Ketika Koma Datang Menghampiri

5.3K 496 16
                                    

=Y O E L=

Ketika terlelap, aku merasakan sebuah tangan mengusap pipiku. Detik pertama aku masih tidak ingin mencari tahu siapa yang mengusap pipiku, karena aku tahu pasti yang mengusap adalah beasty.

Tetapi detik berikutnya aku baru menyadari sesuatu, tidak ada aroma coklat. Ini bukan beasty. Aku membuka mata, dan senyuman itu diberikannya untukku.

"Hai, orang sakit."

Aku mencoba mengingat siapa wanita yang sekarang berada di samping ranjangku. Dia tidak seperti wanita berumur belasan tahun. Parasnya cantik, memiliki warna kulit yang eksotis, bibirnya disapu lipstik berwarna merah menyala.

"Siapa lo?"

Aku mencoba untuk merubah posisi menjadi duduk, namun tangan wanita itu menahan pergerakanku. Kepalaku terlalu sakit untuk mengingat siapa gerangan wanita ini. Sepertinya aku tidak pernah mempunyai teman wanita seperti dia.

"Kamu lupa dengan aku?"

"Please, to the point. Gue nggak ada kekuatan buat nginget siapa elo."

Wanita itu terkekeh, dia mendekatkan wajahnya kearahku, aku yang sudah terpojok tidak bisa lagi memundurkan wajah.

Ketika jarak antara aku dan dirinya hanya sebatas helaan nafas, pintu kamarku terbuka lebar. Aku menoleh, dan mendapati beasty berdiri di samping Debby dengan muka memerah, sedangkan ekspresi Debby menampakkan keterkejutan.

Aku yang baru menyadari posisiku, langsung menyingkirkan wanita itu dari hadapanku. Tetapi terlambat, ketika hendak mendekati beasty, dia sudah terlebih dahulu turun.

Saat aku hendak mengejar beasty, wanita itu menahanku. "Aku Dena, kita bertemu waktu party di tempat Tom. Waktu itu aku yang pakai mini dress merah, kamu pakai kemeja abu-abu. Ingat?"

Tidak mau mendengarkan pemaparan wanita yang bernama Dena itu, aku menghempaskan tangannya agar terlepas dari lenganku.

"Siapapun elo, gue nggak peduli! Gara-gara lo pacar gue jadi salah sangka! Pergi lo dari sini!"

Tanpa basa-basi lagi, aku turun untuk mengejar beasty yang sudah keluar rumah, aku berlari secepat yang aku bisa. Melupakan kenyataan bahwa kepalaku sekarang terasa sangat sakit. Yang ada dalam pikiranku sekarang adalah menjelaskan apa yang sudah terjadi. Aku tidak mau beasty salah sangka denganku. Aku tidak mau dia mengira aku tidak benar-benar mencintainya.

Hingga sampai dijalan raya yang sedikit ramai, aku berbelok kekanan, disana ada Debby yang sedang terengah, aku menghampirinya.

"Kemana gadis itu?"

Debby menggeleng, dia masih mengatur nafasnya. Aku mengedarkan pandanganku ke sekitar. Hingga aku mendapati seorang perempuan yang tergeletak dipinggir jalan tidak jauh dari tempatku berdiri dan orang-orang berbondong-bondong menghampiri gadis itu.

"BEASTY!"

Aku menengok ke kanan dan ke kiri ketika jalanan sudah sepi aku berlari menghampiri kerumunan itu. Disana aku melihat kepala beasty sudah berlumuran darah. Seketika aku merasakan dejavu. Aku menopang bagian belakang kepala beasty, menepuk-nepuk pipinya agar tetap terjaga.

"Sayang, hei, lihat aku. Jangan tutup mata kamu. Tolong, hei, lihat aku. Maafin aku, sayang bangun! Hei bangun!"

Aku panik ketika beasty sudah memejamkan mata. Aku menatap kesekeliling. Mereka hanya menampakan muka iba tanpa ada yang mau berinisiatif menelepon ambulans. Aku menggeram. Dasar kerumunan manusia bodoh!

Mo CuishleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang