Chapter 1

26.6K 609 1
                                    

Dentingan peralatan makan yang saling beradu menjadi pembuka suara dari masing-masing tuan rumah yang saat ini tengah menikmati makan malam mereka.

"Arline, bagaimana dengan pekerjaanmu?". Merasa namanya yang tersebut oleh sosok pria baruh baya yang menatap kearahnya sontak menghentikan tangan gadis yang akan menyendokkan sepotong daging kemulutnya tersebut.

"Yah, mm.. kurasa baik-baik saja". Gadis itu menjawab dengan ragu yang terpancar dari kerutan keningnya saat menjawab pertanyaan dari ayahnya tersebut. Ini sesuatu yang langka mengingat ayahnya tidak akan peduli hanya dengan menanyakan bagaimana pekerjaannya yang sudah jelas baik-baik saja, setidaknya itulah yang ia pikirkan. Tapi pertanyaan yang mungkin konyol untuk ayahnya terlontar begitu saja disaat mereka tengah menikmati makan malam yang nikmat seperti biasa.

Yah, dia tau ayahnya selalu mendapatkan informasi apapun tentang anak-anaknya dengan cepat dan mudah jadi hal kecil seperti ini tentu tidak ingin membuat ayahnya dengan susah payah untuk bertanya hal-hal seperti itu kecuali pria baruh baya itu menginginkan sesuatu yang membuatnya harus menurutinya. Tapi bukankah selama ini ia selalu menurut dan mengikuti apa kata orang tuanya, meski mereka tidak pernah memandangnya dengan benar.

"Setelah ini ada yang ingin ayah katakan padamu".

"Hmm". Lihat! Benarkan? Ada sesuatu yang lain sebenarnya dibalik kalimat basa-basi itu. Ia sudah terlalu bosan untuk menerjemahkan maksud dari ayahnya yang begitu mudah ditebak olehnya.

***

"Apa yang ayah katakan, tidak!". Arline meninggikan suaranya dengan cepat saat kalimat yang sangat asing masuk dalam gendang telinganya. Oh tuhan.. Gila! Bagaimana mungkin ia akan melakukannya.

"Kau satu-satunya yang ayah harapkan, catty". Panggilan itu ia tahu ayahnya tidak main-main dengan ucapannya. Panggilan itu adalah panggilan sayang ayahnya yang dulu sering terngiang ditelinganya namun lambat laun panggilan itu semakin hilang dan terasa sedikit asing semakin bertambah usianya.

"Tapi ayah--".

"Kali ini saja, setelah itu kau boleh melakukan apapun hal yang kau sukai, ayah tidak akan mengekangmu lagi, catty".

"Apapun?".

"Yah, apapun".

"Baiklah, akan kupikirkan".

"Terimakasih, catty. Kau memang selalu bisa ayah andalkan". Pria paruh baya itu berlalu dari hadapannya meninggalkan arline yang saat ini memandang kosong kearah jendela yang tidak tertutupi oleh tirai sehingga menampakkan awan sore yang berjalan dengan indah.

Pernikahan. Tidak pernah sebelumnya ia memikirkan tentang hal itu dalam hidupnya, bagaimana untuk memikirkannya sementara ia belum pernah sama sekali memiliki kekasih. Apa yang tengah direncakan takdir padanya?

Kalaupun ia akan menikah tidak dengan seseorang yang dikenalnya hanya sebatas nama saja, oh tidak ia bahkan tidak mengenal calon suaminya itu dengan baik tidak sama sekali! Terlebih itu adalah calon suami dari kakaknya! Ia tidak pernah berpikir untuk menjadi pengganti pengantin wanita dihadapan tuhan yang mengucapkan kalimat janji sehidup semati bersama calon suami saudaranya.

Setelah kufikir aku bisa bebas nyatanya aku masih terikat dalam tali takdir yang begitu rumit, seolah tuhan memang sengaja memberiku takdir yang sangat melelahkan ini.

***

"Bagaimana tidurmu, sayang". Senyuman manis tersemat dengan indah saat sosok gadis yang saat ini tengah menuruni anak tangga dengan pakaian yang sudah tertata rapi siap untuk bekerja.

"Seperti biasa". Gadis itu berucap ringan. Ada apa dengan kedua orang tuanya kenapa mereka bersikap seolah ini adalah hal yg biasa mereka lakukan? Nyatanya mereka terlalu sibuk dan hanya mementingkan diri mereka sendiri. Apa pernikahan kakaknya berdampak besar pada mereka sehingga memaksanya untuk menggantikan pengantin wanita? Jika seandainya hal itu terjadi padanya apakah orang tuanya akan kalang kabut seperti ini? Siapa kau arline? Pentingkah untuk mereka? Nyatanya tidak!

Kak arlette kenapa aku begitu iri padamu? Seharusnya tidak bolehkan? Karna kita saudarakan? Tapi nyatanya hanya aku yang tersisihkan disini!

Jangan lupa vote and commentnya ya, biar cerita ini gak garing dan aku lanjutin cepat 😁

Damn!! Its So Hurt..Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang