3

6.7K 437 5
                                    

Reina Pov

Akhir akhir ini aku di sibukkan dengan kewajibanku dengan mengabdi pada masyarakat yang membutuhkan keahlianku, iya pasienku. Aku memiliki kewajiban untuk pasienku

Semua lelah dan kepenatan yang ku rasakan terbayar lunas dengan senyuman indah dari pasienku yang bisa tersenyum dan itu adalah satu obat lelah yang paling mujarab untukku. Karena aku telah berhasil membuat seseorang sehat kembali.

Walaupun terkadang ibuku selalu mengomel untuk menjaga kesehatanku juga, yang kadang sering kelelahan dan paling sering lupa untuk ku ingat adalah makan, kadang aku melewati jam makan jika terlampau sibuk dengan pekerjaanku.

"Jaga juga kesehatanmu nak, masa kamu bisa membuat orang sakit menjadi sehat. Tapi kamu tak bisa menjaga dirimu supaya sehat" ucapan ibu terkadang sering membuatku tersenyum,

Dokter juga manusia tidak ada yang sempurna dan akan terus sehat, apa dokter juga tidak boleh sakit?

Hari ini aku datang ke seminar bersama ke empat dokter dari berbagai specialis dan 10 perawat untuk mendatangi Sekolah internasional yang cukup di bilang elit.

Seorang pria yang bisa di taksir umurnya sudah kepala 4 mempersilahkan kami untuk mengisi seminar kesehatan dan cara asupan gizi yang baik dan benar.

Aku melihat ke arah Prass yang sedang serius memperhatikan materi yang akan dia sampaikan nanti. Aku tersenyum melihat raut wajahnya yang terlihat serius.

"Maaf pak toilet nya di sebelah mana ya?" tanyaku pada pria yang bernama Supono

"Di arah kanan bu dokter, di dekat ruangan kelas siswa kelas 1 D" jawabnya sambil tersenyum dan melokasikan tempatnya dengan pergerakan tangannya

Sebelum acaranya di mulai aku ingin bersiap dulu, tak etis kalau misalkan aku ingin ke toilet saat acara berlangsung. Seperti biasa aku selalu seperti ini sebelum melakukan hal apapun, sedia payung sebelum hujan, jika pepatah yang mengatakan.

Saat aku sudah selesai dari kamar mandi dan ingin kembali, aku bisa mendengar seorang anak kecil sedang mengejek temannya yang tak punya Mommy, aku tak bisa melihat degan jelas anak yang sedang berdiri sambil berkacak pinggang membully temannya karena posisi anak itu membelakangiku, tapi aku bisa melihat siapa bocah yang sedang duduk menundukkan kepalanya.

Aku mendekat ke arah mereka, ingin melihat apa yang terjadi. Aku memang sangat tidak suka jika ada seseorang yang selalu membully temannya satu sama lain karena tidak seberuntung mereka,

Yang membuatku makin geram, disana ada orangtua yang terlihat sedang berkumpul lebih tepatnya merumpi kenapa tidak melakukan apapun saat melihat seorang anak kecil di ejek seperti itu??

Aku mulai melangkah mendekati mereka,dan bisa aku lihat Arla sedang menundukkan kepalanya sambil menangis. Iya itu Arla aku tak pernah melupakan wajah catiknya walaupun saat hari terakhir Arla berada di rumah sakit aku tak menjenguknya.

"Arla... Anakku.." panggilku padanya

Aku merasa iba melihat Arla seperti itu, dan yang aku tau Arla sudah tidak memiliki ibu, jadi apa salahnya jika aku mengaku sebagai ibu Arla, toh semua ini juga demi kebaikannya.

Arla mendongakkan kepalanya menatap kearahku dengan mata penuh airmata dan berlari memelukku dengan erat, sambil terisak keras

"Anak bunda jangan nangis, maafkan bunda ya sayang telat.." ucapku mengusap kepala Arla sayang

Sacrifice Of Love (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang