Song; Soyou & Hyorin - Hurt
Sore itu cuaca terlampau dingin. Berbalut coat panjang berwarna coklat muda dan sweater hitam, Jihoon duduk di kursi taman yang jauh dari jangkauan orang-orang.
Pria dengan perawakan tinggi dan kurus berjalan lurus untuk menghampiri Jihoon. "Apa kau menunggu lama?" tanya Wonwoo.
Atensinya yang semula tertuju pada pohon rindang di ujung taman, kini teralihkan pada sosok tinggi itu. Ia tersenyum getir dan menjawab, "Tidak."
Semilir angin membuat hawa disina semakin dingin. Kesedihan itu kembali terpatri di wajah manis Jihoon.
Wonwoo kembali menghela napasnya. "Kali ini apa lagi?"
"Aku hamil."
Wonwoo membulatkan matanya. "A–apa?"
"Haruskah aku mengugurkannya?" Setetes air mata kembali jatuh dari kedua netra indah itu.
"A–apa? Kau gila, Lee Jihoon!"
Napas lelaki mungil itu memburu. Matanya terus mengeluarkan cairan bening yang mengalir membasahi kedua pipinya yang memerah karena dingin dan menahan amarah.
"Lalu, kau pikir aku akan membiarkannya hidup di dunia ini? Dia bukan anak yang aku inginkan! Dia ada karena nafsu bajingan itu!"
Sebuah tamparan mendarat mulus mengenai pipi kanan Jihoon. "Apa yang kau—"
"Kau kejam, Ji..." lirih Wonwoo.
Jihoon bergeming.
"Tidakkah hatimu terketuk untuk sekedar menyadari betapa besar perjuangan Soonyoung untukmu? Lihatlah dia. Jangan pandang fisiknya, pandang cintanya. Kau—" Wonwoo menunjuk tepat di depan wajah Jihoon. "—harusnya malu karena Soonyoung masih bisa bertahan dengan sifatmu yang seperti ini," tegasnya.
"Jika kau tahu ini akan berakhir buruk, seharusnya kau menghentikan ini dari awal. Kau menyiksa Soonyoung dengan perlahan kalau begini caranya!"
"Aku tanya padamu. Jika kau tahu ini akan berakhir buruk, sanggupkah kau menghentikannya saat masih terasa indah?" tanya Jihoon.
Hiliran angin seperti memperkeruh suasana. Dinginnya menusuk tulang. Tapi, sakit di hatinya lebih menusuk lagi.
"Jadi, karena kesalahanmu yang tak bisa menghentikan saat semuanya indah akan kau lampiaskan pada mutiara kecil yang tak bersalah itu?" Wonwoo mulai mengeluarkan air matanya.
Lelaki kelahiran Juli itu tidak habis pikir dengan pemikiran bodoh yang terlintas dipikiran Jihoon. Sekali lagi, Jihoon bergeming. Air matanya terus mengalir tanpa henti membasahi pipinya.
"Setega itu kau ingin melenyapkannya? Di saat Tuhan dengan sudinya menitipkan malaikat kecil pada orang picik sepertimu, kau masih ingin menggugurkannya? Tidakkah kau merasa bersyukur, Lee Jihoon?" tanyanya lirih.
Isakkan Jihoon semakin menjadi. Ia menunduk dalam dan meremat ujung coat yang ia pakai. Wonwoo menengadahkan kepalanya, sekedar mencegah semakin banyaknya air mata yang keluar—walaupun hasilnya nihil.
KAMU SEDANG MEMBACA
One More Time | SoonHoon
Fanfiction✨ Sequel of Love Blossom Berawal dari kesalahan aku belajar. Mencintainya adalah hal unik yang pernah aku rasakan. Aku suka rasa ini. -Soonyoung. Berlagak seperti tidak memiliki rasa itu rumit. Aku mencintainya, tapi ia mengkhianatiku. -Jihoon. D...