Prolog

6K 482 39
                                    

Menemukan satu hal penting dalam hidup bukan berarti harus melepaskan semua hal penting lainnya. Cinta memang berada di atas segalanya, namun bukan berarti tidak ada kesalahan di sana. Mungkin hanya terjadi sesekali.

.

.

.

Berulang kali ditolehkan kepalanya, namun dua buah mobil hitam metalik tanpa menyerah terus mengikutinya. Dengan salah satu kaki yang menginjak kuat pedal gas, dibantingnya kemudi pada arah kiri hingga mobil yang dikendarai berputar mengerikan dengan decit yang memeka telinga.

Manik musangnya perlahan melemas ketika pembatas jalan yang menghadap langsung sebuah jurang tertabraknya kuat. Bibir hatinya terkulum sesal dengan mata yang mulai terpejam ketika benturan keras mulai dirasakannya dengan denging suara yang menenggelamkan dirinya. Rasa sakit tak terkira perlahan melenyapkan kesadarannya.

'Inikah yang memang harus kudapatkan?'

.

Seorang pria dengan raut dingin menatap datar mobil yang berguling mengerikan di hadapannya. Ditatapnya satu persatu bawahan sebelum mengangguk singkat. Tugas mereka telah selesai.

"Nyonya, target telah kami lenyapkan." Ujarnya tegas meski sepasang mata itu menatap hampa jalanan sepi yang membentang di depannya. Setitik rasa bersalah mulai menggerogotinya tanpa sadar.

.

"Kau benar-benar yakin jika Jung Yunho telah mati?"

"Aku percaya kepadanya. Karena Choi Sungwon tidak akan pernah bisa membantahku." Bibir merah menggoda dengan polesan lipstik merah terang itu mengulaskan senyum tipis menuh makna.

"Lalu bagaimana dengan kakakmu?"

"Jung Yoojin adalah wanita lemah dan bodoh yang selama ini hanya dapat berlindung dibalik kedua tangan Jung Sejoon."

"Aku harap ucapanmu memang benar, Hyerin-ah."

.

Kepalanya terasa begitu sakit dengan pandangan yang amat mengabur. Tubuhnya remuk tak bisa digerakan.

Perlahan seberkas cahaya mulai memenuhi pandangannya. Sedikit menyakiti matanya hingga membuat dahinya menyercit tanpa sadar.

"Kau baik-baik saja?"

Sebuah nada lembut menyambut pendengarannya. Hingga sosok rupawan terbingkai jelas dihadapannya, menghalangi cahaya yang terbias.

Hanya saja efek sinar terang malah membuat sosok itu kian menawan. Manik bulat besar yang menatapnya cemas dengan raut khawatir yang terulas pada wajah indah itu. Bibir tipis yang dirasa begitu menggiurkan, benar-benar membuainya semakin dalam.

"Hey... kau melihatku?"

Lambaian tangan yang berulang kali menghalangi pandangannya dari sosok indah itu tidak cukup untuk menyadarkannya dari rasa terpesona yang telah melingkupi.

Hingga rasa sakit menyentaknya di sekitar lengan dan mengembalikan jiwanya yang telah melanglang buana. Dahinya mengercit lemah ketika tubuhnya begitu sulit digerakan.

"Beristirahatlah... nanti aku akan kembali untuk membawa makanan serta obat untukmu."

Senyum itu terlihat begitu indah namun juga begitu cepat meninggalkannya. Kini dirinya seorang diri setelah sosok rupawan itu pergi.

Kepalanya mengedar dan mendapati berbagai peralatan sederhana. Dengan berbagai ramuan herbal yang terhirup kuat. Ruang geraknya terbatas dengan berbagai kain yang membebat tubuhnya.

Sejenak dirinya termenung. Merasa keanehan yang mulai menjalar. Sesuatu seolah lenyap begitu saja. Semua hal menghilang dalam sekejap. Dengan berbagai pertanyaan mulai menghampiri.

Namun yang pasti, dirinya telah melupakan segala hal. Dirinya tidak mengingat apapun, bahkan dengan suatu hal sederhana seperti nama yang memang seharusnya dimiliki.

Ketika semua hal terasa semakin sulit dimengerti, sebuah pertanyaan penting muncul.

"Apa yang harus kucari dalam kehidupan ini?"

...

Cinta bisa menjadi penjelasan untuk kehidupan. Itulah perasaan terbaik yang dimiliki manusia.

.

.

.

.

.

Ini adalah cerita kesekian yang hampir menjadi fosil...

Soalnya alurnya cukup berat sih untuk makhluk receh macam Ari ini. Semoga aja masih bisa berlanjut hingga tamat~~

Mohon dukungannya kawan2~~











Peluk cium dari Ari buat mas Yunho tercinta :***

FatedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang