Something Happen

6.9K 670 14
                                    

Siang itu, aku menghirup aroma kopi hitam buatan Pak Gito dengan pikiran yang melayang entah kemana. Sebenarnya aku bukan penikmat kopi, aku hanya meminum kopi ketika pikiranku tidak bisa benar-benar berpikir dengan--sangat--jernih.

Tom yang menceritakan tentang kelakuan memalukan Alfon seakan tidak menarik perhatianku. Cat tertawa dengan terbahak-bahak mendengar cerita Tom. Cara tertawa Cat sangat memalukan, pasalnya Cat perempuan, sangat tidak pantas jika anak perempuan tertawa dengan mulut terbuka terlalu lebar. Tetapi selama Cat cantik, tidak akan ada yang berani menegur atau mencibir cara tertawa Cat. Cantik mah bebas.

Hari ini, aku belum mendapatkan senyuman dari beasty. Padahal tadi pagi, dia aku antar hingga sampai ke sekolah dengan selamat. Kebiasaanku menurunkannya di tengah jalan sudah mulai aku hilangkan, hanya karena aku ingin melihat senyumannya.

Senyuman manis itu benar-benar membuatku candu. Entahlah. Mungkin dia membubuhkan pelet ketika tersenyum.

"Lo Yoel bukan?"

Aku masih fokus dengan segelas kopi hitam dan segudang pemikiranku saat ada suara lembut seorang perempuan yang bertanya kepadaku. Tom menyenggol lenganku membuatku harus kembali ke alam sadarku. Begitu aku menoleh. Aku membeku.

Kak Aurora?

Perempuan dengan badan proposional dan tinggi semampai, rambut hitam berkilaunya tergerai dengan indah, bulu matanya lentik, tatapannya tajam namun menyejukkan, bibir yang sangat seksi, kharismanya membuat semua orang bertekuk lutut. Benarkan ini Kak Aurora sang dewi yang turun dari khayangan itu? Benarkah ini Kak Aurora yang dipuja-puja oleh hampir seluruh umat manusia di SMA Berbudi? Ada urusan apa perempuan sempurna ini mencariku?

"Iya dia Yoel. Lo ada urusan apa mencari manusia bodoh ini?" 

Kak Aurora tersenyum mendengar ucapan Cat. Aku dan Tom menatap Cat tidak percaya. Seorang Cat berani berlaku seperti itu dihadapan Ratu penguasa khayangan ini?

"Yo, lo bisa jadi panita divisi dokumentasi buat pensi perpisahan anak kelas tiga nggak?" 

Aku mengagguk. Suaranya yang sangat indah didengar oleh telinga membuatku tidak bisa berkata-kata.

"Oke, nanti abis pulang sekolah langsung rapat dikelas gue ya?" 

Aku mengangguk lagi. Kak Aurora tersenyum lalu melangkah pergi. Baru beberapa langkah, Kak Aurora berhenti lalu membalikkan badan.

"Ohya, Catherine kamu juga harus dateng rapat. Aku tunggu."

Setelah berkata seperti itu Kak Aurora benar-benar pergi meninggalkan kantin.

Aku dan Tom terngaga mendengar Kak Aurora memanggil nama depan Cat dengan lengkap. Biasanya hanya keluarga atau orang yang memang sangat--sangat--dekat dengan Cat yang berani memanggil Cat dengan panggilan nama depan yang lengkap. Catherine. Serentak aku dan Tom menatap Cat meminta penjelasan.

"Apa hubungan lo dengan Kak Aurora? Kenapa dia sang dewi khayangan meminta lo dengan sangat manis?"

Cat memutar bola matanya malas. "Dewi khayangan lo bilang? Kenapa sih semua orang memandangnya berlebihan?"

Tanpa memberi penjelasan, Cat meninggalkan aku dan Tom yang masih tidak percaya dengan Cat.

"Kenapa dia?"

Aku mengangkat bahuku. Aku tidak tahu. Sebuah pertanyaan besar muncul dalam otakku. Apa hubungan Cat dengan Kak Aurora?

++++

Sesuai permintaan Kak Aurora sepulang sekolah aku langsung menuju ke kelas tiga Bahasa1. Cat menolak mentah-mentah ajakanku untuk datang rapat. Dia lebih memilih untuk segera pulang. Aku yang tidak mengerti dengan perubahan sikap Cat hanya bisa menghela nafas. Ada apa dengan kawanku ini?

Mo CuishleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang