Part 1

3.7K 368 46
                                    

Menemukan satu hal penting dalam hidup bukan berarti harus melepaskan semua hal penting lainnya. Cinta memang berada di atas segalanya, namun bukan berarti tidak ada kesalahan di sana. Mungkin hanya terjadi sesekali.

.

.

.

Manik musang itu melihat sosok rupawan yang tengah menikmati acara sore pada sebuah layar besar di depannya. Sesekali tawa kecil mengalun lembut, memenuhi keheningan ruangan.

"Maaf-"

"Eoh? Kau sudah bangun?" Pria itu sigap menghampirinya dan membantunya untuk menduduki sofa. Terlebih dengan keadaannya yang jauh dari kata baik.

Tak!

Prang!

Lihat, belum apa-apa sebuah gelas berisi air telah jatuh atas ketidaksengajaannya "Ah- maafkan aku."

Lekuk manis itu seketika menyentak kesadarannya, meski masih terbayang samar pada pandangan namun entah mengapa dirinya dapat menangkap senyum rupawan itu.

"Tidak masalah. Lagipula air tidak meninggalkan noda." Gurau sang pemuda menawan, yang sigap menjauhinya. Sepertinya hendak mengambil sesuatu untuk membersihkan kekacauan kecil itu.

Perlahan matanya mengerjap, dengan frekuensi yang bertambah setiap detiknya. Namun tetap saja tidak menjernihkan pandangannya, bahkan terlihat kian mengabur. Bahkan tayangan televisi pun tidak dapat benar-benar ditangkapnya.

"Ada apa?"

Sosok rupawan itu kembali mendekatinya, dan mungkin telah mengembalikan keadaan menjadi sedia kala.

"Entahlah. Hanya saja pengelihatanku dirasa sedikit terganggu."

"Benarkah?"

Tiba-tiba saja sebuah tangan meraih wajahnya untuk menoleh dengan sebuah siluet buram memenuhi pandangannya "A-ah-"

Sosok itu menunjukan sesuatu kepadanya "Lihat kertas ini... jadi apa yang kau dapatkan disana?"

Dirinya tahu jika majalah itu menampilkan sebuah halaman yang dipenuhi oleh berbagai kata dalam bermacam ukuran, namun hanya sebuah judul berwarna merah yang dapat ditangkapnya "Summer Time Europe Capital?"

"Lainnya?" Tambah sang pemuda.

Manik musang itu menyipit tajam, berusaha memfokuskan pandangannya pada ratusan huruf yang tertuang di hadapannya, hingga sebuah dengusan putus asa menjadi akhir dari usahanya "Aku sama sekali tidak dapat membacanya." Dirusaknya surai yang sebagain terbebat perban marah "Sepertinya mataku memang bermasalah."

Sosok pemuda rupawan itu hanya dapat mendesah penuh rasa empati "Tidak perlu cemas, mungkin lusa aku akan membawamu untuk memeriksakan mata. Sekaligus kembali ke kota."

Kepalanya menoleh sesaat "Ke kota? Lalu tempat ini-"

"Ah... ini adalah kediaman kedua orang tuaku. Jika kau ingin tahu, kita sedang berada di Chungnam. Namun abeoji jarang sekali berada di rumah sejak kepergian umma."

"Maafkan aku." Sesalnya merasa bersalah.

"Apa? Tidak perlu seperti itu. Lagipula aku juga hanya sedang berkunjung. Lalu-" sepasang manik bulat itu mulai memancarkan rasa keingin tahuan "Bagaimana kecelakaan itu bisa terjadi- maksudku, kami menemukanmu tak sadarkan diri dipinggir tebing dengan sebuah mobil yang... yeah, bisa dikatakan rusak parah."

Sejenak dirinya terdiam "Sudah berapa hari terlewati sejak hari itu?"

"Sekitar 3 minggu, kau sebenarnya tidak memiliki banyak luka serius dan kondisi tubuhmu sudah cukup baik. Terlebih salah satu petugas medis di desa kami telah menanganimu, hanya saja kau tertidur cukup lama. Mungkinkah karena efek benturan kuat yang sempat melukai kepalamu?"

FatedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang