Song; Tiffany – By Myself
Jihoon sudah siap dengan kemeja biru tua dan coat hitam panjangnya. Ia duduk di ruang tengah sambil menunggu Soonyoung datang. Ia memainkan jemari lentiknya dan kakinya terus ia goyangkan untuk menahan perasaan yang tiba-tiba saja memuncak tak berarah.
Irama jantungnya tak beraturan. Sesekali ia menggigit bibirnya ia poles sedikit menggunakan lip balm beraroma strawberi. Hanya sebatas untuk melembabkan bibirnya yang sedikit kering.
Ia melirik sejenak ke arah piano miliknya. Jihoon melangkah seraya memegangi perutnya. Duduk tepat dihadapan piano tersebut. Jemari lentiknya menekan tuts yang perlahan-lahan mengalunkan rangkaian melodi indah.
Lelaki kelahiran November itu terbuai dengan permainannya sendiri. Hingga ia tak sadar seseorang membuka pintu dan berseru.
"Ji, aku pu—"
Lantunan dari kelihaian jemari dari calon ibu itu menyambut kedatangan Soonyoung. Untuk yang kesekian kali dalam hidupnya, Soonyoung tersenyum simpul. Ia berjalan pelan berusaha untuk tidak mengganggu permainan indah dari orang terkasihnya.
Nada yang Jihoon mainkan perlahan merendah dan berhenti. Soonyoung mengalungkan lengannya di leher Jihoon. Memeluknya dari belakang. Jihoon sedikit tersentak sebenarnya, namun saat penciumannya menangkap wangi mint yang menguar kuat, ia tidak begitu mengkhawatirkan siapa yang memeluknya. Tentu saja, Jihoon tahu itu Soonyoung.
Pemuda bermarga Kwon itu menghirup wangi bedak bayi yang menguar dari tubuh mungil suaminya. Ia mendaratkan sebuah kecupan kilat di tengkuk Jihoon.
Soonyoung menempelkan sebelah pipinya ke pipi Jihoon yang ia yakini pasti warnanya sudah sama dengan buah raspberry. "Wangimu seperti anak kecil. Aku menyukainya," ujar Soonyoung.
Jihoon sedikit menoleh ke arah Soonyoung. "Benarkah?"
Soonyoung mengangguk. "Kau sudah siap?"
Jihoon mengerucutkan bibirnya. "Bahkan daritadi aku sudah siap."
Soonyoung terkekeh pelan, ia menggesekkan hidungnya dengan hidung bangir Jihoon. "Maaf telah membuatmu menunggu, Your Majesty..."
Jihoon merona dibuatnya. "Kita tidak tinggal di Inggris dan ini bukan masa Elizabethan. Jadi, jangan memanggilku dengan sebutan itu."
"Tapi, itu cocok untukmu yang selalu ingin terlihat perfeksionis, Your Majesty..."
Kini Jihoon yang terkekeh. "Hentikan, Soonyoung. Itu menggelikan."
Soonyoung mengecup puncak kepala Jihoon sebelum menegakkan tubuhnya. Ia mengulurkan sebelah tanganya pada Jihoon dan lelaki berparas manis itu dengan senang hati menerimanya.
Soonyoung masih menggunakan pakaian kerjanya. Jas hitam yang kancingnya ia biarkan terbuka dan kemeja putih polos. Sebelumnya, Soonyoung sudah melepas dasinya dan entah ia buang kemana.
Jihoon membuka pintu mobil dan ia dikagetkan dengan sebuket bunga tulip yang Soonyoung taruh di bawah jok mobil.
KAMU SEDANG MEMBACA
One More Time | SoonHoon
Fanfiction✨ Sequel of Love Blossom Berawal dari kesalahan aku belajar. Mencintainya adalah hal unik yang pernah aku rasakan. Aku suka rasa ini. -Soonyoung. Berlagak seperti tidak memiliki rasa itu rumit. Aku mencintainya, tapi ia mengkhianatiku. -Jihoon. D...