Bab 12 - I know, but...

137K 14.7K 635
                                    

Dimas mengetuk-ngetuk meja kantin menunggu Antariksa dan Aurora selesai memakan nasi soto mereka. Aurora mengunyah dengan santai dan terdengar berisik sedangkan Antariksa mengunyah dengan wajah kalemnya.

"Berisik tau gak!" Antariksa menoleh, mulai terganggu dengan suara kunyahan Aurora.

Gadis dengan kucir kuda itu berhenti mengunyah dan menoleh ke arah samping. Antariksa dari kemarin sensi karena pertanyaan Aurora kemarin, laki-laki itu lebih banyak berdecak dan meliriknya sinis.

"Masa?" tanya Aurora tidak percaya.

"Iya," balas Antariksa mulai protes.

"B.O.D.O."

Aurora kembali mengunyah mengabaikan tatapan tajam Antariksa. Ia menyeruput teh manis dingin miliknya dan kembali mengunyah.

"Udah deh, cukup gue dengar lo bedua adu mulut! Nanti gue aduin bibir lo bedua, baru tau rasa!" sela Dimas dengan kesal.

"Iya nih Anta! Rora kan cuma bertanya, inget gak kata-kata malu bertanya sesat dijalan?" tanya gadis itu sambil menyenggol bahu Antariksa.

"Kita lagi gak jalan-jalan."

"Anggep aja kayak gitu!" balas Aurora, "udah ah, jangan ngambek-ngambek, nanti di culik Mimi Peri lho."

Antariksa meliriknya sinis, tidak mengerti jalan pikiran gadis itu. Ia kembali diam dan memakan sotonya. Setelah selesai ia mengambil tisu di atas meja kantin dan mengelap mulutnya.

"Yah, minum gue abis, beliin dong Dimas."

Dimas mendengus dan menyandarkan badannya pada tembok, "Ogah,"

Baru saja Antariksa ingin mengambil botol minum miliknya yang masih tersegel, Aurora mengambilnya terlebih dahulu. Antariksa mendelik, namun cepat-cepat Aurora membuka segelnya dan meminumnya.

"Minum gue tai ayam."

Aurora mengelap bibirnya, "Makasih ya minumnya, hehehe,"

"Tawa lo. Jadi pengen gue lelepin di kamar mandi, biar mati sekalian." kata Antariksa lalu mengambil botol minum yang Aurora berikan.

"Gak boleh gitu Anta, nanti kalau Rora mati yang bakalan lo boncengin siapa? Hantu? Kan gak ada?"

"Dimas."

"Jangan Dimas, nanti kalian dikiram maho." Aurora menatapnya dengan serius dan terkekik.

"Sa ae lu tai landak," ujar Dimas menyela lalu mengeluarkan HPnya.

Aurora terdiam sebentar. "Dimas gak mau ke kelas? Rora mau ngomong lho sama Anta."

Dimas melirik Antariksa sebentar dan yang dilirik malah melihat ke arah lain. Ia mengangkat bahunya lalu berdiri. "Oke,"

Ia sudah memikirkan matang-matang rencana itu dan mungkin berhasil. Mungkin. Tapi setidaknya Aurora sudah mencoba, terserah nanti bagaimana hubungan Antariksa dengannya nanti. Perempuan itu menyelipkan helaian rambutnya yang berserakan ke belakang telingannya.

"Anta,"

"Apa?"

"Anta?"

Laki-laki di samping Aurora mulai menoleh, "Apaan?"

"Nanti pulang sekolah ke taman yuk," ujar gadis itu dengan polosnya sambil mengkat kedua alisnya secara bersamaan.

"Lo mau ngapain?" tanya Antariksa curiga, "Jangan bilang nembak gue. Sorry banget, lo jelek, gak bohay, kebanyakan makan micin, pendek, bukan selera gue." lanjut Antariksa.

"Astagfirullah,"

"Hubungan kita cukup antar tetangga aja, masih jadi tetangga aja lo nyusahin gimana jadi pacar."

ProtectTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang