Mahkotaku yang dulunya panjang, sekarang telah berubah. Tidak ada lagi rambut panjang, yang ada hanya rambut pendek.
"Ganteng kamu El kalo kayak gitu."
Aku tersenyum menatap pantulan Kak Bella dicermin. Kak Bella membersihkan sisa-sisa rambut yang bersarang dipundakku, setelahnya pergi meninggalkanku sendiri.
Aku menatap pantulan diriku dicermin. Ya, aku akui kalau aku memang tampan dengan model rambut seperti ini. Aku sengaja memotong rambutku seperti Amber Liu. Tadinya aku mau memotong rambutku dengan model undercut tapi setelah aku berpikir dua kali potongan model Amber Liu tidak ada salahnya.
Setelah aku membayar jasa Kak Bella, aku memutuskan untuk pergi mencari objek yang bisa aku abadikan dengan My Sevendii--kamera EOS 7D kesayangnku- -Kemana-mana aku memang selalu membawa kamera, maupun itu yang DSLR ataupun yang Miroless. Aku selalu membawa salah satu dari mereka.
Om Daniel, adik Papalah yang memperkenalkan aku dengan dunia dibalik view finder. Sejak aku berumur 10 tahun, aku selalu dititipkan dirumah Om Daniel. Profesi Om Daniel yang sebagai seorang fotografer membantuku mengenal kamera dan kawan-kawannya.
Setelah mengetahui kemana arahku melangkah, aku mengendari si cantik membelah jalanan Kota Jogja di pagi hari. Aku memutuskan untuk pergi ke Malioboro. Human Interest tema ku hari ini dan Malioboro adalah tempat yang tepat.
++++
Sekitar pukul dua belas, aku kembali ke rumah karena rasa gatal dikepala. Mungkin efek dari potong rambut. Aku memasukkan si cantik ke garasi, lalu masuk kedalam rumah. Rumah terlihat sepi seperti biasa. Rumah yang cukup luas hanya dihuni empat manusia, gimana nggak sepi?
"Loh Non kok rambutnya jadi gitu?"
Bi Ani keluar dari ruang baca dengan menenteng kemoceng dan sapu. Aku yang baru saja akan membuka pintu kamar mengurungkan niat karena ada Bi Ani.
"Iya nih Bi, pengen ganti gaya. Gimana cakep kan Bi?"
Bi Ani memperhatikanku dengan seksama, setelah beberapa detik memperhatikan. Bi Ani berucap, "Iya e Non jadi ganteng. Ya ampun."
Aku hanya tersenyum menanggapi Bi Ani, kemudian Bi Ani pamit ke dapur, aku memilih untuk masuk ke kamar. Mau shampoan. Siang itu aku habiskan untuk bersantai di ruang tamu, sekedar menonton acara tv yang kian lama kian tidak bermutu. Saat sedang menikmati waktu santai, pintu depan dibuka. Aku menoleh kebelakang. Sebenernya tidak perlu melihat siapa yang datang, aku pasti sudah tau kalau itu si little beasty.
Gadis itu sedikit terkejut melihat penampilan baruku. Mungkin. Karena malas dengan kehandirannya, aku memilih untuk masuk ke private room. Tidak ada yang lebih menyebalkan dari serumah dengan orang yang tidak kamu suka.
Beberapa menit aku didalam private room, berkutat dengan software- software editing. Lampu merah dipojokan meja menyala, itu menandakan ada yang memencet tombol merah yang tertempel di dinding sebelah pintu.
Aku sengaja memasang tombol itu karena jika aku sedang mengedit atau hanya sekedar bermain game, aku selalu memakai headphone agar mendapatkan kualitas suara yang baik. Jadi, jika ada yang mengetuk pintu, aku tidak akan dengar.
Aku melepaskan headphone-ku, menge-close game yang sedang aku mainkan, lalu melangkah membukakan pintu untuk orang yang sudah mengangguku. Gadis dengan t-shirt berwarna putih dan celana hotpants itu tersenyum saat aku membuka pintu. Rasanya aku ingin menampar gadis ini.
"Ini ada titipan surat dari Mama buat Kakak."
Aku menatap surat yang dipegang oleh gadis itu. Sebelum aku menerimanya, aku masuk kedalam mengambil selembar tisu, lalu kembali lagi ke hadapan gadis itu. Aku mengambil surat itu dengan tisu.
Setelahnya aku melangkah masuk, sejenak kemudian aku berhenti, membalikkan badan. Gadis itu masih berdiri ditempat semula. Aku melangkah mendekati gadis itu. Tepat dihadapannya aku berkata,
"Jangan pernah menunjukkan muka lo dihadapan gue! Dan satu hal lagi, jangan pernah panggil gue dengan sebutan kakak. Gue bukan kakak lo! Ngerti?"
Gadis dihadapanku itu mengangguk ketakutan, aku berbalik dan menutup pintu dengan keras. Tidak peduli dengan gadis yang menangis diluar sana. Dia tidak akan pernah jadi adikku. Tidak akan pernah!
++++
Dear Lovata,
Lova sayang, Mama minta maaf kalau Mama bikin kamu sedih dan marah. Mama tau kamu masih belum bisa menerima Om Jonas sebagai papa kamu. Mama sebenernya juga nggak mau berpisah dengan Papa kamu, tapi kelakuan Papa udah bikin Mama sakit. Mama cuma pengen yang terbaik buat kamu, anak mama satu-satunya.
Lova sayang, Mama cuma mau ngasih tau kalau Mama bakal tinggal di Amsterdam selama satu tahun kedepan karena Om Jonas dapet tugas penelitian dari kantor. Mama kemarin mau bilang ke kamu, tapi kamu lagi nggak stabil emosinya. Maafin Mama nggak ngasih tau kamu dari awal.
Lova sayang, tolong jagain Lena, anggep dia sebagai adek kamu. Ajak Lena jalan-jalan keliling Jogja ya? Lena belum begitu mengerti jalanan Jogja. Lena anaknya baik kok, Mama tau kamu bakal cocok sama Lena. Tolong ya sekali aja kamu turutin Mama. Kamu juga jangan lupa untuk jaga diri kamu. Jangan bandel. Kalau ada apa-apa kamu bisa minta tolong Bi Ani atau Pak Anu. Love you my Lovata.
Yang tersayang, Mama.
++++
Aku meremas surat dari Mama dengan penuh emosi. Lalu membuangnya ke tempat sampah. Aku marah dengan Mama. Bukan karena aku ditinggal ke Amsterdam, tapi karena Mama mengirim surat hanya untuk menyuruhku menjaga anak manja itu!
Setelah membaca surat itu, dengan tekad yang semakin bulat, aku tidak akan pernah menerima gadis pendek nan manja itu. Aku bukan babysitter-nya. Aku bukan kakaknya!
Ma bukan ini yang aku mau!
Aku bersumpah tidak akan pernah mau menerima gadis pendek itu. Sampai kapanpun aku tidak akan pernah bisa menerima gadis manja itu! Tidak akan pernah!
===============
KAMU SEDANG MEMBACA
Mo Cuishle
RomansaKarena benci telah berevolusi menjadi cinta. Cinta itu bisa datang kapan saja, dimana saja, dan kepada siapa saja, bukan? "Kau adalah papaver somniferum ku." -El. . . . Copyright © 2017 by blavkflannel_ Hak Cipta Terlindungi Status: Completed. Gxg...