Sudah Semakin Dekat

7.4K 646 46
                                    

Suara ayam berkokok beradu dengan suara jam weker membentuk sebuah irama nada yang sangat tidak menyenangkan untuk didengar. Ketika otak ini kembali aktif, tubuh merespon dengan sangat lambat. Mengerjapkan mata berulangkali, mencoba mengumpulkan nyawa yang untuk sementara pergi.

Ketika kesadaran ini telah sepenuhnya kembali, seorang gadis berambut pendek menyambut pagiku dengan dengkuran pelan. Aku menatapnya untuk beberapa saat. 

Apakah ini tindakan yang benar? Mengapa harus orang ini yang menjadikan aku sebagai pelabuhannya?

Dengan tanpa membangunkan, aku menyingkirkan tangannya yang melingkari perutku, mendaratkan kecupan singkat di kedua matanya. Kemudian melangkah menuju ke kamar mandi.

Selesai mandi, aku mendapati Kak El yang sudah bangun dari tidurnya. Dia tersenyum. Reflek, aku pun ikut tersenyum.

"Selamat pagi. Gih mandi, terus siap-siap."

Dia merentangkan kedua tangannya ke atas. Kemudian kembali merebahkan tubuhnya.

"Emang mau kemana?"

Aku berjalan mendekati lemari pakaian, membukanya lalu mengambil seragam.

"Sekolah lah."

"Yah, aku pikir ini hari libur."

Aku masih sibuk dengan seragamku ketika Kak El memelukku dari belakang dan menaruh dagunya di bahu kanan milikku. Aku sedikit terkejut, masih belum terbiasa diperlakukan seperti ini olehnya. Melihat pantulan dirinya dan diriku di cermin seperti ini membuatku tersenyum geli dalam hati. Kak El menatap pantulan diriku. Kemudian dia tersenyum.

"Kamu cantik ya ternyata kalau pagi."

"Oh, jadi aku cantik kalau cuma pagi aja nih?"

"Setiap saat kamu itu terlihat cantik di mataku."

Dia kembali tersenyum. Kedua tangannya bergerak untuk mengancingkan kacing baju seragamku yang belum terkancing semua. Sejenak, aku merasakan pipiku menghangat. Sepertinya aku sedang tersipu oleh ucapannya.

"Gombal."

Setelah selesai dengan kancing bajuku, Kak El kembali melingkarkan kedua tangannya, memelukku. Desiran lembut menyambut hatiku. Aku tidak tahu jika Kak El bisa semanis ini. Kemudian dia memutar badanku, kedua tangannya ditaruh di pundakku.

"Terimakasih."

"Untuk?"

Aku mengernyitkan dahi, bingung. 

"Untuk mengijinkan aku mencintai kamu."

Lalu detik berikutnya dia mengecup bibirku. Kecupan itu tidak berlangsung lama, hanya sekejap, kemudian Kak El tersenyum kembali sambil menatapku. Tatapannya sangat lembut, aku suka dengan tatapan lembutnya.

"Aku mandi dulu ya."

Sebelum benar-benar pergi, Kak El menyempatkan untuk mengelus puncak kepalaku, lalu setelah itu dia benar-benar menghilang. Aku masih tidak bergeming, tangan ini terulur dengan sendirinya untuk menyentuh bibirku perlahan, bibir ini baru saja dikecup oleh kakak tiriku sendiri. Lalu satu pertanyaan muncul dalam benakku,

Apakah aku mencintainya juga?

++++

=Y O E L=

Selama beberapa tahun belakangan aku belum pernah merasa sebahagia seperti sekarang ini. Seingatku, terakhir kali aku sangat bahagia ketika Papa mengajakku ke Disneyland. Itupun saat aku masih duduk di bangku SMP kelas satu. Sebelum kedua orang tuaku berpisah, tentunya.

Mo CuishleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang