Aurora tahu, harusnya ia tidur nyenyak pada jam 3 pagi. Namun matanya tidak bisa di ajak berkompromi sama sekali. Perempuan itu menyerah dan akhirnya memilih untuk keluar dari rumahnya untuk mencari ketenangan.
Perempuan itu berhenti tepat di sebuah rumah besar berwarna putih dengan pagar hitam. Ada seekor anjing berwarna hitam yang menggaruk kepalanya, matanya hanya terbuka setengah. Aurora menghela napas, duduk di depan pagar rumah yang menjadi penghalang antara dirinya dengan anjing tersebut.
Aurora mengeluarkan dua bungkus roti dari hoodienya. "Njing, tidur?" tanyanya sambil membuka roti tersebut.
Mata anjing berwarna hitam itu kembali terbuka, seperti hapal wajah gadis di depannya yang selalu menjulurkan lidahnya ketika melihat dirinya. Jadi, ia kembali menutup matanya.
"Woi, Njing. Ih kok tidur?" tanya kesal sambil melempar secuil roti itu ke depan anjing tersebut.
Hal kecil itu malah membuatnya terkekeh, perempuan itu memeluk kakinya dengan tangan kiri. Sebelahnya lagi ia gunakan untuk memegang roti.
Aurora tahu, ini adalah hari terakhir Antariksa di Indonesia.
Perempuan itu mengunyah lambat-lambat roti coklat yang ada di mulutnya. Ada satu fakta yang baru terpikirkan olehnya hari ini.
Orang yang datang akan selalu pergi.
Aurora sadar, ia harus belajar untuk sendiri. Belajar bagaimana mempersiapkan diri ketika orang yang ada di dekatmu akan pergi. Namun ia sama sekali belum sempat mempersiapkan diri.
Aurora tahu dirinya bukanlah suatu hal yang pantas untuk dijadikan sebuah prioritas. Ia sadar.
"Hari ini, Anta bakalan pergi." Katanya sambil membuka bungkusan roti yang baru. "Tahu gak Anta? Yang sering boncengin Rora itu lho."
"Njing dengerin, ih malah tidur. Sama-sama songong nih kayak Anta!" ocehnya kesal dengan mata berair.
Dinginnya malam ini tidak mengalahkan dinginnya tangannya saat ini ketika menyebutkan nama Anta.
"Antariksa perginya sama Medusa!" Kata gadis itu sambil mengusap air matanya. "Cewek sok baik yang pergi waktu Anta cacat. Dia itu gatel banget sama Antanya Rora, ih jijik banget." cercanya penuh emosi.
Ia tahu Antariksa akan kembali lagi. Namun ia takut bahwa ada perubahan diantara mereka. Ia takut ia tidak akan bisa lagi mengusili laki-laki itu karena ia sudah menjadi milik orang lain.
Aurora membagi dua roti yang sedari tadi ia pandangi. Memberinya pada anjing itu, matanya terbuka dan hanya mengendus bau roti tersebut.
"Gayanya songong bener!" Aurora melotot ketika anjing itu membuang wajahnya, seolah tidak sudi memakan roti buatan Aurora.
Perempuan itu menghela napas, ia tidak berhasil menghibur dirinya saat ini. Ia hanya ingin Antariksa keluar dari kepalanya.
Selama beberapa detik, Aurora beberapa kali menghela napas. Harusnya ia sudah terbiasa ditinggalkan, kenapa harus merasa sesakit ini? Ia menempelkan dahinya ke lutut karena merasa matanya memanas.
Aurora berdiri, memasukkan bungkusan roti itu ke dalam kantung hoodienya. Menatap anjing yang sudah tidur tersebut.
"Pst, anjingnya Pak Tatung yang songong, Rora pulang." Katanya pelan.
Ia membalikkan badannya dan terhuyung ke belakang. Punggungnya bersandar pada pagar besi hitam itu sambil mengatur napasnya ketika laki-laki berbadan tinggi itu berdiri dengan kedua tangan di masukkan ke dalam kantungnya.
Wajahnya datar. Begitu datar dan matanya sedikit menyipit.
"Ngapain?" Tanya Aurora sengit. Menaikkan kembali harga dirinya yang sudah memohon pada sosok di depannya untuk tinggal padanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Protect
Teen Fiction[Selesai] [Tolong jangan plagiat] "Kenapa lo terus-terusan nyusahin sih?" Perempuan berponi dengan rambut dicepol itu menyengir. "Kita kan tetangga, senyum dong Anta!" [Beberapa chapter di privat] Copyrightⓒ2017 by theblackrosee_ #2 in teen ficti...