan.

Seolah tak mengenal, tapi mempunyai sejuta kenangan indah. Berpura-pura tak tahu kala melihat. Bukanlah suatu perkara mudah untuknya.

Kristal bening itu kembali turun dari kedua Hazel cantiknya. Selalu begitu. Tidak pernah ada saksi yang melihat Jihoon menangis. Kecuali, bintang yang kini menerangi langit begitu indahnya.

Indahnya malam, tapi tak seindah kenangannya.

---

"Halo," sapa Jihoon.

"Bukalah pintunya. Kau tidak ingin membuat hyung tampanmu ini mati kedinginan bukan? "

"Sebentar."

Jihoon memutuskan panggilannya bersama Yoongi. Ia sedikit berlari untuk membuka pintu.

Dengan cengiran khasnya, Yoongi diam di depan pintu apartment miliknya. Siapa yang mampu menahan senyumnya kala seorang kakak dengan dengan cengiran bodohnya, diam menunggumu di depan pintu.

Jihoon pun sama. Ia tak dapat menyembunyikan senyumnya dari Sang Kakak. Setelahnya, pelukan hangatlah yang Yoongi dapatkan.

"Aku merindukanmu, hyung."

Yoongi terkekeh pelan dan membalas pelukkan adiknya. "Kau tetap saja menggemaskan, Jihoon-ie."

Yang dipanggil menggemaskan itu mengerucutkan bibirnya lucu. "Aku tidak menggemaskan, hyung."

Yoongi mengangguk mengiyakan. "Ya, ya, kau tidak menggemaskan."

"Baiklah," Yoongi melepaskan pelukannya dan sedikit menjauhkan tubuh Jihoon. "Kita harus segera ke München."

"Sekarang?"

Yoongi menghela napasnya. "Tidak, sayang. Nanti saja tahun depan."

"Aish, aku serius!"

"Sekarang, adikku." Yoongi menarik pelan pipi yang agak memerah karena dingin itu.

Jihoon berdecak pelan. "Baiklah, tunggu sebentar. Aku siap-siap dulu."

Dengan menggunakan sweater berwarna putih dan coat berwarna hitam yang dipadukan dengan sepatu putih miliknya, Jihoon terlihat manis dan elegan di waktu bersamaan.

"Ayo, hyung."

---

Riuk pikuk kota München menyambut kedatangan mereka. Indahnya lampu-lampu jalan yang menyala dengan eloknya. Bangunan-bangunan seperti dalam film kolosal itu tersaji di depan mata mereka.

Tak jarang ia melihat orang-orang yang duduk dekat kolam air mancur untuk sekedar berbincang. Ternyata dinginnya malam tak membuat semangat mereka surut untuk melihat keindahan kota ini pada malam hari.

One More Time | SoonHoonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang