Hallo~ aku datang bawa chapter yang lumayan panjangnya kali ini 😁😁 jangan pada bosen buat bacanya walau kalian baca tapi gak votment 😔😔 mungkin ceritanya gak menarik kali ya 😅😅
Yaudah ga pp aku tetep lanjutin kok walau gak tiap hari 😓😫 mungkin nanti kalo pembacanya udah banyak akan aku pertimbangkan buat up yang gak lama 😄😄
Oke cus yuk~
Arline bergumam asal saat goncangan tubuhnya terasa semakin kuat mendorongnya. Merasa tidak nyaman arline menggeliat dan membuka mata kecil untuk menghalau sinar matahari yang tiba-tiba menyerbu masuk saat ia membuka mata sontak tubuhnya terlonjak kearah depan membuatnya sedikit terhuyung dan sealtbet mobil yang menahan dadanya membuatnya tersadar posisinya saat ini.
Arline menolehkan wajahnya kearah kanan dan sosok tegap yang tengah memegang stir mobil dengan pakaian kasual khas pria dewasa adalah pemandangan yang ia lihat setelah aksi terkejutnya tadi kemudian beralih pada tubuhnya yang saat ini telah berpakaian rapi, tunggu.. Apa pria ini yang- astaga, tidakk!!
"Hentikan pikiran burukmu itu! Cepat turun dan cuci muka".
"Jam berapa sekarang?". Arline menatap wajah M yang masih tenang dan santai tapi tatapannya tajam dan dingin, ugh! Pria sialan.
"Apa seperti ini sikapmu di hadapan seorang pria? Lihat rambut dan wajahmu itu setidaknya bersikaplah selayaknya wanita". Apa? Kenapa? Apa yang pria dingin ini katakan? Arline menatap dirinya pada spion mobil dan astaga rambut hitam miliknya terlihat seperti tidak pernah disentuh sama sekali dan wajah khas bangun tidurnya tercetak jelas, ugh ini memalukan!
"Kau pikir kau siapa bisa memarahiku seperti ini". Arline membentak kesal dan membuka pintu mobil berniat turun dan mencuci wajahnya setelah memastikan tidak ada orang di sekitar sini.
***
"Aku pilih yang ini". Arline menunjuk salah satu gaun yang berjejer rapi yang sudah staf toko sediakan untuk mereka. Berhubung boutique ini milik salah satu kenalan pria dingin ini jadi mereka mendapatkan pelayanan yang istimewa, benar-benar hal yang selalu arline hindari sejak dulu.
Meski memiliki keluarga yang memiliki uang yang tidak sedikit arline tidak pernah terlalu menunjukkannya dengan bergaya glamour lagipula sejak dulu ia selalu diajarkan untuk mandiri. Apalagi dengan ia yg sudah mulai bersekolah diluar negri mengajarkan gadis itu bagaimana untuk hidup susah dan menjadi manusia biasa.
Baik arline maupun arlette mereka memiliki kepribadian yang sangat berbeda. Jika arline terbiasa dengan hal hal yang biasa arlette terbiasa dengan kehidupan yang seperti tuan putri kemanapun ia pergi para bodyguard yang selalu menemaninya dan saat dirumah dilayani oleh pelayan pribadi.
Sejak dulu arlette memiliki fisik yang tergolong lemah dan di vonis oleh dokter nyaris tidak akan bertahan hidup lebih lama itulah sebabnya orang tuanya selalu menjaga kakaknya dengan ketat meski diperlakukan dengan cara yang berbeda arline tidak pernah merasa iri dan dibanding-bandingkan karna ia tahu kakaknya lebih butuh segalanya. Terkadang pikiran tentang kasih sayang dan cinta dari keluarga yang hangat sempat terlintas dalam otak cantiknya namun ia cepat-cepat membuang jauh hal tersebut sebelum ia menangis dalam kesendirian lagi seperti halnya dulu yang pernah ia lakukan.
Keluarga kaya raya, memiliki orang tua yang utuh, serta kakak yang rupawan dan memiliki karir yang menjanjikan dan otak yang cemerlang betapa arline beruntung dengan semua itu. Yah, mungkin itulah yang banyak orang pikir tentangnya.
Nyatanya ada yang kurang yaitu kebahagiaan dan kasih sayang. Sejak dulu sampai saat ini ia selalu merasa sendirian, ia tersisihkan dan terabaikan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Damn!! Its So Hurt..
RandomWARNING!! Cerita ini khusus dewasa Rt 21+ Mohon kebijakan pembaca dalam memilah cerita Oke guys thanks~ "Kenapa harus dia, mom?". "Ini sudah terjadi sayang, kau tidak ingin mempermalukan keluargamukan? Terimalah". "Tapi dia calon suami kak Arlette...