Chapter 11

8.7K 375 3
                                    

Halloo semuaaa 😁😁 bow~
Maaf lama ya update cerita ini karena ada sesuatu hal terjadi di dunia nyata 😀😀 aku gak tau apa ada yang nungguin nih cerita yang penting aku tetap ngepost. Kan kasian yaak yg udah baca atau terlanjur baca jadi penasaran *kayak iya 😝😝

Oh ya sebenarnya chapter ini mau aku private mode kan kayak yg aku tulis di awal itu tapi berhubung laptop aku ada masalh jadi gak bisa di publish disana jadinya lewat hp aja 😥😥 berhubung di hp gak bisa buat private mode *kayaknya ya 😀😀 soalnya aku buat cari private mode kagak ada jadilah gak aku private. Tapi kedepannya di private kok 😄

Okeh cuzzz aja yuk~

Happy reading~

Arline duduk di atas sofa single yang terletak diruang tv dengan memegang sebungkus cemilan ringan di tangannya.

Ini bahkan sudah hampir malam tapi M belum menampakkan batang hidungnya. Bukan apa-apa hanya saja arline heran kemana perginya M mengingat tadi pagi saat ia berangkat ke kantor M sudah tidak ada di meja makan.

Alice bilang pria itu pergi pagi-pagi sekali di jemput oleh asistennya. Menjadi orang kantoran apa sesibuk itu? Yah.. Diakan CEO perusahaan ternama ar. Arline mengangguk maklum.

Setelah puas dengan menikmati cemilannya dan suara-suara tv yang tidak ia dengarkan arline beranjak untuk pergi ke kamarnya untuk tidur. Mengingat ini sudah tengah malam dan besok managernya itu akan ada rapat dan ia seperti biasa menyiapkan bahan-bahan apa saja yang harus di persiapkan dalam rapat tersebut. Apalagi besok ada pelantikan CEO baru di perusahaannya.

Sekali lagi arline melirik pintu bercat cream itu memastikan apakah ada seseorang yang baru saja masuk di sana apa tidak. Tunggu.. Apa yang sedang ia lakukan?

Ia tidak mungkin sedang menunggu M pulangkan? Oh, ya ampun. Yang benar saja itu!

Terserah pria itu saja akan pulang atau tidak. Arline tidak peduli. Lagipula M tidak peduli dengan apa yang arline lakukan. Bukankah mereka tidak saling mencintai dan menginginkan pernikahan ini?

Itu bagus untuk tidak saling peduli!

"Kau sudah pulang? Sejak kapan?". Arline terkejut melihat M yang saat ini tengah duduk membaca kertas putih yang ada di tangannya.

Sejak kapan pria ini pulang? Kenapa arline tidak tahu? Ia bahkan seperti orang bodoh di bawah tadi sempat berpikir untuk menungggu M pulang. Yang benar saja..

"Ini apa?". Arline menatap M yang mengulurkan tangan kanannya menyerahkan kertas putih yang sedari tadi ia baca.

"Bacalah".

Arline terdiam berusaha mencerna kata-kata dalam kertas tersebut. Apa-apaan ini?

Apa maksud M melakukan ini semua?

Memang benar pernikahan ini hanya sebuah angin lalu atau tidak berharga bagi M dan keluarga mereka tapi tetap saja apa maksudnya dengan kertas sialan ini!

"Aku ingin kau melahirkan anakku".

Tidak cukup dalam kertas itu saja tertulis arline bahkan mendengar sendiri kalimat yang di ucapkan oleh M.

"Kenapa?". Arline menatap M dan bertanya parau. Sialnya suaranya bahkan tidak bisa keluar lebih jelas lagi. Kenapa di saat ia ingin memaki dan memarahi pria ini justru mulutnya berkhianat? Hatinya juga. Semua tidak bisa di ajak untuk bekerja sama.

"Apa?".

"Kenapa aku?".

"Kau istriku". Sialan.. Ya.

"Apa saat ini kau tengah mempermainkanku? Kau tahu ini hanya pernikahan yang tidak ada harganya untukmu. Kau punya kakakku. Kau bisa meminta hal itu padanya setelah dia sadar dan menikahinya. Tapi tidak denganku!".

"Tidak bisa. Kau istriku dan aku ingin kau yang melakukannya!".

"Tidak! Aku tidak bisa".

Arline menggeleng pelan dan menolak tegas permintaan dari M. Siapa yang mau mengandung dan melahirkan seorang anak dimana kau hanya sebagai pengganti pengantin wanita dalam pernikahan ini?

