"Rora, berisik." Ucap Antariksa sambil memfokuskan pandanganya pada jalanan.
Mulut Aurora terkatup rapat ketika mata Antariksa sempat mendelik padanya. Ia mendengus kembali memperhatikan handphone milik Antariksa yang sedang menampilkan wajah Radit, manusia paling tengil yang sejak lima menit tadi membuat Aurora kesal. Ia ingin video calling dengan Azka dan yang muncul malah Radit.
"Liat nih alis gue," suara Radit terdengar melalui handphone, laki-laki itu mengelus alisnya yang tebal, "habis di bentuk biar gue makin cakep."
"Pokoknya HPnya kasih sama Azka!" Balas Aurora kesal.
"Puji dulu dong alis gue." Ucapnya sambil mengusap rambutnya yang baru saja dipangkas rapi. "Rambut gue juga, baguskan? Baru salon nih."
"Apasih, jelek tahu!"
"Gue ngikutin rambut ala Francisco Lachowski."
"Azka mana?" Aurora mulai melotot.
"Dimana ya? Ayo tebak dimana? Mana dimana anak kambing saya- Ups,gue malah nyanyi." Radit semakin jahil.
"Radith! Kasih handphonenya sama Azka! Rora mau pamer kalau Rora di ajak jalan sama Anta ke Dufan!"
Antariksa tersenyum kecil, menyandarkan badannya pada tempat duduk mobil dengan nyaman. Motornya dipinjam Papanya entah untuk apa, hingga akhirnya Antariksa memakai mobil Papanya untuk membawa Aurora pergi ke Dufan di hari Sabtu ini.
"Udah ah, mau tidur dulu," Radith tersenyum manis, lalu melambaikan tangannya kepada Aurora. "Bye, Rora."
"Loh Radit! Radit!" Teriak Aurora. Sialan manusia tengil itu. Padahal ia sudah bersemangat menceritakan bahwa ia sedang bersama Antariksa.
Aurora cemberut, akhirnya duduk diam.
"Kenapa?" tanya Antariksa sambil menoleh.
Aurora menggelengkan kepalanya. "Tau ah! Rora sebal sama Radit!"
"Radit emang jahil, kayak lo."
"Idih," Aurora menatapnya dengan alis terangkat. "Rora sebenarnya tuh ya," perempuan itu tiba-tiba saja menunduk membuat Antariksa memperhatikannya sejenak lalu kembali fokus pada kemudi, "belum makan seminggu."
"Lo-"
"Cacingnya bunyi-bunyi Anta, denger deh," Aurora melepas seat belt nya lalu berdiri dengan posisi bertumpu pada lututnya dan mendekatkan perutnya pada Anta.
"Apaan sih."
"Dengerin!" sentak Aurora dan mendekatkan perut.
Antariksa masih fokus pada jalanan. Ia memaksa Aurora untuk kembali duduk dengan salah satu tangannya.
"Apaan sih lo?"
"Syut!" Aurora sudah duduk di tempatnya, meletakkan jari telunjuknya di depan bibirnya.
Antariksa melihatnya dengan mata menyipit. Harusnya ia tadi naik motor saja agar gadis itu tidak bertingkah aneh-aneh.
"Dengerin suaranya."
Gadis itu diam, fokus pada sesuatu yang Antariksa sendiri tidak mengerti.
"DAEBAK! ANTA! CACINGNYA LAGI ASIK KONSER!"
"Lo-"
"Please," Aurora menyengir, "Makan dulu yuk,"
Antariksa menatapnya dengan pandangan kesal, lalu menghembuskan napas panjang.
"Yaudah deh nanti makannya kalau kita udah sampe,"
***
"Liat jalan Rora, jangan kepisah sama gue."
KAMU SEDANG MEMBACA
Protect
Ficção Adolescente[Selesai] [Tolong jangan plagiat] "Kenapa lo terus-terusan nyusahin sih?" Perempuan berponi dengan rambut dicepol itu menyengir. "Kita kan tetangga, senyum dong Anta!" [Beberapa chapter di privat] Copyrightⓒ2017 by theblackrosee_ #2 in teen ficti...