Auriga : Pinjem buku Eko paket punya gue ketinggalan
Antariksa : Sekarang?
Auriga : Tunggu rembo jadi rendang
Antariksa : Gak lucu otong
Auriga : Otw
Antariksa memasukkan seragamnya putih abu-abunya kedalam loker berwarna abu-abu di belakang kelasnya. Ia mentupnya kembali dan berjalan ke arah tempat duduknya. Tangan kanannya mengambil buku ekonomi dari tas hitamnya.
Pakai laki-laki itu sudah berganti menjadi kaos olahraga berwarna biru muda dengan lengan baju pendek dan celana panjang. Sekarang jam istirahat dan anak laki-laki pada sibuk mengganti baju di kelas sedangkan anak perempuan berganti baju di kamar mandi.
Antariksa berjalan ke arah pintu dan tepat saat itu, Aurora berdiri di depannya ingin melangkah masuk. Mereka bertatapan sebentar.
"Pandangan pertama awal kita berjumpa jeng... jeng... jeng..."
Suara Auriga terdengar dari belakang Aurora membuat Antariksa menatapnya tajam. Laki-laki di belakang Aurora itu menyengir sedangkan Aurora masih berdiri di depan Antariksa, bermaksud agar laki-laki itu menyingkir dari hadapannya. Pintunya ada dua, sebelah pintu di tutup dan hanya dibuka sebelah saja, dan Aurora menunggu Antariksa sadar.
"Lama lo berdua tatap-tatapan!" ketus Auriga lalu menolak Aurora hingga perempuan itu menubruk tubuh Antariksa.
Antariksa dengan singap menangkapnya dengan kedua tangannya. Pandangannya beralih ke arah Auriga yang hanya menatapnya jahil. Perempuan di dalam dekapan Antariksa itu langsung berdiri.
"Gak usah modus sama Rora!" ketus perempuan itu lalu berjalan melewati Antariksa.
Antariksa terpana, "Modus?" desis Antariksa, "Woi modusin lo?! Auriga noh yang dorong lo!" teriak laki-laki itu kesal.
Aurora membalikkan badannya, "Syut! Diem! Gak usah ngomong sama Rora!" sentak perempuan itu dengan tegas.
"Woi astagfirullah! Dasar lo ya!"
Aurora melipat kedua tangannya dan memicingkan matanya, "Anta gak usah modus deh sama Rora. Mentang-mentang Rora marah modus pakai peluk-peluk!"
Mulut Antariksa sedikit terbuka, tangan kanannya dipinggang dan yang kiri mengusap wajahnya dengan kepala manggut-manggut. Baru kali ini ia disentak oleh Aurora, yang benar saja.
Auriga terkekeh dibelakangnya lalu menarik buku paket ekonomi dari tangan Antariksa. "Thanks!"
Mood nya sudah berubah, laki-laki itu membuka pengganjal pintu yang tertutup dan membuka pintu lebar-lebar. Pak Bani datang untuk menginstrupsikan agar Antariksa membawa anggota-anggota kelasnya ke lapangan basket.
Mereka semua berjalan bersamaan ke arah lapangan basket yang ada dibelakang kelas. Lapangannya cukup lebar dan luas. Laki-laki itu memberikan pengarahan agar membentuk barisan.
"WOI BARIS! LO PADA GOSIP AJA! BERANTEM GARA-GARA KAI, SEHUN, APALAH ITU MAU GUE MATIIN IDOLA LO ITU?" Antariksa berteriak pada anak perempuan yang masih menggosip.
"Apa sih Anta!" Renata menyahut, "Kita bakalan baris kok! Gak usah ngancem bunuh suami kita juga dong!"
"Ya tapi liat noh Pak Bani udah merhatiin dari jauh! Baris dong!" balas Antariksa kesal.
"Syut! Gak usah ribut!" Aurora menyela dengan mata melotot dan jari telunjuk di depan mulutnya.
"Dih?" Antariksa menyipitkan matanya, "gue gak ngomo-"
KAMU SEDANG MEMBACA
Protect
Teen Fiction[Selesai] [Tolong jangan plagiat] "Kenapa lo terus-terusan nyusahin sih?" Perempuan berponi dengan rambut dicepol itu menyengir. "Kita kan tetangga, senyum dong Anta!" [Beberapa chapter di privat] Copyrightⓒ2017 by theblackrosee_ #2 in teen ficti...