Arline menutup pintu kecoklatan itu dengan keras dan berhambur keatas ranjang queen size bewarna biru langit tersebut. Menarik selimut dan menyelimuti tubuhnya. Suara sesegukan terdengar memenuhi kamar bercat peach tersebut.
Arline tidak perduli lagi. Saat ini ia butuh untuk meluapkan perasaannya dengan menangis mungkin nanti setelah ini perasaannya akan lega, setelah sekian lama, ini untuk pertama kalinya ia menangis sehebat ini dan pria dingin itu adalah penyebab utama ia seperti ini.
Kenapa harus M?
Arline pernah jatuh cinta sebelumnya tapi kenapa perasaannya kepada M lebih besar dan tak tertahankan. Ini bahkan tidak sebanding dengan cintanya kepada david. Ia tidak pernah menangis karena hal kecil seperti ini dan dengan M kenapa bisa membuat arline tak berdaya seperti ini hanya karena perasaannya pada pria itu.
Usapan lembut dikepalanya membuat arline menghentikan tangisannya dan aroma yang masuk ke hidungnya ia tahu siapa pelakunya. Tapi ia tidak ingin berbalik dan menampakkan sisi rapuhnya pada seseorang di belakangnya itu. Biarkan seperti ini. Ia takut ia tidak bisa tegar di hadapan pria itu.
"maafkan aku".
Bisikan lembut itu mengiringi sesegukan arline yang masih memenuhi kamarnya. Hingga tangan hangat pria itu menarik selimut yang menutupi tubuhnya dan mendekap arline ke dalam dada bidangnya.
Apa yang tengah pria ini lakukan padanya?
"jangan menangis". Pria itu membalikkan tubuh arline yang tengah berusaha menghentikan sesegukannya hingga mata gelap pria itu menatap ke dalam bola matanya. Disana arline bisa melihat bagaimana M begitu bersalah dan mengkhawatirkannya.
Tunggu, M khawatir padanya? Sialan.. mimpi saja kau, Ar.
"maafkan aku". Lagi. M berbisik lembut di depannya arline bahkan dapat melihat ada guratan penyesalan di wajah pria ini. Ia sakit. Hatinya sakit, dan perasaannya terlukai oleh sikap dan perilaku M tapi melihat pria ini di depannya tengah mengusap sisa airmatanya dan ekspresi khawatirnya membuat arline luluh dalam sikap pria itu.
Sialan benarkan?
Bahkan lagi-lagi ia terlihat murahan di hadapan M.
***
Entah siap yang memulai baik arline maupun M larut dalam pergulatan mereka. Saling membelitkan lidah satu sama lain mencari sesuatu yang membuat mereka lega dan ingin terus meresapinya.
Arline menghentikan ciumannya dibibir sexy milik M saat pria itu terdiam dan tak merespon kegiatan yang tengah mereka lakukan beberapa detik lalu. Sedikit memberi jarak dan membuka matanya yang sedari tadi tertutup menikmati ciuman hebat milik M
Arline, kau kenapa bisa sampai seperti ini?
Hanya sebuah ciuman dan ia luluh kembali.
Sialan M.
Tapi, tapi kenapa ia merasa ada sesuatu dalam hatinya yang mampu membuatnya senang sekaligus lega secara bersamaan.
"Kenapa berhenti, hum?". Suara serak milik M mengisi keheningan dalam kamar yang luas tersebut.
"Aku, ngh--". Arline melenguh saat M mengecup tengkuknya dan tangan kanan pria itu sedari tadi berputar membentuk pola-pola abstrak di balik punggungnya.
"Jangan seperti itu lagi pada pria lain. Aku tidak suka". M masih betah berlama-lama meletakkan kepalanya di pundak arline sembari sesekali mengecupnya membuat arline menarik nafas berat dan tidak fokus.
"Tapi, tapi david, ngh--M-mhh".
Sialan!
Arline mendesah hebat saat mulut panas milik M kembali menghisap denyutan nadi disekitar lehernya dan tangan pria itu tidak tinggal diam. Meremas keras payudara kanannya hingga membuat arline tak berdaya diserang dalam waktu bersamaan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Damn!! Its So Hurt..
RandomWARNING!! Cerita ini khusus dewasa Rt 21+ Mohon kebijakan pembaca dalam memilah cerita Oke guys thanks~ "Kenapa harus dia, mom?". "Ini sudah terjadi sayang, kau tidak ingin mempermalukan keluargamukan? Terimalah". "Tapi dia calon suami kak Arlette...