12. Flower Way

2.5K 403 53
                                    

Song; Kim Sejeong - Flower Way

Tak selamanya orang dapat mencinta dan tak selamanya pula orang dapat terus menerus membenci. Begitu yang kira-kira Jihoon rasakan. Sekeras apapun batu jika terus menerus ditetesi air akan tergerus juga. Begitu pun Jihoon.

Sekeras apapun usahanya menolak Soonyoung, namun kasih sayang dan perhatian yang ia berikan padanya membuat hati dari lelaki yang tengah mengandung itu luluh juga.

Sebanyak apapun hujan turun dari matanya, ia tetap mencintai Soonyoung. Benci hanya sebuah kata tak berguna yang selalu ia ucapkan. Lebih tepatnya kebohongan untuk menyembunyikan cintanya. Dibalik rasa takut dan benci itu, rasa cintanya pada Soonyoung lebih besar.

Tak terasa waktu berjalan begitu cepatnya. Malaikat yang satu ini pun terus berkembang. Sudah tiga bulan lamanya ia berbadan dua.

Jemari lentik Jihoon mengusap perutnya yang tertutupi kaos hitam berlengan panjang. Ia berdiri tepat dihadapan sebuah figura besar yang menampilkan foto keluarga besar mereka.

Lelaki manis itu mengerutkan dahinya seraya terus mengusap sayang malaikat kecil yang tengah bersembunyi atau lebih tepatnya tengah bersiap untuk keluar melihat dunia dibalik lapisan kulit perut dan plasenta.

"Soonyoung," panggilnya.

"Hng? "

Jihoon menoleh. Soonyoung tengah duduk di ranjang mereka yang sekarang penuh dengan kertas-kertas yang Jihoon tak mengerti. "Bisa bantu aku sebentar?" pintanya.

Soonyoung melirik pemuda berwajah manis itu sebentar. Mata kecilnya menatap penuh arti, bibir merah segarnya sedikit membuka dan jangan lupakan tangannya yang terus bergerak mengusap perutnya yang tengah menyembunyikan sebuah kehidupan.

Soonyoung tersenyum simpul. Ia melepaskan kacamatanya dan bangkit menghampiri calon si ayah tersebut.

"Tentu saja. Apa yang perlu aku lakukan untukmu?" tanyanya seraya merapikan juntaian rambut hitam legam milik Jihoon.

Lelaki kelahiran November itu menunjuk kearah figura dihadapannya. "Itu miring. Bisa tolong benarkan? Tidak enak dilihat," katanya.

Lagi-lagi Soonyoung tersenyum. Ia mengangguk, "Tentu saja."

Soonyoung menarik kursi untuk ia pakai sebagai pijakannya. "Hati-hati," ucap Jihoon.

Soonyoung membenarkan letak dari figura tersebut. Sesekali ia melirik kearah Jihoon yang menatapnya. Satu kata yang terpikirkan oleh Soonyoung. Cantik.

Mata kecilnya mengerjap perlahan, hidung bangirnya dan bibir ranumnya. Definisi kecantikan yang sesungguhnya. Pantas saja lelaki satu ini tidak pernah terpikat oleh wanita bertubuh bak gitar spanyol, bibir yang dipoles begitu merah seperti habis meminum darah dan pipi yang dipoles agar terlihat pink layaknya orang merona.

Jihoon tak perlu itu semua. Tidak perlu memoles bibirnya agar terlihat ranum, tidak perlu memoles pipinya dengan segala macam make up agar terlihat pink. Cukup Soonyoung mengatakan kalimat sayangnya, pipi itu akan merona dengan sendirinya.

"Terima kasih," ucap Jihoon.

Soonyoung melangkahkan kakinya mendekati Jihoon. Menaruh sebelah tangannya di wajah manis itu. Soonyoung mengecup dahinya. Jihoon menutup matanya merasakan perasaan yang seperti sengatan listrik. Manik hitam legam Soonyoung bertubrukan dengan milik Jihoon.

One More Time | SoonHoonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang