Menemukan satu hal penting dalam hidup bukan berarti harus melepaskan semua hal penting lainnya. Cinta memang berada di atas segalanya, namun bukan berarti tidak ada kesalahan di sana. Mungkin hanya terjadi sesekali.
.
.
.
Lekuk simpul itu menghiasi bibir hatinya, perasaan membuncah memenuhi dadanya diiringi kegugupan yang tiba-tiba saja menghampiri. Memarkirkan mobilnya sebelum mematikan mesin dengan salah satu tangan yanh meraih buket bunga cantik, sekumpulan lily putih yang membuatnya terbayang wajah sang kekasih. Melirik sebuah cincin yang telah menghiasi salah satu jari, rasanya seperti telah menikah saja. Batinnya bersuara.
Merapikan penampilan sebelum beranjak, diselipkannya sebuah note kacil pada buket bunga dan membuka pintu secara perlahan. Kesunyian seketika menyambut, apakah mereka semua pergi? Namun dirinya tidak mendapat satupun pesan dari pengasuh Beffer serta Lee Inja yang pasti telah pulang sejak tadi, mengingat langit mulai menggelap.
"Chunra-shi, kau melihat Jaejoong?" tanyanya pada seorang wanita yang melintas.
"Tuan Kim berada di kamar anda, tuan Jung. Sebelumnya beliau berkata akan pulang,"
Yunho mengangguk dan membiarkan Chunra melanjutkan langkahnya, Jaejoong tidak mengatakan apapun kepadanya dan hendak pulang tanpa memberitahukannya terlebih dulu?
"Yunho-ah, kau sudah kembali?"
Sosok rupawan itu menuruni tangga dengan sebuah tas, dan penampilannya pun terlihat cukup rapi "Kau akan pulang?" sahutnya begitu saja.
Jaejoong mengangguk ketika matanya menangkap sebuah buket cantik dari tangan Yunho "Oh, kau membeli bunga?"
Melirik sejenak bungan itu sebelum mengulurkannya kepada Jaejoong "Untukmu,"
"Manis sekali~" Jaejoong menerimanya dengan senang hati "Ah, kau membuatkan note juga?" membuka lipatan dengan senyum yang memerkah terbalut rasa geli "Your future?" melirik Yunho jenaka "Masa depan... ku?"
Yunho mendekati Jaejoong dan meraih pinggang sang kekasih "Hanya ingin segera merealisasikan impianku saja,"
"Memangnya apa impianmu?"
Memberikan kecupan manis pada pipi Jaejoong "Menjalani sisa hidup bersamamu," bisik Yunho lembut.
Jaejoong yang mendengar itu lantas memberanikan diri menatap sepasang manik musang sang kekasih "Apakah... kau benar-benar mencintaiku?"
"Sepenuh hati." tegas Yunho penuh percaya diri.
"Kau sungguh akan menikahiku jika aku memintanya?" tambah Jaejoong sekali lagi.
Namun Yunho tersenyum tanpa membalas ketika matanya menangkap seluruh jemari Jaejoong yang polos, tidak seperti yang dibayangkan sebelumnya "Kau tidak mengenakannya?" terdengar nada kecewa di sana.
Mengetahui maksud Yunho Jaejoong mengeluarkan kotak beludru dari dalam tas "Aku tidak ingin mengenakannya sendiri," ujarnya mengisyaratkan.
Menuruti keinginan Jaejoong dengan memakaikan kalung terlebih dulu pada lekuk indah Jaejoong pun menghentikan pergerakannya, menatap lekat cincin yang masih menghiasi kotak "Apakah kau memang bersedia jika aku mengajakmu untuk memiliki hubungan yang lebih serius?"
"Apakah aku terlihat bermain-main pada hubungan ini?" timpal Jaejoong tidak ingin menunjukannya terlalu jelas.
Yunho tersenyum puas, dirinya menyukai balasan Jaejoong, seolah menginginkan kesungguhannya "Jika memang itu maumu," dipasangkannya cincin pada salah satu jari Jaejoong "Maka hiduplah bersamaku dan bantu aku mengukir masa depan bersama."
KAMU SEDANG MEMBACA
Fated
FanfictionDirinya terbangun tanpa mengetahui apapun. Semua terasa buram dan kelam. Sebenarnya apa yang sedang terjadi? Dan sosok menawan itu mulai memenuhi pikirannya. Siapakah pemilik wajah rupawan itu? Ketika semua hal terasa semakin sulit dimengerti, sebua...