Menemukan satu hal penting dalam hidup bukan berarti harus melepaskan semua hal penting lainnya. Cinta memang berada di atas segalanya, namun bukan berarti tidak ada kesalahan di sana. Mungkin hanya terjadi sesekali.
.
.
.
Baru saja senyum lebarnya terbingkai lugas sebelum lenyap begitu sosok yang telah ditunggunya datang bersama seseorang yang sama sekali tidak terduga "Yunho-ah!"
Nyaris saja Yunho mengeluarkan helaan napas terganggu ketika melihat Sena kembali berdiri di depan gerbang kediamannya "Apa yang sedang kau lakukan?"
Sena hanya tersenyum lebar menutupi ketidaksukaannya, pun tatapan matanya menyiratkan tanya pada sosok mungil dalam gendongan Yunho. Memahami keingintahuan sang wanita, Yunho mendesah tak kuasa. Sepertinya kali ini Yunho tidak dapat menggunakan triknya yang lain untuk tidak membiarkan wanita itu memasuki kediamannya.
"Masuklah, aku berbaik hati untuk sedikit menjamumu di dalam."
Sontak ucapan Yunho menjadi angin segar bagi Sena, mengikuti langkah kaki kokoh itu terburu-buru sesekali menghalau angin dingin yang sejak tiga puluh menit lalu berusaha merobohkannya. Nyatanya kekeraskepalaan Sena membuahkan hasil, meski keberadaan sosok cantik dalam rengkuhan Yunho terus saja menarik perhatiannya.
"Apakah itu keponakanmu?" sahut Sena usai menerima gelas kopi hangat dari Yunho, darahnya berdesir begitu mendapati penampilan Yunho yang terlihat begitu jantan kini.
Lengan kemeja yang dilipat hingga siku dengan dua buah kancing teratas yang dibiarkan terlepas, belum lagi dengan ukuran kemeja yang pas badan meski raut lelah itu tetap menghiasi wajah tampan Yunho namun aura menggoda menguak kuat di sana. Sena nyaris dibuat hilang kendali, ketika dirinya masih berusaha untuk tetap bersikap anggun.
"Seorang wanita menyerahkan bocah itu kepadaku siang ini, dan berkata jika aku daddy dari bocah itu."
Uhuk!
Sena terbelalak tak percaya "Yunho!" serunya tanpa sadar dan memandang kecewa sang pemuda.
Sedangkan Yunho malah menatap sang wanita bingung "Kenapa? Kau terlihat sangat terkejut?" sahutnya tidak begitu memahami situasi.
"T-tidak kusangka jika kau masih saja brengsek seperti dulu!"
Tiba-tiba saja Sena beranjak dari duduknya dan melenggang pergi meninggalkan ruangan menuju pintu keluar, mengabaikan tatapan tanya yang Yunho layangkan meski pria itu sama sekali tidak berniat mengejarnya. Dirinya masih terlalu kaget dan tidak siap untuk mengetahui lebih jauh soal sang bocah cantik.
"Apa yang terjadi dengan wanita itu?" guman Yunho menatap datar pintu depan yang kembali tertutup, kemudian mengedikan bahunya tak acuh "Bukankah itu artinya aku tidak perlu repot-repot mengusirnya?" terdapat nada senang di sana.
Kemudian kakinya melangkah pada satu-satunya kamar, dimana dirinya meletakan sang gadis kecil. Memperhatikan lamat-lamat Beffer yang terlelap di tengah ranjangnya. Perlahan melepaskan mantel mungil Beffer serta sepatu cerah yang dikenakan.
"Aku tidak memiliki pakaian anak-anak, lagipula peralatan mandi milikku juga tidak bisa bocah itu gunakan..." gumannya kebingungan.
Hingga dering ponsel mengalihkan atensi Yunho, menempelkan benda tipis itu pada telinga kiri "Ada apa, Matt?"
"Seseorang baru saja mengirimkan paket ke ruangan anda, dan saya sudah meminta sang kurir untuk langsung membawanya ke tempat anda, sir."
Yunho hanya menganguk kemudian menuju pintu depan untuk melihat paket yang dimaksud. Dan kini paket itu telah berada dibalik pintu dengan mobil kurir yang mulai menjauh "Apakah kau tahu siapa pengirimnya?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Fated
FanfictionDirinya terbangun tanpa mengetahui apapun. Semua terasa buram dan kelam. Sebenarnya apa yang sedang terjadi? Dan sosok menawan itu mulai memenuhi pikirannya. Siapakah pemilik wajah rupawan itu? Ketika semua hal terasa semakin sulit dimengerti, sebua...