Sebagai seorang wanita diberi kepercayaan oleh tuhan untuk merasakan bagaimana hamil dan melahirkan adalah hal terindah dalam hidup tapi tidak bisa jika pernikahan ini hanya sementara. Karena arline tahu bagaimana pernikahan yang ia jalani, itulah kenapa ia menolaknya dengan tegas.

Seandainya semua dari awal berjalan normal selayaknya pernikahan yang sesungguhnya hal ini tentu tidak akan sulit untuk arline terima karena bagaimanapun kodratnya seorang wanita memang menghasilkan keturunan.

Tapi kenapa saat ini?

Kau mengerti maksudku.. Karena aku hanya seorang pengganti.

Masih ada kak arlette yang bisa menggantikan keinginan M karena mereka sepasang kekasih-kan? Dan yang pasti mereka saling mencintai..

Lalu apa jika seandainya arline memenuhi keinginan itu terlepas dari ia seorang istri sah M di hadapan tuhan bukan dihadapan orang lain yang memandangnya sebagai kakaknya yang dicintai oleh pria ini. Tetap saja pada akhirnya mereka akan bercerai dan si brengsek M mendapatkan keinginannya sementara arline akan tercampakkan.

"Lagipula aku tidak sedang meminta persetujuanmu. Kau mau atau tidak kau akan tetap mengandung anakku!".

"Kenapa kau egois sekali? Aku menerima pernikahan ini karena aku menghargai kalian semua tapi kenapa kau memperlakukan aku seperti ini? Aku benci kau. Sialan.. Aku benci kalian semua".

Arline pikir setelah ia menuruti permintaan orang tuanya untuk menggantikan kakaknya dalam pernikahan ini ia akan terlepas dari segala macam perintah dan aturan orang tuanya atau paling tidak ia bisa mencari kebahagiaan yang selama ini ia cari tapi nyatanya ia masuk dalam lubang yang salah dan tidak tahu bagaimana keluarnya.

"Kau tidak perlu mengkhawatirkan apapun. Setelah anak itu lahir hak asuh akan ada padaku dan kau bebas membuat keputusan. Kembali pada keluargamu atau kita bercerai".

M pria yang benar-benar kejam. Tidak berperasaan. Melakukan sesuatu seenaknya. Bagaimana mungkin pria ini dengan tenangnya mengatakan hal seperti itu?

Ini tidak semudah apa yang pria itu katakan dan pikirkan!

Hamil? Melahirkan? Bercerai? Lalu bagaimana dengan masa depannya nanti? Arline tidak bisa membayangkan dirinya yang sudah janda dan pernah melahirkan ini dapat menemukan pendamping yang menerimanya apa adanya nanti. Janda bekas calon suami kakaknya?

Sial.. Itu lebih buruk lagi.

"Apa kau benar-benar mencintai kakakku?".

"Apa yang kau katakan?". M berteriak marah menatap arline yang menatapnya penuh benci dan kesal.

"Kalau kau benar-benar mencintainya kau tidak akan meminta ini padaku dan tidak akan menyakitinya dengan perkataanmu barusan. Aku hanya pengganti disini tapi kenapa harus aku?".

Sekali lagi arline menatap lirih M yang tengah menatapnya intens. Meminta belas kasihannya tapi nyatanya pria kejam itu hanya diam tidak menampilkan ekspresi apapun.

Justru karna aku tidak ingin melukainya inilah cara terbaik yang bisa kulakukan.. Arl maafkan aku.

Aku tidak bisa menahannya ini lebih lama lagi..

"Aku akan menemuimu besok malam. Persiapkan dirimu". Setelah itu M berlalu dari kamar yang saat ini menjadi saksi kemurkaan gadis itu barusan.

Arline meluruhkan badannya akibat tidak mampu menopang berat tubuhnya yang lemas kemudian tangisan kencang memenuhi kamar tersebut. Meski berteriak dan menangis sekencangnya itu tidak akan terdengar oleh siapapun baik oleh pelayan di rumah ini.

Apakah ini keputusan yang salah yang telah arline ambil?

Setelah ia pikir ia lepas dari segala macam kekangan dan peraturan orang tuanya nyatanya ia masuk dalam aturan dan kekangan yang mampu membelenggunya lebih dalam.

Seharusnya tidak seperti inikan?
Arline ada apa denganmu?

The next chapter soon~ 😃😃
Thanks udah baca yaaaww 😄😄

Damn!! Its So Hurt..Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang