"Antaaaa! Ayo!!!"
Tangan mungil itu menyeretnya begitu Antariksa memakai jaket dan tasnya. Laki-laki itu melangkah karena tarikan Aurora. Ia harusnya tidak mengiyakan, tunggu, Antariksa juga belum mengiyakan ajakan Aurora.
Bertepatan ketika mereka berada di depan kelas Antariksa, Radit, Auriga, dan Azka muncul di depan Antariksa. Azka dan Radith memakai baju basket sedangkan Auriga hanya memegang bola basket tanpa seragam basketnya. Ketiganya merupakan sahabat Anta namun ia lebih akrab dengan Auriga.
"Mau kemana lo?" tanya Radith sambil menatap kepo Antariksa yang memegang tangan Aurora.
Auriga memicingkan matanya sambil bersandar pada tembok, "Ciye, Anta udah move on sama yang ono,"
"Tangannya kayak lem ya, jadi ingat sabun di rumah," Azka menyela sambil melirik dengan senyum miringnya.
Aurora refleks melepaskan genggaman tangannya dan merengut, ia sering melihat Antariksa berjalan ataupun ngumpul dengan Antariksa. Tapi kali ini, untuk pertama kalinya ia melihat ketiga teman Antariksa di depannya.
"Apaan," Antariksa mendengus, "cuma tetangga,"
"Bener, kami punya hubungan tetangga, hubungan tetangga yang begitu intim," Aurora menyenggol bahu Antariksa, "ya kan Anta?"
Laki-laki di samping Aurora itu menggeleng tegas, "Dia banyak makan micin, jadi rada ngawur," tatapannya beralih ke arah bola basket yang di pegang Auriga, "tanding?"
Auriga melempar bola itu dan menangkapnya, "Latihan, gue gak ikut, cuma nemenin doang. Ada tanding sebulan lagi, jangan lupa nonton,"
"Pasti," ucap Antariksa, "ya kali gak datang,"
"Rora ikut nonton ya kan?" Antariksa melirik Aurora yang menatap Auriga, "lo tanding kan?"
"Gue?" Auriga tertawa, "enggak, cuma Azka sama Radit doang,"
"Yah," gadis di depan Auriga menghela napas, "pastikan seksi kalo main basket, btw lo ganteng!"
Radit tertawa, "Gila! Gue baru denger anjay, padahal muka dia kayak pantat panci!"
"Ya kali bege, sebelas dua belas sama Spongebob!" Azka menggelengkan kepalanya seraya melipat tangannya, memperhatikan ekspresi Antariksa.
"Ya kali si Auriga ganteng," Ia melirik Aurora, "gantengan gue,"
"Anta ganteng kok," Aurora tersenyum manis, "tapi gantengan Auriga,"
Ekspresi Antariksa mulai mengeruh dan laki-laki itu mendengus. Ia tidak suka dibanding-bandingkan.
"Udah-udah," Auriga berdiri dengan tegak, "ikut liat Azka sama Radit latihan gak?" tanyanya lalu menggeser tali tasnya di pundak kanannya yang mulai turun.
"Anta pergi sama Rora!" gadis itu menyela cepat, "Ya kan Anta?" Aurora mengedipkan sebelas matanya dan tersenyum manis.
"Gue liat-"
Azka mengangkat kedua tangannya, "Gue ngerti, gue ngerti, oke lanjutkan deh date kalian,"
Antariksa mendengus seraya melirik Aurora yang tersenyum. Ia melihat Azka dan Radit berjalan melewatinya, Auriga masih di depannya. Seolah ada yang ingin ia katakan, Auriga melirik Aurora.
"Ratih tadi ngajak gue ngobrol," ucapan Auriga perlahan membuat ekspresi wajah Antariksa mulai berbeda. Melihat itu, Auriga berdehem melirik Aurora. "Kasih kesempatan, jangan kayak anak-anak,"
"Gue gak ngerti dan terlalu muak," Antariksa menggelengkan kepalanya, "capek,"
"Apapun itu, setidaknya lo dengar dia, sekali aja," setelah itu Auriga menghilang dari hadapan Antariksa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Protect
Teen Fiction[Selesai] [Tolong jangan plagiat] "Kenapa lo terus-terusan nyusahin sih?" Perempuan berponi dengan rambut dicepol itu menyengir. "Kita kan tetangga, senyum dong Anta!" [Beberapa chapter di privat] Copyrightⓒ2017 by theblackrosee_ #2 in teen ficti...