Negara Idaman -Hana X-2

82 4 1
                                    

Indonesia.
Singkat. Hanya dengan 4 suku kata saja, dapat menimbulkan banyak makna. Banyak rasa. Banyak opini. Dan terus akan bermunculan 'banyak-banyak' lagi di luar sana.
Negara yang terkenal dengan pertaniannya ini, selalu berhasil mencuri perhatianku. Penduduknya yang terus kian memadat, masalah ekonomi yang tak kunjung mereda, serta masalah politik yang tak berujung. Belum lagi soal lenyapnya sumber daya alam oleh para penguasa dunia yang hanya mengerti masalah perut. Tanpa mendalami hakikat yang sebenarnya.
Hutan terus tertelan oleh api beserta asapnya. Atau mungkin tersakiti oleh gergaji-gergaji ganas itu. Hewan-hewan punah dengan sekejap. Gading dan kulit mereka dijadikan sumber mata pencaharian. Hidup terlantar tak tahu arah karena rumah merekapun habis dibakar. Lagi-lagi semua kembali pada keegoisan 'orang-orang' itu.

Aku lelah dengan semua masalah itu. Kurasa itu bukanlah negara idamanku. Bukan juga negara khayalanku. Aku harus pergi meninggalkan semua masalah-masalah yang membuat pikiranku jenuh itu.
Maka kuputuskan, pelarianku adalah dengan berkeliling dunia. Mencari negara idamanku sendiri. Sekalian untuk membenahi diri dari semua masalah-masalah itu.

Hingga akhirnya, disinilah aku. Genap sudah dua tahun aku tinggal. Menghirup udara Negeri Hitler.
Banyak sekali poin-poin dari kriteria negara idamanku disini.
Negara dengan perkembangan yang sangat pesat? Checked.
Soal ini tidak perlu diragukan lagi.
Negara dengan teknologi sangat canggih dan menguasai pasar dunia? Checked.
Produk-produk asal jerman saja diakui di seluruh belahan dunia dengan produk berkualitas tinggi.
Penduduk yang taat aturan? Checked.
Semua masyarakatnya hidup dalam keteraturan dan tepat waktu. Mereka tidak memberlakukan sistem terlambat.
Pendidikan yang baik? Checked.
Dapat dilihat dari lulusan-lulusannya yang profesional.
Penyempurna terakhir adalah bangunan-bangunan seperti di kerajaan dan musik klasik. Seperti benar rasanya hidup di negara dongeng.

Tetapi, rasanya masih saja ada yang kurang. Aku sudah mengecek berkali-kali list kriteria itu. Tetap saja belum kutemukan apa yang kurang.
Sampai akhirnya kubutuhkan waktu satu minggu untuk berpikir jernih tentang semua yang sudah kulewati. Tentang perjalananku mencari negara yang bisa memenuhi kriteria idamanku. Tentang negara-negara yang sudah pernah kusinggahi, seperti Negeri Jiran, Negeri Kincir Angin, Negeri Kangguru, ataupun The Land Locked Country. Juga tentang keluh kesahku pada negaraku sendiri.
Aku akhirnya menemukan apa poin terpenting yang sangat kusukai, tapi tidak kutemukan disini. Poin itu adalah 'perbedaan' atau 'keberagaman'. Aku suka melihat sebuah keberagaman. Aku suka perbedaan. Aku suka ketika tuts piano berwarna putih dimainkan secara bersamaan dengan tuts hitam dan menjadi sebuah melodi yang indah. Aku suka dengan pelangi yang menggambarkan arti perbedaan. Ketika setiap warna dengan ciri khasnya tersendiri bergabung menjadi sebuah fenomena yang indah dan dinanti. Aku suka ketika manusia yang berbeda suku ataupun ras, hidup berdampingan menghirup udara yang sama, tak lupa untuk selalu menyapa setiap harinya. Aku suka melihat keberagaman budaya yang tidak menjadi penghalang dan justru menjadi landasan sebuah persatuan.
Dan semua itu hanya kudapatkan di Indonesia.

Hanya Indonesia yang memiliki 17.504 pulau dengan kekayaan alam yang berbeda-beda. Bersuku bangsa dengan total 1.340, tetapi tetap bisa hidup nyaman bertetangga. Dengan jumlah 546 bahasa yang berbeda, namun tetap dapat saling memahami dengan kesatuan bahasa Indonesia.
Hanya Indonesia. Dan akan selalu Indonesia.
Negara asalku. Tempat dimana aku dilahirkan. Bertahun-tahun aku hidup di tanahnya. Menikmati kekayaan alamnya non-stop. Hingga lupa caranya berterima kasih.
Aku selalu menuntut negaraku. Menilainya dengan kriteria-kriteria bodohku itu. Membandingkannya dengan negara-negara lainnya, yang kini telah kusadari bahwa setiap negara punya kelebihan dan kekurangannya sendiri. Memintanya untuk selalu menjadi yang terbaik. Memintanya untuk selalu memberiku lebih. Sampai akhirnya, aku menemukan tulisan John F. Kennedy,
"Jangan tanyakan apa yang negara berikan kepadamu, tapi tanyakan apa yang telah kamu berikan kepada negaramu."
Dan akupun menyadarinya. Jika aku ingin mengubah negaraku menjadi lebih baik, menjadi negara idamanku, akulah yang harus bertindak. Tidak bisa hanya dengan menopang dagu dan menunggu orang lain yang melakukannya, lalu dengan sekejap semua bisa langsung terwujud. Mustahil. Akulah yang harus memulai. Dan untuk sebuah keberhasilan dan ketulusan, semua harus berdasar dari hati. Dari mencintai negara kita sendiri. Mencintai Tanah Airku, Indonesia.

CIVITAS - Cinta Tanah Air ?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang