Pilih JAPER atau BAPER ?

1.6K 55 0
                                    

Pentingnya Belajar Menjaga Perasaan Orang Lain dan Tidak Gampang Baper

⚪Sahabat Soliha, saat ini kita hidup di zaman di mana kebanyakan orang hanya mempedulikan diri sendiri dan tidak mempertimbangkan perasaan orang lain.

Banyak pemuda dan pemudi sehat wal afiat tak bersedia berdiri dari kursi prioritas sekalipun di hadapannya ada ibu hamil berdiri dengan membawa banyak tentengan. Pikir mereka, "Gue juga bayar, gue juga pegal kalau berdiri, gue duluan yang dapat kursi ini."

Mereka tidak berpikir sebaliknya, kalau gue yang gak hamil aja gak kuat berdiri lama, apalagi yang hamil, apalagi yang gendong anak.

Tak sedikit pula anak muda sekarang yang dengan gampang mengeluarkan perkataan kasar semisal " ~B*ngs*t~, ~brengs*k~, ~si*l*n,~" dan juga sederet nama hewan yang ditujukan untuk manusia kawan dekatnya sendiri. Atau memaki dengan kekurangan fisik seperti, "Woy Gendut, pesek, kuntet, dan sebagainya."

Mereka tak bisa menjaga perasaan orang lain, jangankan menjaga... Peduli pun tidak.

Atau dalam konteks pernikahan, masih banyak suami yang tidak bisa menjaga perasaan istrinya. Ada perempuan cantik lewat, langsung menyindir istri, "Coba istriku secantik itu, kamu mustinya begitu dong... Bisa jaga badan, pakai make up!"

Suami seperti ini tidak mikir, berapa juta Rupiah yang dikeluarkan perempuan cantik itu sehingga bisa terawat kayak gitu, "Kasihan istriku harus rela badannya melar karena melahirkan anak-anakku. Gajiku juga tidak cukup beli perawatan wajah dan muka yang jutaan. Aku akan makin sayang sama istri." Mustinya kan mikir begitu tho.

Atau, istri yang tidak bisa jaga perasaan suami juga banyak. "Lihat tuh Mas, tetangga pada punya furniture baru, motor baru, padahal gajinya sama kayak kamu, sabetannya banyak kali yaa. Kamu ini gaji segitu-gitu aja, gak nyari tambahan, buat makan aja kurang, dasar suami pemalas!"

Istri seperti ini tidak mikir, seberapa ketat istri tetangganya tersebut dalam mengatur keuangan, hanya makan tahu tempe atau nasi dengan garam agar bisa menabung, juga tidak pernah jalan-jalan ke mall, atau memanggil semua abang-abang makanan yang lewat, karena masalah keuangan bukan hanya penghasilan yang sedikit, tapi juga pengeluaran yang berlebihan.

Sahabat Soliha, padahal kemampuan menjaga perasaan orang lain dari kejahatan lisan kita merupakan salah satu kriteria seorang muslim:

”Orang Islam adalah orang yang menyelamatkan orang lainnya dari lidah dan tangannya."*
(HR. Bukhari)

Bagaimana mungkin kita mengaku Islam, tapi tak mampu menjaga perasaan orang lain dari kejahatan lisan dan perbuatan kita.

*"Sesungguhnya ada seorang hamba berbicara dengan suatu perkataan yang diridhai Allah yang ia anggap biasa, lalu Allah mengangkat derajatnya disebabkan perkataannya itu. Dan ada juga seorang hamba yang berbicara dengan suatu perkataan yang membuat Allah murka yang ia anggap biasa lalu dia dilemparkan ke dalam jahannam.”*
(HR. Bukhari)

Nah, selain perlu belajar menjaga perasaan orang lain. Sebaliknya, kita pun penting untuk membentengi hati kita agar tak mudah baperan. Jangan sampai cuma dengar perkataan selentingan saja langsung tersinggung, langsung mendoakan orang lain yang menyakiti hati kita agar masuk neraka, hadeuh...

Orang baperan juga tidak sesuai sunah Rasulullah. Bukankah Rasulullah adalah seorang pemaaf? Dan bukankah dalam Quran sangat banyak anjuran untuk memaafkan? Mengapa kita malah gampang sekali bawa perasaan dan mendendam?

*"Dan orang-orang yang menahan amarahnya serta memaafkan (kesalahan) orang lain. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan.”*
(QS. Ali ‘Imran: 134)

Dalam mengarungi rumah tangga, akan sangat banyak hal yang berpotensi membuat baper, perkataan pasangan hidup, perkataan mertua, ipar, tetangga, sungguh bahaya jika hati kia ringkih karena mudah baper.

