Bab 7 - Kekesalan Anta

173K 17.7K 1.4K
                                    

"Temen-temen, ada lihat buku matematika Rora gak?"

Antariksa yang sedang membaca buku tentang psikologi menoleh menatap gadis dengan rambut di kucir itu. Perempuan itu tengah berdiri di dekat meja guru.

"Oh, gue coba tanya dukun dulu, mana tau dia tau," sela Tari dengan wajah juteknya.

"Dipinjem Pak Jokowi mungkin?" ejek Dimas lalu tertawa.

"Dibawa Sehun kesemak-semak kali,"

Aurora cemberut, kenapa jadi pada ngawur sih jawabannya? Iya juga menyesal karena lupa dimana ia meletakkan buku Matematikanya. Oleh karena itu ia bertanya, mana tau ada yang minjem atau melihat bukunya yang sudah menghilang sejak 5 menit lalu.

Kelas IPS 3 memang begitu menyebalkan, Aurora memasang wajah kesalnya, "Serius gue,"

"Covernya gambar apa?"

"Gamber princess Aurora, merek IKIKI,"

Aurora mendengus ketika Renata menggelengkan kepalanya seolah tidak tau dimana bukunya. Ketika ia melangkah, sebuah buku yang di lempar menghantam kepalanya begitu keras.

"Woi!" teriaknya refleks dan memungut buku itu.

"Buku lo jatuh, bukan hilang, bego." Antariksa menyahut seraya menutup bukunya.

"Masa sih?" tanya Aurora bingung, lupa kalau ia baru saja di lempar oleh Antariksa.

"Makanya nyari pake mata!" balas Antariksa, lalu menutup wajahnya dengan bukunya, ingin tidur.

"Makasih deh kalo gitu," ujarnya pelan dan berjalan kembali ke tempat duduknya.

Sepuluh menit termenung dan menunggu guru matematika tidak kunjung datang, Aurora memutar kursinya dan mengambil buku yang menutupi wajah Antariksa. Dimas sedang tidur dengan wajah tertutup jaket.

Laki-laki di hadapan Aurora mengangkat tangannya ingin menarik bukunya kembali, Aurora menyembunyikannya di belakang punggungnya.

"Gue mau tanya," ucapnya kalem sebisa mungkin tidak membuat Antariksa kesal.

"Apaan?" Antariksa menyenderkan badannya pada kursi, tangan kanannya mengusap wajahnya. Padahal ia hampir terlelap tidur.

"Kok lo bisa antar gue ya ke rumah waktu gue lagi..." Aurora terdiam sebentar, merasa malu, "mabuk." lanjutnya.

Antariksa menyentil keras kening Aurora membuat gadis itu mengaduh kesakitan.

"Gue gak tau lo senekat itu sampe-sampe lo datang ke party Renata," ia menggelengkan kepalanya.

Masih mengelus keningnya yang ia yakini memerah, Aurora menatap Antariksa kesal, "Kan udah gue ajak! Tapi lo gak mau!"

"Tapi gak seharusnya lo pergi ke tempat kayak gitu, kalau Renata pergi ke sana itu wajar, dia bareng temannya," Antariksa berhenti sejenak, "kalau lo? Itu mungkin sesuatu yang baru buat lo, kalau lo kenapa-napa gimana? Pake mabuk segala lagi!" ucapnya pedas, ia hampir kesal sendiri mengingat kejadian kemarin.

"Tapi kan, Anta--"

"Bodo," sela Antariksa dan menatap sengit Aurora, "Terbodo amat!" lanjutnya.

"Anta!" Aurora menatapnya marah, "ngeselin parah ya!"

"Sa bo do," ucapnya kalem dan mengambil buku paket matematika di atas mejanya dan menutupkannya ke wajahnya.

"Bilang Tante Nadhira lo ya?"

"Ngomong noh sama jempol gue," Antariksa mengacungkan jempolnya. Aurora langsung menepisnya dengan kesal.

Di balik buku matematika itu Antariksa menahan tawanya, wajah Aurora begitu lucu dan menggemaskan. Biar saja gadis itu kesal, itu artinya impas. Karena selama ini gadis itu selalu membuatnya kesal, sekarang gantian.

ProtectTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang