Chapter 8

10.7K 410 6
                                    

Mungkin bagimu pernikahan hanya dua orang yang mencintai satu sama lain dan hidup bersama tapi bagiku berbeda. Ada banyak hal yang harus disatukan di dalamnya dan kebahagiaan adalah yang utama.

-uknown-

Happy reading~

Salah satu gedung mewah bintang lima yang terletak di pusat kota New York menjadi pusat perhatian para awak media hari ini baik itu media dalam urusan bisnis maupun kehidupan pribadi dari orang-orang ternama tidak luput dari keingintahuan mereka.

Seperti halnya Arline Steffani Worse anak dari Stefanno Worse yang merupakan pemegang kekayaan tiga terbesar di negara ini dan William M. Jevly anak dari Leonnardo Jevly yang memiliki kerajaan bisnis dimana-mana tidak terhitung berapa banyak pundi rupiah yang ia hasilkan dan M adalah satu-satunya putranya yang akan mewarisi kekayaan tersebut. Bisa kalian bayangkan seberapa banyak wanita yang menginginkan pria itu terlepas dari kekayaan dari M. Pria itu juga tampan dan memiliki tubuh modis yang indah. Siapa wanita yang tidak ingin?

Dan arline adalah salah satu wanita yang beruntung bisa menikmati segalanya nanti itulah pikiran yang jelas terpancar di otak mereka hanya dengan melihat tatapan wanita-wanita itu pada M yang saat ini tengah menunggu pengantinnya di depan altar.

Arline berjalan pelan dengan tangan kanannya digenggam oleh tuan worse sedikit mengangkat wajahnya dan matanya bertatapan dengan mata hitam nan kelam milik M.

Mereka saling menatap satu sama lain dan perlahan satu persatu tamu undangan menghilang entah kemana. Lama arline menyelami mata pria itu di sana ia terhenti. Pada satu titik lembah kegelapan yang terkunci rapat.

Apa itu?

Arline membatin kecil hingga tangan besar nan hangat milik seseorang merenggut pikiran bertanyanya seketika. Ini milik M.

Kenapa terasa tidak asing?

Apa ia pernah bertemu M sebelumnya?

Arline menatap tangan yang menggenggamnya itu sambil bertanya-tanya. Melihat arline yang hanya diam saja dan fokus mata gadis itu tidak beralih dari tangannya membuat dahi M berkerut dan tersenyum kecil.

"Kita lanjutkan ini selesai acara nanti".

"Huh?". Arline bergumam menatap wajah M dari samping. Bahkan mereka sudah berbalik menghadap pendeta yang akan mengucapkan janji pernikahan.

"Fokus ke depan, arline. Kau bisa memandangiku sepuasmu nanti setelah acara ini selesai". Usai mendengar kalimat M yang sedikit ada nada geli di dalamnya membuat arline memalingkan wajah meronanya gugup.

Ia ketahuan!

***

Acara berakhir dengan sangat meriah dan mewah hingga pukul 10 malam mereka kembali ke kamar yang di sewa di hotel tempat mereka menggelar resepsi pernikahan.

Sebenarnya arline tidak tahu harus melakukan dan bersikap bagaimana setelah ini pada calon suami-ah tidak.. Pada orang yang dicintai kakaknya ini. Ia tahu pria ini hanya menganggap pernikahan ini sebuah lelucon dan apakah arline juga harus beranggapan begitu?

Apakah ini benar?

Arline bergumam dalam hati sembari berjalan mondar-mandir di dalam kamar tersebut.

Apakah ia sanggup melanggar janji yang baru saja ia ucapkan?

Tidak!

Oh.. Tuhan, ini membuat hati dan logikanya berperang.

"Apa yang kau lakukan disitu?". Sebuah suara yang sedikit berat milik M mengejutkan arline.

Membalikkan badannya dan melihat M yang baru saja keluar dari kamar mandi di lapisi baju handuk. Tetesan air mengalir keleher pria itu yang tengah mengeringkan rambut basahnya.

Damn!! Its So Hurt..Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang