Sinar mentari menerobos masuk melalui celah tirai abu-abu di kamar megah milik Kwon Soonyoung dan Kwon Jihoon. Melalui celah itulah sinar matahari dapat membuat kedua pasang mata sipit ikut bercelah.
Jihoon yang lebih dahulu bangun. Menepuk pelan pipi sang suami yang masih betah merangkul pinggulnya. Dengan suara serak khas orang bangun tidur, Jihoon memanggil Soonyoung yang tak kunjung membuka matanya.
"Lima menit lagi," katanya.
"Kau sudah berkata begitu sepuluh kali, Soonyoung."
"Aku tahu, tapi sepuluh menit lagi."
"Kau ingin merasakan bagaimana terjatuh dari kasur, Kwon?"
"Tidak, terima kasih dan ingatlah bahwa kau juga bermarga Kwon disini."
Jihoon mencibik kesal karena penuturan Soonyoung. Lelaki sipit itu membuka matanya yang langsung dihadiahi tatapan tajam dari lelaki yang ada di rengkuhannya.
"Apa?" tanya Soonyoung tak ingin kalah.
Jihoon masih menatapnya tajam. "Tidak usah menatapku seperti itu atau kau ingin aku memakanmu untuk sarapan?"
Jihoon melotot mendengarnya. Suaminya ini benar-benar mesum astaga! Kwon Soonyoung adalah manusia paling mesum yang Jihoon kenal di dunia.
Soonyoung mencuri satu kecupan di bibir Jihoon. Setelahnya suara pekikan terdengar menggema di kamar mereka.
---
Cuaca cukup cerah, namun tetap dingin. Hari minggu di musim dingin. Suara gaduh dari arah dapur dapat Jihoon dengar, terutama suara Soonyoung yang meminta agar seseorang berhenti mengacak-acak rambutnya.
"Ya! Kwon Hyebin, hentikan!" pekik Soonyoung yang kewalahan dengan putri kecilnya.
"Rasakan ini, dasar monster!" Kini giliran Hyebin yang memekik girang seraya memukul kepala Soonyoung.
"Hyebin, kepala Appa bisa sakit, Sayang."
"Kau bukan Appa, kau adalah monster yang memakan pancake milik Hyebin!"
Jihoon tersenyum melihat tingkah laku bocah 5 tahun itu. Dengan logat lucunya, ia berbicara bak anak 10 tahun yang sudah pandai dan fasih berbicara.
"Hyebin, hentikan, Sayang." Jihoon mengambil alih jemari putrinya yang menggenggam erat rambut Soonyoung.
"Vater!! "
Perempuan manis itu memeluk Jihoon dan mengecup pipinya. Tak ingin kalah, Jihoon menghadiahi putrinya kecupan di pipi tembamnya. Kemanisan Hyebin sangat menurun dari Jihoon, tapi tingkah tidak bisa diamnya itu sangat mirip sekali dengan Soonyoung.
"Kau tidak boleh menjambak rambut Appa, Princess. Bagaimana kalau Appa menangis?"
Raut wajah Hyebin tiba-tiba berubah sendu. Jihoon selalu bisa membuat Hyebin menyesal karena sudah melakukan kesalahan, setelahnya putri kecil itu tidak akan pernah lagi melakukan kesalahan itu. Kepintarannya benar-benar menurun dari Jihoon.
"Appa, maafkan aku..."
Soonyoung tidak kuat akan kedipan lucu dan bibir pink yang menekuk ke bawah itu. Jihoon dan Hyebin itu benar-benar dua makhluk yang paling menggemaskan. Soonyoung mengecup pipi putrinya, lalu mencubit pelan pipinya.
"Tak apa, Sayang."
Hyebin pindah menjadi ke gendongan Soonyoung. Lelaki itu mengusap surai halus milik anaknya. "Appa belum mendengar Hyebin membawakan lagu baru yang Vater ajarkan padamu. Bolehkan Appa mendengarnya sekarang?"
Putri kecil itu mengecup cepat pipi Soonyoung dan berkata, "Tentu, Appa!"
Soonyoung menurunkan Hyebin dari gendongannya dan perempuan mungil itu menarik jari Soonyoung ke arah piano.
Bakat bermain musiknya pun menurun pada Hyebin. Soonyoung bersyukur banyak sifat Jihoon yang menurun pada anaknya, karena jika sifat Soonyoung yang menurun padanya, bagaimana masa depan penerus keluarga Kwon nanti.
Hyebin sudah duduk di pangkuan Jihoon di depan piano dan jemari mungilnya sudah siap untuk menekan tuts di depannya. Dengan bantuan Jihoon, alunan lagu mulai terdengar dan melodi indah seketika memasuki ruang pendengar Kwon Soonyoung.
Anak dan suaminya itu benar-benar sangat berbakat di bidang musik. Melihat Hyebin yang begitu cepat mempelajari seluk beluk piano, membuat Soonyoung tercengang saat pertama kali Hyebin menunjukkan kebolehannya di depan Soonyoung, yang pada waktu itu sempat tidak percaya.
Alunan musik terhenti, bersamaan dengan itu Hyebin memeluk Jihoon dengan gemas. Hyebin saja gemas pada Jihoon, apalagi Soonyoung.
"Jihoon-ah," panggil Soonyoung.
"Ada apa?"
"Ikut aku sebentar, ada yang perlu aku bicarakan."
Jihoon menurunkan Hyebin dari pangkuannya dan membiarkan putrinya bermain dengan piano kesayangannya.
"Ada apa—"
Soonyoung langsung membungkam pertanyaan Jihoon dengan ciuman lembut. Soonyoung sudah mengulum bibir bawah Jihoon dan begitu pun sebaliknya. Tangan Jihoon sudah mengalung di leher Soonyoung. Tidak ada yang berniat untuk melepaskan pagutan itu, kecuali pasoka udara yang semakin menipis.
Lelaki kelahiran Namyangju itu mengusap pela bibir yang agak membengkak akibat ulahnya itu sebentar.
"Terima kasih karena telah melahirkan anak yang begitu manis dan jenius seperti dirimu. Kalian adalah mutiara dalam hidupku."
catetan: Btw tadi temen aku ngeliatin video yang main biola, jadi pengen bisa main biola ih:(
sekilas info, Hyebin manggil Jihoon itu Vater karena itu panggilan ayah di Jerman. Sekian.
vomment ya jan lupa
KAMU SEDANG MEMBACA
One More Time | SoonHoon
Fanfiction✨ Sequel of Love Blossom Berawal dari kesalahan aku belajar. Mencintainya adalah hal unik yang pernah aku rasakan. Aku suka rasa ini. -Soonyoung. Berlagak seperti tidak memiliki rasa itu rumit. Aku mencintainya, tapi ia mengkhianatiku. -Jihoon. D...