Happy Reading~
"Yah". Arline mengerutkan dahinya dengan bingung saat mendengar suara serak sandra yang terdengar aneh ditelinganya.
"Kau sedang apa?".
"Hm". Hanya gumaman kecil yang terdengar.
"Sandra kau.. Astaga. Apa kau sedang-".
"Hentikan pikiran kotormu itu. Katakan ada apa, ar? Aku mengantuk saat ini".
"Hei.. Ini bahkan belum tengah malam tumben sekali kau mengantuk".
"Banyak yang aku kerjakan hari ini, itu sangat melelahkan. Kepalaku sakit sekali".
"Kau tidak apa-apa? Apa aku perlu ketempatmu? Seharusnya kau bilang pada pria sialan itu untuk mengurangi tugas-tugasmu kenapa dia selalu saja memberimu banyak tugas. Dasar pria!". Arline mengomel panjang lebar tentang kelakuan manager sandra yang sikapnya kelewat itu.
Bagaimana tidak sejak pertama kali sandra masuk ke perusahaan tempatnya dan sandra bekerja manager sialan itu selalu menyiksa sahabatnya. Untung saja ia berada di divisi yang berbeda dengan sandra yang menguntungkannya untuk tidak terlibat dengan pria kejam itu.
Meski sandra sering kali dibuat lembur oleh tugas yanh disuruh managernya itu tidak membuat sahabatnya protes bahkan gadis gila itu sangat senang seharian bersama manager sialan itu. Gilakan?? Sandra bilang managernya itu memiliki tubuh bak model kelas atas dan wajah rupawan membuat banyak karyawan di divisinya tergila-gila pada pria itu termasuk sahabatnya. Yah.. Meski sahabatnya itu tidak terlalu menunjukkannya tidak seperti para karyawan lain. Ia tahu itu. Tentu saja, karna ia melihat reaksi mereka semua tapi sampai saat ini arline belum mengetahui seperti apa wajah manager sialan yang membuat sahabatnya begini. Ia jadi memiliki waktu terbatas untuk sekedar bercerita pada sahabatnya itu.
Sepertinya dia pria yang luar biasa sehingga sahabatnya itu sampai seperti ini. Bahkan sebelumnya sandra tidak pernah setertarik ini saat ia menyukai seorang pria bahkan sejak SMA dulu mereka kenal. Bahkan arline sudah banyak menuliskan daftar pria yang akan ia suruh kencan dengan sahabatnya dan dengan tidak tahu terimakasihnya sandra menolak itu semua. Ashh.. Gadis itu benar-benar ya!! Memangnya seberapa tampannya sih pria itu? Masa bodoh dengan itu!
Arline pikir-pikir lagi tidak ada pria tampan yang benar-benar baik hati seperti cerita-cerita di novel yang sering ia baca. Kebanyakan pria tampan selalu angkuh, dingin dan tidak berperasaan. Lihat saja manager sandra dan si tuan M yang arogan itu mereka salah satu dari sekian pria tampan yang memiliki keseluruhan sikap yang ia sebutkan.
Lagipula kalau ada pria tampan yang suka tersenyum dan ramah pada setiap perempuan pasti ia playboy. Kebanyakan ya seperti itu kan? Yah.. Benar sekali ar!
"Halo, ar. Aku tutup yah?". Suara sandra di seberang sana menyadarkan lamunan arline membuatnya menatap telepon genggamnya. Ahh.. Gadis itu belum mematikan teleponnya ternyata.
"Oke, baiklah. Selamat malam sayangku. Mmuuah mmuaah".
"Kau menggelikan! Aku merinding mendengarnya kau tahu".
"Memangnya kenapa? Bukankah kau biasa mendengarnya".
"Aku memang sudah biasa menghadapi tingkah gilamu itu tapi kalau ada orang lain yang mendengarnya mereka akan mengatakan kita lesbian. Argh.. Aku tidak mau itu".
"Sudah? Kau bilang mengantukkan? Ternyata otakmu masih bisa berpikir saat seperti ini dan berbicara panjang lebar".
"Aku tutup ya. Selamat malam sayang".
Heol.. Lihat! Siapa disini yang tidak gila juga? Arline hanya menggelengkan kepalanya dan tersenyum kecil kemudian tangan mungilnya menarik selimut menyelimuti seluruh tubuhnya. Mungkin besok saat istirahat makan siang ia bisa bercerita pada sahabatnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Damn!! Its So Hurt..
RandomWARNING!! Cerita ini khusus dewasa Rt 21+ Mohon kebijakan pembaca dalam memilah cerita Oke guys thanks~ "Kenapa harus dia, mom?". "Ini sudah terjadi sayang, kau tidak ingin mempermalukan keluargamukan? Terimalah". "Tapi dia calon suami kak Arlette...