Bogor Dan Kisahnya

7.9K 707 35
                                    

Hari ini anak kelas tiga ada ujian TPM yang dilaksanakan selama tiga hari. Dan itu berdampak dengan liburnya adek-adek kelas.

Libur.

Ya, hari libur adalah hari yang sangat ditunggu-tunggu oleh kebanyakan orang di dunia ini. Tapi tidak untuk aku. Semenjak orang tuaku divorce, aku tidak begitu menanti nantikan hari libur.

Bagiku, hari libur akan menjadi hari yang sangat membosankan. Bagaimana tidak? Membunuh waktu hanya dengan berguling kesana kemari di atas kasur? Membosankan.

Pagi ini tidak seperti biasanya aku makan satu meja dengan beasty. Entahlah semenjak kejadian beberapa hari lalu, aku menjadi semakin aneh. Mungkin aku mulai membuka diriku untuk gadis itu? Ah sepertinya tidak. Tidak mungkin.

"Bi, jadinya siang ini aku berangkat."

"Wah kalau kayak gitu nanti Bibi siapin kebutuhan Non selama disana. Nanti biar Pak Anu yang nemenin Non disana ya?"

"Aku sendiri nggakpapa kok Bi, kalau Pak Anu sibuk biar nganterin aku aja nggak usah ikut nginep."

"Bapak nggak sibuk kok Non, Bapak siap nemenin Non Lena."

Aku seperti tidak terlihat pagi ini. Aku hanya mendengarkan dengan seksama percakapan beasty dengan Pak Anu dan Bi Ani tanpa mau menanggapi. Setelah selesai makan, beasty pamit ke kamar untuk packing. Entahlah gadis itu mau pergi kemana. Mungkin dia sudah bosan aku bully lalu memutuskan untuk kembali ke asalnya. Mungkin.

"Bi, Si Pendek mau kemana?"

"Mau ke Bogor Non, liburan."

"Bogor? Liburan? Nggak sekalian aja pindah ke sana?"

"Ih Non Lova sensi amat sih. Lha Non sendiri liburan ini mau kemana?"

Aku mengangkat bahu. Aku bahkan belum ada rencana mau kemana. Apa ikut ke Bogor aja? Ah bukan ide bagus.

++++

"Pak Anu, biar aku aja yang nganterin si pendek. Bapak di rumah aja nemenin Bi Ani."

Pak Anu yang sedang mengelap mobil sedikit terkejut mendengar permintaanku yang sangat tidak mungkin diucapkan oleh orang macam aku.

Entah darimana datangnya kepastian aku mengikuti beasty ke Bogor. Rasanya baru tadi pagi aku berkata ini bukan ide yang bagus, tetapi kenapa sekarang aku berada di depan stir kemudi?

"Yuk Pak jalan."

Entah sejak kapan gadis manja itu masuk ke dalam mobil. Aku yang dari tadi di dalam menunggunya bahkan tidak mendengar suara pintu mobil yang dibuka dan ditutup.

"Pak? Lo kata gue bapak lo? Duduk depan, lo kira gue supir lo? Lo kira ini taksi ha? "

Aku menatap gadis itu dari kaca spion dalam mobil. Gadis itu juga menatapku dengan tatapan terkejut.

"Ka--kakak? Kok kakak yang nyetir? Pak Anu mana?"

"Udah gue bilang jangan panggil gue kakak, gue bukan kakak lo ngerti? Cepet pindah depan. Nggak usah pikirin Pak Anu."

Meski gadis itu nampak takut, tapi pada akhirnya dia duduk juga di sebelah ku. Siang itu aku mengemudikan mobil dengan kecepatan sedang. Tidak ada percakapan di antara aku dan dirinya. Beasty lebih memilih untuk tidur. Sungguh perjalanan yang hening.

Setelah melewati belasan jam di jalan, akhirnya sampai juga di Bogor dengan selamat. Diperjalanan tadi sempat berhenti karena lapar dan haus. Sekarang sudah tengah malam. Aku terpaksa menggendong beasty karena gadis manja ini dibangunkan berkali-kali tetap saja tidak mau membuka mata.

Mo CuishleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang