Menemukan satu hal penting dalam hidup bukan berarti harus melepaskan semua hal penting lainnya. Cinta memang berada di atas segalanya, namun bukan berarti tidak ada kesalahan di sana. Mungkin hanya terjadi sesekali.
.
.
.
"Kudengar kau membawa teman ke rumah,"
Pergerakan Jaejoong sontak terhenti "Apakah bibi Hyora yang mengatakannya kepadamu?" kembali membungkus kotak hangwa dengan kain tipis kemudian memberi kaitan indah di sana.
Seungji menatap lekat sang kakak "Hanya bertanya, lagipula temanmu hanya Yoochun-hyung saja selama ini. Bukankah ada perkembangan yang baik dalam dirimu, hyung?" membantu Jaejoong memindahkan beberapa kotak yang telah dibungkus oleh kain-kain cantik, "Dan, tidakkah kau ingin mengubahnya?"
"Apa?" Jaejoong terlihat fokus menempelkan tanda pada dus-dus lain yang akan dikirim.
"Umma... kau selalu memanggil beliau bibi," Seungji terdiam sejenak, dirinya tahu hal itu hanya akan memperburuk suasana hati Jaejoong namun Seungji tidak menyukai jarak yang diciptakan Jaejoong dan Hyora selama ini.
Jaejoong terdiam, mungkin dulu dirinya dapat memberikan berbagai alasan untuk mengelabui Seungji, dimana kini hal itu sedikit sulit dilakukan kepada remaja berusia 18 tahun seperti Seungji. Mencoba mengabaikan pertanyaan Seungji dan teralih pada kotak-kotak lain yang harus dirapikan "Kau sudah menghitungnya? Mobil pengiriman akan tiba sebentar lagi,"
Seungji tidak bisa memaksa Jaejoong untuk berterus terang, semakin dirinya melakukan hal itu maka Jaejoong akan terus mengindahkannya "Dua puluh lima kotak, masih kurang sepuluh lagi."
"Kalau begitu kau pindahkan kotak-kotak di sana dan biar aku yang melanjutkan sisanya,"
Diliriknya Jaejoong jengkel dan mulai meraih dua kotak berukuran sedang sekaligus "Apakah temanmu sudah memiliki anak? Aku mendengar suara bocah kecil ketika menerima panggilan dari umma,"
"Hei, berhati-hatilah." Jaejoong menahan punggung Seungji agar tidak menimpanya "Berhenti bertanya dan kerjakan saja tugasmu, Kim!"
"Ayolah, hyung~" Seungji meletakkan begitu saja kotak pada meja sisi Jaejoong "Kau ini selalu saja membungkam diri dalam segala hal kepadaku. Padahal aku ingin lebih dekat denganmu,"
Jaejoong mendesah kalah "Apa yang kau ingin tahu tentangku?"
"Seperti... kekasih?" Seungji ikut membungkus kotak lain "Apakah temanmu kali ini adalah kekasihmu? Kau berhubungan dengan seorang ibu muda?"
"Ibu muda?" ingin rasanya Jaejoong tertawa kencang, apakah Yunho pantas dikatakan sebagai ibu Beffer? "Temanku ini bahkan seorang pria, Seungji-ah."
"Sudah kuduga,"
"Apa maksudmu?"
Seungji mengedikan bahunya "Kau tidak mungkin memiliki kekasih seorang wanita,"
"Bagaimana kau bisa mengatakan hal itu?"
"Teman laki-laki di sekolahku dulu banyak yang ingin berkenalan denganmu, hyung. Dan mereka tidak percaya ketika aku berkata jika dirimu pria, aku bahkan sempat diancam yang mereka kira menolak untuk dikenalkan kepadamu!"
"Dasar bodoh!" mendorong beberapa kotak yang telah dibungkusnya pada Seungji "Jangan terlalu cepat menyimpulkan suatu hal, segera pindahkan kotak-kotak ini sebelum mobil pengiriman datang."
"Tidak seru!" meski jengkel, Seungji tetap menuruti perintah Jaejoong dengan sebuah pesan masuk yang menghentikan langkahnya "Hyung, abeoji akan kembali bersama teman spesialmu itu." senyumnya melebar misterius "Apakah abeoji telah mengetahui hubungan kalian sepertiku?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Fated
FanfictionDirinya terbangun tanpa mengetahui apapun. Semua terasa buram dan kelam. Sebenarnya apa yang sedang terjadi? Dan sosok menawan itu mulai memenuhi pikirannya. Siapakah pemilik wajah rupawan itu? Ketika semua hal terasa semakin sulit dimengerti, sebua...