Mendengar selentingan sedikit saja, langsung marah-marah. Di jalan raya disalip pengendara lain, langsung emosi tinggi. Dengar gosip tetangga langsung pindah rumah. Orang baperan seperti ini bukankah tidak sesuai sunah Rasulullah? 

Rasulullah adalah seorang pemaaf kan? Apa yang membuat kita langsung mendoakan orang yang menyakiti kita masuk neraka misalnya?

Dan bukankah dalam Quran sangat banyak anjuran untuk memaafkan? Mengapa kita malah gampang sekali bawa perasaan dan mendendam?

*"Dan orang-orang yang menahan amarahnya serta memaafkan (kesalahan) orang lain. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan.”*
(QS. Ali ‘Imran: 134)

Seringkali orang yg gampang baperan terkadang jadi orang yg paling sulit dinasehati. Karena mereka lebih mengikuti perasaannya sendiri

_"Tapi kan harusnya dia begini..."_

_"Tapi kan harusnya dia begitu..."_

Padahal daripada menyuruh orang lain menjaga perasaan kita, lebih mudah untuk membuat perasaan kita lebih kebal dan tak gampang baper. Bagaimana caranya?

1. Menyadari bahwa jika kita 'lembek' terhadap dunia ini, maka dunia ini akan terasa 'keras' untuk kita. Kalau kita perhatikan sejarah Nabi, tidak ada Sahabat yang baperan kan?

Bahkan Rasulullah sekalipun ditimpuki batu oleh penduduk Thaif, sekalipun sudah diusir, dihinakan, dibilang 'gila', bahkan beliau diberi wewenang untuk meminta pada Allah agar penduduk Thaif dimusnahkan, Beliau tidak melakukannya

Betapa dahsyat karakter beliau yang tidak gampang terbawa perasaan dan emosi. Setidaknya, kita sebagai umat beliau, bersedialah minimalisir sifat gampang baperan.

Dikomentari mertua (buat yg sudah rumah tangga), tak usahlah dimasukkan ke hati begitu dalam. Mendapat undangan nikah teman (buat yg masih jomblo), tak perlu lah langsung berlinang air mata. Gagal taaruf, janganlah langsung menarik diri dan tak mau percaya proses taaruf lagi. Musti bye bye baper lah yaa

Kalau kita terlalu lembek, semua orang terasa kejam pada kita. Tapi kalau kita tegas dan tidak mengikuti perasaan, maka segalanya akan lebih mudah dijalani.

⚪Mertua meledek rumah berantakan, nyengir aja sambil bilang "Iya nih Bu..."

Diledekin sebagai jomblo "Kapan sih nikahnya? Gak ada yang mau sama lo ya?"
Nyengir aja santai, "In syaa Allah tahun ini. Doain ya." Tak perlu baperan, tersinggung lah ya.

2. Menyadari bahwa memaafkan itu adalah ciri-ciri penghuni surga

Setiap ada orang yg bikin kita tersinggung, bersyukurlah. Barangkali itu adalah tiket supaya kita bisa ke surga. Barangkali amalan ibadah kita kurang baik, shalat sekadarnya, waktu shalat malam bablas tidur terus, ngaji quran nggak kuat sejuz sehari,

Barangkali dengan memaafkan orang lain, Allah ridho dan memaafkan dosa-dosa kita. Ada 1 pintu di surga yg khusus utk orang-orang yang mudah memaafkan:

*“Sesungguhnya Allah memiliki sebuah pintu di surga, tidaklah yang masuk melaluinya kecuali orang-orang yang memaafkan kezaliman.”*
(HR. Ahmad)

3. Tips selanjutnya agar tidak mudah baperan adalah dg belajar mengomunikasikan perasaan kita.

⚪Banyak orang jadi mudah baper karena keseringan menahan perasaannya, tidak disalurkan dg komunikasi yg tepat. Coba deh belajar mengungkapkan dg baik perasaan kita. Misalnya saat tersinggung dg perkataan teman, dinginkan kepala, ajak dia bicara empat mata, dan utarakan ketidaknyamanan kita mendengar ucapannya.

"Maaf, ucapan Antum tadi sepertinya kurang ahsan. Bisa tidak lain kali jangan ungkit tentang badan Ana yang gendut lagi, soalnya Ana khawatir Antum berghibah..."

Semacam itu lah. Intinya, daripada marah-marah atau pendam emosi negatif karena baperan, ada baiknya kita belajar mengungkapkan dg baik apa yg berkecamuk di hati. Sehingga orang lain pun mengerti kalau kita tersinggung

Semoga apa yang kita kaji malam ini, di hadapan Allah dicatat sebagai upaya saling menasehati dalam kebenaran dan kesabaran.

_(Tulisan ini merupakan rangkuman dari Kajian Whatsapp grup Komunitas Ummi Annida (KUA), G-kajian hijrah_

Mutiara islam Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang