-07-

140 31 6
                                    

"Gidariemyeon (tunggu aku), sudah ku bilang kan tadi saat dikelas." ucap Jungkook masih menarik tangan Yoona.

"Lepaskan!"

"Shirro (tidak mau), aku tak akan membiarkanmu pergi sendirian lagi." ucap Jungkook. Yoona mendengus kesal.

Langkah Jungkook membawa Yoona pada anak tangga menuju atap gedung sekolah. Dan Yoona tak memberontak kembali, ia sudah lelah untuk menanggapi orang. Tapi, apa Jungkook bisa disebut manusia. Batin Yoona. Memikirkan itu memunculkan seringaian kecil disudut bibirnya.
Jungkook sengaja memilih atap gedung dari semua ruangan yang ada disekolah.

"Apa kau benar-benar peri?" kali ini Yoona membuka suaranya. Walaupun Yoona tahu akan jawabannya, tapi ia masih ingin tetap bertanya, memastikan.

"Apa yang harus kulakukan agar kau percaya, eoh?" Jungkook balik bertanya.

Sebenarnya sangat sulit untuk Yoona dapat mempercayai semua ini. Apalagi setelah Jungkook benar-benar menampakan wujud aslinya didepan mata kepalanya sendiri kemarin. Rasanya mustahil benar-benar ada seorang peri didunia nyata ini. Ini bukan cerita dongeng, atau film fantasi.

"Geureom, jika benar kau seorang peri seperti yang kau katakan. Aku harap kau benar-benar akan berada disampingku selalu." ucap Yoona.

"Ne, jadi jangan pernah pergi sendirian lagi. Eoh?" jawab Jungkook. Lalu mengacak-acak rambut pada pucuk kepala Yoona.

"Ya! Mau mati ya?"ucap Yoona.

Lalu mencoba memukul Jungkook. Jungkook malah tertawa dan dapat menghindarinya. Mereka pun jadi kejar-kejaran. Tergambar raut bahagia dari keduanya, tertawa bersama. Seperti teman yang sudah akrab.

Jungkook pun meraih pukulan tangan Yoona yang hampir saja mengenai lengan Jungkook. Sehingga pandangan mereka bertemu saat mereka berdua menjadi hanya berjarak beberapa senti saja.

Yoona yang merasa canggung akan hal itu, lalu mengalihkan pandangannya. Jungkook yang sadar akan keadaan yang tidak menyamankan itupun melepaskan tangan Yoona. Tanpa aba-aba mereka berdua pun saling mengambil jarak satu langkah kesamping, menjauh.

"Kemana saja kau tadi, sebelum ke kantin?" tanya Yoona mencari topik pembicaraan akan kecanggungan mereka.

"Eoh? A.. Ani (tidak)," jawab Jungkook gelagapan. Seperti ada yang tengah disembunyikan oleh Jungkook dari Yoona.

***

Hembusan angin malam dibiarkan masuk dari jendela kamar sebuah apartemen

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hembusan angin malam dibiarkan masuk dari jendela kamar sebuah apartemen. Udara dingin yang menusuk tak digubrisnya.

Jimin menatap keluar jendela kamarnya yang terbuka itu, melamun. Pikirannya melayang pada gadis yang meninggalkannya.

Seorang gadis yang sangat ia cintai. Jimin bahkan sengaja pindah ke sekolahnya sekarang, hanya untuk dapat terus berada didekatnya. Tapi, gadis yang tahu bahwa Jimin akan satu sekolah dengannya malah memutuskan untuk pergi, tanpa kata perpisahan, tanpa kabar.

Flashback begin

Hujan tengah turun mengguyur kota Seoul. Seo Yee Ji yang kebetulan melewati apartemen Jimin, kekasihnya. Mampir untuk berteduh dari guyuran hujan yang menyerbu. Ia langsung masuk kedalam apartemen Jimin. Ia memang sudah mengetahui kode pin apartemen kekasihnya itu.

Sebenarnya saat Seo Yee Ji memberi tahu kekasihnya itu akan mampir, Jimin sudah melarangnya untuk datang. Tapi, Yee Ji tak menggubrisnya. Lagi pula Yee Ji pikir tak akan lama, ia hanya menunggu hujan turun sedikit lebih reda. Dan ini juga sudah hampir larut malam, tak mungkin juga Jimin akan tega melihatnya harus kedinginan sendirian ditengah hujan. Batin Seo Yee Ji.

Namun, saat pintu terbuka. Tak seperti biasanya. Tak ada sambutan hangat dari Jimin. Nampak sepi, tapi terlihat seperti masih ada orang didalam. Karena ia melihat sepatu Jimin tertata rapih di rak sepatunya.

Jadi, Yee Ji pikir Jimin sedang ada ditoilet. Yee Ji memanggil nama kekasihnya itu, tapi hening yang didapat. Yee Ji mengitari seluruh ruangan di apartemen Jimin, tetap tak ditemukannya. Lalu, Yee Ji mencoba mencari Jimin kekamarnya.

"Oppa.. Jimin Oppa...." Yee Ji meneriaki Jimin, mencarinya dan memperhatikan semua sudut kamar Jimin. Tetap tak ada jawaban.

PRANGGG

Sebuah bingkai foto tergambar Jimin dengan Yee Ji, yang berada diatas meja samping ranjang Jimin terjatuh kelantai begitu saja. Sontak saja Yee Ji terkejut. Tak ada angin, atau hewan peliharan disini. Lalu, mengapa bisa tiba-tiba bingkai foto itu terjatuh? Batin Yee Ji. Yee Ji pun menghampiri asal suara.

Namun yang lebih mengejutkan, ada sosok kecil bersayap berdiri diatas meja. Anehnya, sosok kecil itu mempunyai wajah, dan seluruh badan seperti manusia. Saat ia mendekatinya, sekilas ia seperti melihat sosok Jimin pada wajah sikecil bersayap itu. Yee Ji terperanjat, memundurkan langkah kakinya.

"Jangan takut Yee Ji-ah. Ini aku, oppa-mu." ucap sosok kecil bersayap yang Yee Ji lihat.

Dan sosok bersayap itu pun terbang menghampiri Yee Ji. Hal itu membuat Yee Ji semakin ketakutan.

"Hajima! (jangan mendekat) Menjauh dari ku!" teriak Seo Yee Ji.

Tapi, Sosok kecil bersayap itu tetap terbang mendekati Yee Ji. Hingga Yee Ji menginjak, dan terpeleset serpihan kaca bingkai yang jatuh tadi. Ia tersungkur jatuh terduduk. Dan meringis kesakitan.

"Yee Ji-ah, nan oppa-mu. Perhatikan wajahku baik-baik, eoh?"

"Memang ada malam, dimana aku menjadi peri. Tapi, Aku... Aku bisa jelaskan semuanya," jelas sosok kecil terbang yang menyebut dirinya Jimin.

"Ani-ya! (tidak) Itu.. itu tidak mungkin!" teriak Seo Yee Ji.

Tak mungkin dapat dipercaya, tapi Yee Ji tahu saat peri itu menyuruhnya menatapnya. Ia melihat, dan sangat mengenal wajah itu.

Bagaimana mungkin Jimin, kekasihnya berubah menjadi karakter cerita dongeng. Peri hanya ada dalam cerita dongeng, itu tak mungkin.

Flashback end

"Ya!" Jin datang menepuk bahu Jimin.

"Eoh? Hyung, Eotteohge?" tanya Jimin. Sedikit terkejut akan kehadiran Jin.

"Aku ingin menginap dikamarmu semalam saja, eoh?" jawab Jin lalu duduk disamping Jimin.

"Ya! Andwe! Terakhir kali kau bermalam disini, aku berakhir menjadi guling kesayanganmu. Mianhae hyung, aku masih menyukai yeoja (perempuan)" jawab Jimin.

Dan dibalas dengan tawa Jin yang sangat khas, menggelitik.

"Ara.. Ara, mianhae. Geundae sekali ini saja, eoh?" jawab Jin memasang muka memelas agar dapat menarik hati Jimin sehingga membolehkannya tidur di apartemen yang ia huni sendiri ini.

Jimin hanya mendengus kesal, akhirnya mengiyakan. Disambut tawa oleh Jin. Sebenarnya Jimin senang, setidaknya ia tidak kesepian. Dan terus-menerus memikirkan Yee Ji kembali.

"Berbaikkanlah dengan eomma-mu, hyung. Tak baik terus mengabaikannya," nasehat Jimin kemudian.

"I paboya, (bodoh) di luar sedang sangat dingin. Molla?" ucap Jin tak menggubris ucapan Jimin. Lalu Jin menutup jendela kamar Jimin.

***

Written: 2917
By: Kim Alawra

Ring Of FairyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang